Ekstra Part 3

2.6K 70 0
                                    

Hari ini Abidzar libur kuliah, bengkel tempatnya kerja pun tutup karena pemiliknya ada acara. Hal itu membuat Abidzar dapat menghabiskan waktunya bersama dengan sang istri tercinta dan putrinya yang tersayang. Sangat jarang Abidzar libur kerja bersamaan dengan libur kuliah, sehingga hari ini Abidzar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Maka dari itu, laki-laki itu mengajak Yasmine dan Ayisha jalan-jalan. Bukan ke tempat yang mewah ataupun yang mahal, hanya jalan-jalan ke sebuah taman dan kebun binatang saja. Ayisha sudah semakin besar saat ini, walau ia belum bisa berjalan karena belum cukup umurnya. Namun, anak itu sudah sangat pandai sekali berbicara meskipun agak sedikit belepotan saat berucap.

"Yah! Yah! Yah!" Ayisha memanggil Abidzar sambil menunjuk hewan leher panjang yang ada di hadapan mereka saat ini.

"Itu namanya hewan jerapah, lehernya memang panjang dan warnanya oren dan sedikit kecoklatan," ujar Abidzar menjelaskan sediri tentang hewan itu membuat Ayisha mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menepuk kedua tangannya. Pertanda kalau anak itu senang dengan penjelasan ayahnya.

"Pah! Pah! Pah!" ucap Ayisha berusaha menyebutkan nama hewan itu walau tidak bisa sempurna kala menyebutnya.

"Jerapah, Sayang, bukan Pah," ujar Yasmine memperbaiki kata-kata Ayisha.

Dahi Ayisha berkerut mendengar perkataan bundanya, "Pah! Pah!" teriaknya membuat Yasmine terkekeh pelan kemudian menciumi pipi putrinya dengan sayang.

"Iya-iya, Bunda ngerti. Maksud Ayisha Pah jerapah 'kan?" tanya Yasmine. Ia tadi hanya berniat bercanda saja dan ternyata benar dugaannya kalau Ayisha pasti akan kesal, wajah putrinya ketika dahinya berkerut itu sangat lucu sekali hingga terkadang membuat Yasmine sering menjahili putrinya.

"Kamu suka banget ya jahilin Ayisha," ujar Abidzar sambil menggeleng pelan membuat wanita itu langsung menoleh ke arah sang suami.

"Habisnya mukanya Ayisha tuh lucu banget pas lagi kesel begini, ya 'kan, Sayang? Putrinya Bunda." Ayisha langsung memalingkan wajahnya ketika hendak dicium lagi pipinya oleh Yasmine.

"Tuh, akhirnya ngambek 'kan sama kamu," ujar Abidzar.

"Yah! Yah!" Ayisha mengulurkan kedua tangannya, meminta digendong oleh sang ayah.

"Ayo sini Ayah gendong," ujar Abidzar yang langsung mengambil alih Ayisha dari gendongan Yasmine.

"Kok kamu maunya sama Ayah sih? Bunda ngambek nih." Yasmine pura-pura kesal ketika putrinya lebih memilih digendong oleh Abidzar.

"Ayisha lebih sayang sama Ayah ya?" tanya Abidzar yang dibalas anggukan kepala oleh anak kecil itu.

"Kalo sayang, jangan rewel ya, Nak." Lagi, Ayisha mengangguk.

Kalau bersama Abidzar, Ayisha tidak pernah rewel. Berbeda saat bersama dengan Yasmine dan hal itu membuat Yasmine cemburu karena kelihatannya Ayisha lebih menurut pada Abidzar ketimbang dirinya.

"Gitu ya kamu sama Bunda," ujar Yasmine sambil mencubiti kedua pipi Ayisha. Hingga membuat Ayisha tertawa kecil. Ketiganya akhirnya berjalan menyusuri kebun binatang ini hingga akhirnya Yasmine merasa kalau ia sudah cukup lelah saat ini.

"Sayang, kamu haus enggak? Mau beli minum?" tawar Abidzar.

"Boleh, sekalian kita duduk sebentar. Aku capek banget," balas Yasmine.

"Ya udah, kalian duduk di sana dulu ya. Biar aku yang beliin minumnya." Abidzar memberikan Ayisha pada Yasmine kemudian segera pergi untuk membeli minuman, sedangkan Yasmine sendiri memilih duduk di sebuah bangku panjang yang di atasnya ada pohon besar sehingga keadaan agak lebih sejuk.

"Panas ya, Nak? Gerah?" tanya Yasmine sambil mengusap dahi Ayisha yang berkeringat.

"Ayah kamu ke mana ya? Bunda udah haus banget ini," ujar Yasmine sambil menggoyangkan hijabnya agar ada sedikit angin yang terkena kulitnya.

Hingga tatapan Yasmine mengarah pada Abidzar yang tengah dikerubungi oleh banyaknya gadis-gadis yang masih memakai seragam SMA-nya.

"Kakak mirip banget sama oppa-oppa Korea, boleh minta foto bareng enggak, Kak?" Samar-samar Yasmine dapat mendengar percakapan itu.

Yasmine melihat kalau Abidzar hanya diam saja tanpa ada niatan menolak atau mengiyakan hingga gadis-gadis itu langsung mengajak Abidzar berfoto bersama. Wajah Yasmine langsung tertekuk, cemburu? Sepertinya ia memang benar-benar cemburu saat ini. Ia baru sadar kalau wajah Abidzar itu sangat tampan, sehingga ketika ia berjalan bersama dengan Abidzar maka banyak pasang mata gadis yang menatap Abidzar dengan tatapan berbinar-binar.

Ia melihat dirinya sendiri yang kini tak selangsing dulu saat sebelum melahirkan dan masih menjadi model. Kini ia nampak seperti ibu-ibu yang tidak bisa mengurus dirinya untuk menyenangkan suami, berbeda dengan Abidzar yang mau diapakan saja, tetapi terlihat tetap tampan.

"Sayang, kok diam?" tanya Abidzar saat berkali-kali ia memanggil Yasmine dan menyodorkan sebuah minuman, tetapi Yasmine hanya diam.

"Ah, enggak kok." Yasmine tersadar, ia pura-pura sibuk mengusap kepala Ayisha dan membenarkan hijab kecil yang dipakai oleh putrinya itu.

"Ini minumnya," ujar Abidzar sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Yasmine.

"Udah enggak haus lagi!" balas Yasmine agak ketus.

Mengingat apa yang ia lihat tadi membuat Yasmine merasa sangat kesal, mengapa waktu Abidzar diminta foto bersama laki-laki itu tidak langsung menolak sehingga gadis-gadis centil itu berani-beraninya berfoto bersama suaminya. Benar-benar menyebalkan.

Dahi Abidzar berkerut ketika melihat wajah masam istrinya, apalagi Yasmine memalingkan wajahnya, enggan menatapnya.

"Tadi katanya haus? Udah dibeliin kok enggak mau minum?" tanya Abidzar dengan suara pelan.

"Udah enggak mau lagi!" Yasmine masih saja ketus saat menanggapi Abidzar dan hal itu membuat laki-laki itu merasa bingung.

"Aku ada salah ya sama kamu?" tanya Abidzar yang langsung peka dengan keadaan Yasmine.

"Untung dia peka, kalo enggak peka nambah kesal ini hati," gumam Yasmine pelan.

"Pikir sendiri lah!" balas Yasmine kemudian berdiri.

"Yuk, Nak! Kita lihat ikan besar di sana," ajak Yasmine pada Ayisha sambil menepuk-nepuk pelan punggungnya.

Abidzar menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, merasa bingung dengan sikap sang istri. Laki-laki itu langsung berjalan menyusul Yasmine dan Ayisha yang sudah cukup jauh dari pandangannya.

"Kalo aku ada salah aku minta maaf, kamu jangan marah gini," ujar Abidzar saat ia telah berada di samping Yasmine.

Mereka kini sudah berada di dalam sebuah ruangan, di mana di samping kanan dan kiri mereka ada aquarium raksasa yang di mana di dalamnya itu banyak sekali jenis-jenis ikan.

"Tahu enggak kamu salah apa? Kalo enggak tahu mending enggak usah minta maaf," ujar Yasmine kemudian berjalan meninggalkan Abidzar untuk melihat hewan-hewan laut yang sangat cantik sekali.

Abidzar terdiam, ia memikirkan sesuatu hal yang ia perbuat sehingga Yasmine maraj padanya. Hingga ingatannya mengarah pada saat ia selesai membeli minuman, mungkinkah hal itu yang membuat istrinya marah? Abidzar mengulum senyumnya ketika tahu kalau istrinya itu marah karena cemburu. Abidzar berjalan menyusul Yasmine.

"Aku minta maaf, mereka maksa aku buat foto padahal aku udah niat menghindar. Kamu jangan cemburu gitu dong, Sayang," ujar Abidzar.

"Ish, siapa yang cemburu sih?" tanya Yasmine ketus. Ia sangat gengsi mengakui kalau sebenarnya ia cemburu.

"Aku tahu kalau kamu cemburu, aku akan usaha menghindari mereka-mereka yang buat kamu cemburu. Kamu 'kan tahu sendiri kalau cintaku itu udah sepenuhnya milik kalian berdua," tukas Abidzar.

"Berdua? Siapa yang satunya!?" tanya Yasmine galak. Nampak jelas wajahnya yang cemburu itu.

"Kamu sama Ayisha, Sayang. Jangan cemburu lagi," bisik Abidzar kemudian mengecup pipi Yasmine sekilas hingga membuat mata Yasmine melotot.

"Ish! Abidzar! Dilihatin banyak orang!" gerutu Yasmine yang dibalas kekehan Abidzar yang kemudian lebih memilih merangkul bahu sang istri dan mengajaknya menyusuri aquarium besar ini.

Zasmine (Abidzar-Yasmine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang