Ada hal yang hari ini membuat Yasmine begitu kesal, hal yang membuat Yasmine ingin sekali pergi dari ruang pemotretannya. Mau tahu hal apa itu? Kemunculan Putra! Ya, itulah yang membuat Yasmine begitu kesal. Yasmine pikir Putra tidak akan berani muncul lagi di hadapannya karena sudah tahu kalau ia telah menikah, nyatanya hal itu sama sekali tidak membuat Putra pergi darinya. Malah kenyataanya, laki-laki itu semakin gencar mendekatinya. Sebenarnya apa maunya Putra? Tidakkah cukup baginya pengakuan Yasmine tentang pernikahannya? Bahkan Putra juga sudah bertemu dengan Abidzar di pesta kala itu. Lantas kenapa laki-laki itu tak jua menjauh sejauh-jauhnya darinya?
"Mau apalagi lo ke sini?" Tanpa perlu repot-repot menyembunyikan ketidaksukaannya pada Putra, Yasmine langsung berujar ketus.
"Mau pemotretan lah, hari ini 'kan aku ada jadwal." Putra menjawab dengan santai, laki-laki itu duduk di salah satu bangku yang disediakan lebih tepatnya di samping Yasmine.
"Kalo lo mau pemotretan ngapain lo di sini? Ini ruangan gue!" teriak Yasmine kesal dengan bocah satu ini.
"Loh? Kamu belum tahu ya? Hari ini kita ada jadwal bersama, memangnya managermu tidak memberitahu?" tanya Putra pura-pura terkejut, padahal tanpa Yasmine sadari itu semua ulah Putra. Laki-laki itu menjadi dalang mengapa ia dan Yasmine bisa memiliki jadwal bersama, bahkan sebentar lagi akan berpose bersama.
Yasmine merutuki kenapa Rika tidak memberitahu dirinya mengenai ini, setelah ini ia akan menemui managernya itu dan memarahinya habis-habisan.
"Ayo! Ayo! Pemotretan akan segera di mulai!" Juru kamera sudah memberikan intruksi, meminta Yasmine dan Putra agar segera memasuki ruangan itu.
Dengan perasaan jengkel, Yasmine masuk terlebih dahulu meninggalkan Putra yang tersenyum senang. Selama pemotretan berlangsung, Yasmine begitu risih karena Putra selalu saja mencari kesempatan untuk menyentuhnya. Baik itu memeluk pinggangnya ataupun merangkul bahunya, Yasmine pun tidak dapat marah-marah dan menolak karena juru kamera justru memuji cara kerja Putra yang katanya begitu alami sehingga hasil foto terlihat bagus.
"Bagus! Kalian terlihat luar biasa!" teriak sang fotografer sambil menatap kameranya dengan senyum pertanda ia puas dengan hasil yang didapatkan.
Dengan cepat Yasmine menepis kasar lengan Putra yang bertengger di bahunya, Yasmine mendelik sebal pada Putra seakan ia ingin berkata 'jangan macam-macam lo!' Putra hanya menanggapi dengan senyuman lebar. Ia bahagia bisa berdekatan dengan Yasmine lagi, bahkan memeluknya. Ya walau harus mengambil kesempatan dalam kesempitan alias dengan cara licik, tidak ada kata licik dalam memperjuangkan cinta. Itu prinsip Putra.
"Bang, udah belum? Kalo udah gue mau keluar, eneg gue lama-lama di sini," ucap Yasmine menatap sinis Putra.
"Udah selesai kok, kalian bisa keluar. Ah iya Yasmine, lo nanti jangan balik dulu. Masih ada satu kali lagi pemotretan buat lo," ujar sang fotografer yang biasanya dipanggil Bang Raju.
"Gue sendiri 'kan, Bang? Enggak sama dia lagi?" Yasmine bertanya sambil menunjuk Putra dengan ogah-ogahan.
"Iya sendiri, sebenarnya kalian tuh kenapa sih? Lagi berantem? Kalo ada masalah itu segera diselesaikan biar langgeng," ujar Bang Raju sok menasihati. Padahal ia malah lebih buruk kalau soal percintaannya sendiri, menasihati memang mudah, melakukan itu yang sulit.
"Kami udah putus, Bang. Udah ah enggak usah dibahas, gue mau nyari makan dulu." Tanpa menunggu balasan, Yasmine keluar terlebih dulu.
"Bang, gue duluan juga ya! Doain gue bisa balikan!" Putra menepuk bahu Raju sekilas kemudian pergi dari hadapan Raju yang menggeleng.
Raju tak tahu menahu kalau Yasmine sudah menikah, itu karena saat acara pesta di mana Yasmine membawa Abidzar, Raju sedang ada di luar kota karena ada pemotretan bersama model-model lainnya.
"Yasmine!" Putra menarik lengan Yasmine hingga membuat wanita itu berhenti.
"Apaan sih?" Yasmine langsung menepis kasar tangan Putra yang memegang lengannya.
"Kita perlu bicara, aku enggak mau kita putus begitu aja." Mendengar itu lagi yang dibahas, Yasmine memutar kedua bola matanya malas.
"Enggak ada lagi yang perlu dibahas, Putra! Kita udah putus, gue udah nikah. Lo bisa cari cewek lain, oke?" Putra menggeleng, mana mungkin ia melepaskan Yasmine begitu aja.
"Sebenarnya mau lo tuh apa sih? Gue enggak habis pikir sama lo yang kekanakan gini, gue udah bilang baik-baik, bilang secara kasar kalau kita enggak bisa balikan. Kenapa lo keras kepala?" Yasmine merasa begitu frustasi dengan gangguan ini, kalau saja ia tidak membutuhkan uang untuk biaya hidupnya. Rasanya sangat malas kembali bertemu dengan Putra di tempat ini, tetapi ia harus bertahan demi kelangsungan hidupnya.
"Aku enggak kekanakan, aku cuma mau mertahanin apa yang memang menjadi milik aku! Kamu cuma milik aku, Yasmine! Aku enggak rela aku kalah sama bocah ingusan itu!" teriak Putra mulai emosi.
"Wtf, gue enggak peduli! Dan camkan satu hal, gue bukan milik lo! Stop ganggu gue!" Yasmine berjalan cepat meninggalkan Putra yang terus saja memanggilnya.
"Dasar pengganggu!" umpat Yasmine.
"Sekarang apalagi ini?" ujar Yasmine merasa lelah ketika melihat ketiga orang yang begitu tidak ia sukai ada di sini.
"Mau apa kalian datang ke sini? Dan bagaimana kalian tahu kalau aku ada di sini?" tanya Yasmine dengan suara yang kentara kalau ia tidak suka dengan kehadiran tiga pengganggu ini, tadi ia lepas dari satu gangguan. Sekarang ada lagi gangguan baru.
"Siapa yang tidak mengenal Yasmine? Semua mengenalmu, kamu model cantik yang berbakat. Maka dari itu tidakkah kamu kasihan pada kami? Berikanlah tanda tangan mu," ujar mommy Yasmine.
"Sampai aku matipun tidak akan pernah aku biarkan kalian mengambil hakku!" Tanpa merasa harus bersikap sopan, Yasmine berteriak kesal kemudian pergi dari hadapan ketiga orang itu tanpa mengatakan sepatah katapun lagi.
"Kenapa tuh muka kusut banget?" tanya Rika pada Yasmine yang baru saja memasuki mobil.
"Enggak ada, yuk ah bawa gue pergi dari sini. Cari makan kek, eneg gue lama-lama di sini." Karena mengerti kalau suasana hati Yasmine sedang tidak baik, Rika mengangguk kemudian menjalankan desain sesuai permintaan Yasmine.
"Gue mau nanya sama lo, Mbak. Apa lo tau kalau Putra yang jadi teman pemotretan gue?" tanya Yasmine ketika mobil telah berjalan.
"Hah? Yang jadi teman pemotretan lo Putra? Bukannya Marker ya?" Rika malah balik bertanya dengan wajah bingung.
"Jadi lo enggak tau?" Rika menggeleng.
"Dan tadi apa? Harusnya gue sama Marker? Nah terus kenapa ada di cunguk di situ?"
"Kayaknya itu rencana Putra deh, dia minta sama omnya agar lo sama dia bisa dari jadwal." Jawaban yang tepat sekali, mengapa Yasmine lupa kalau omnya Putra itu memiliki kuasa? Jelas saja ia akan menuruti permintaan ponakan tersayangnya itu, Yasmine akan membalas Putra nanti. Bocah itu tidak bisa dibiarkan begitu saja.
***
Holla author up nih, hmm kira-kira udah berapa hari ya cerita ini ga up🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
SpiritualitéAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...