Yasmine kembali memikirkan bagaimana caranya agar Putra percaya bahwa ia telah menikah, pasalnya sejak ia membentak Putra beberapa jam lalu laki-laki itu terus saja menelepon. Bukannya Yasmine sengaja agar laki-laki itu terus meneleponnya, ia sudah berkali-kali memblokir nomor laki-laki itu. Namun, nyatanya Putra memiliki seribu satu cara untuk menghubungi Yasmine yaitu dengan nomor baru. Niatnya Yasmine sih tidak mau mengangkat nomor yang tidak dikenal karena takut kalau sampai itu Putra, tetapi ia juga takut kalau sampai yang menghubunginya orang penting bagaimana? Atau-atau malah agensi modelnya? Kan kacau karirnya hanya gara-gara ingin menghindar dari Putra.
Ia juga masih memikirkan siapa yang akan ia bawa ke pesta malam nanti, tidak mungkin ia datang sendiri karena sudah bisa dipastikan Putra akan mengganggunya. Atau ia menyewa seorang pria saja ya untuk ia ajak? Lah, Yas? Ngapain lo pake nyewa pria segala? Di rumah lo loh udah ada laki-laki ganteng yang tak lain suami lo sendiri. Batin Yasmine saling berperang di dalam sana, hingga matanya mau tak mau kini menatap Abidzar yang sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang laki-laki itu lihat di layar ponselnya, Yasmine tak tahu dan tidak mau tahu. Kalau dilihat Abidzar itu mukanya ganteng juga ya? Campur imut. Yasmine menggeleng ketika pikiran aneh itu bersarang di otaknya.
"Lo ada acara enggak nanti malam?" tanya Yasmine tiba-tiba tepat di depan Abidzar hingga membuat laki-laki itu terkejut.
"Astaghfirullah, ngagetin lagi." Mata Abidzar membola karena terkejut.
"Makanya kalau main ponsel itu jangan terlalu serius, enggak nyadar kan lo. Emang apa sih yang lo lihat di sana?" tanya Yasmine mulai kepo dengan apa yang suaminya lakukan, cih suami? Suami berondong kali.
"Ini aku lagi cari bahan materi buat presentasi besok," jawab Abidzar membuat Yasmine berdecak.
"Belajar aja terus, rajin amat sih?" sarkas Yasmine yang heran dengan Abidzar yang terlalu rajin. Tadi sudah belajar dengan banyaknya buku tebal, sekarang main ponsel pun masih saja pelajaran yang dicari.
Perasaan Yasmine dulu waktu dirinya kuliah, tidak sebanyak itu tugas dari dosen. Ah apa karena zamannya berbeda dengan zaman sekarang, ya? Mengingat usia Yasmine jadi sensi. Masa iya dia benar-benar sudah menjadi istri seorang laki-laki yang masih sangat muda dan kuliah pun bahkan masih semester satu? Yang benar saja! Bebas dari berondong satu, kini terjebak dengan laki-laki yang tak kalah berondong.
"Aku emang harus rajin, soalnya kasihan abi sama umi yang udah susah-susah cari biaya buat aku kuliah tapi aku malah main-main. Makanya aku mau belajar sungguh-sungguh supaya jadi orang sukses nantinya, emm ... nanti juga 'kan kalau aku udah sukses orangtua dan istriku pasti senang." Yasmine terpaku mendengar perkataan Abidzar yang terakhir, siapa yang disebut istri? Enggak mungkin gue 'kan? Lah, Yas. Emang siapa lagi istri dia? Kan lo sendiri.
"Kamu melamun?" tanya Abidzar sambil menggoyangkan tangannya tepat di depan Yasmine yang hanya diam mematung.
"Ehem, siapa istri yang lo maksud?" tanya Yasmine balik.
Abidzar yang menyadari kalau ia tadi agak salah bicara pun kini memerah malu, iya dirinya sangat malu karena berani-beraninya mengakui Yasmine sebagai istrinya. Memangnya wanita dewasa di hadapannya ini sudah menerimanya? Lah? Kamu lupa Abidzar? Dia sendiri yang bilang kalau dia menerima kamu. Kali ini giliran Abidzar yang melamun dan hal itu membuat Yasmine mengernyit heran.
"Malah melamun! Bukannya dijawab juga," gerutu Yasmine membuat Abidzar pun tersadar dari lamunannya.
"K-kamu 'kan istri aku, emangnya siapa lagi yang jadi istri aku?" ucap Abidzar malu-malu.
"Iya juga ya? Gue pikir lo tadi mau cari istri baru, siapa tau aja 'kan? Secara gue ini 'kan udah tua, galak lagi, yang ada lo pasti nantinya cari istri baru kalau lo udah dewasa. Ah atau sekarang lo udah ada persiapan? Pacar lo gitu?" Abidzar langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, tak membenarkan tuduhan Yasmine.
"A-aku enggak pernah pacaran," ujarnya dengan pipi semerah tomat matang.
"Serius lo!?" Mata Yasmine membelalak terkejut, ia tidak menyangka kalau ia akan menikah dengan laki-laki berondong, polos dan tidak pernah pacaran pula! Apakah ini berkah ataukah musibah?
"Iya." Abidzar menyahut malu-malu.
"Lupain pembahasan itu, lo nanti malam mau ikut gue enggak?" tanya Yasmine to the point.
"Mau ke mana?" tanya Abidzar bingung.
"Nanti juga lo tau, mau enggak? Itung-itung lo nemenin gue. Lo tuh kayaknya orang yang susah bergaul ya? Hmm bisa dilihat sih dari penampilan lo yang sebenarnya keliatan cupu ini," ucap Yasmine blak-blakan.
"M-mau, aku mau." Bagus, dengan begini rencananya pasti akan berhasil.
"Ya udah kalau gitu lo harus siap-siap kita pergi sekarang."
"Lah ke mana? Katanya tadi nanti malam," ucap Abidzar bingung.
"Gue mau ajak lo cari baju, ini tuh acara pesta. Enggak mungkin lo cuma pakai kaos atau kemeja aja, gue mau beliin lo jas." Belum sempat Abidzar menolak, Yasmine sudah memelototinya hingga membuat Abidzar takut kemudian memilih menurut.
"Senang juga ya gue nyuruh anak polos itu, cepat banget nurutnya," gumam Yasmine sambil tersenyum.
"Eh? Apaan sih gue!?" Yasmine memukul pipinya sendiri yang sudah berani-beraninya tersenyum.
Mereka akhirnya pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar di kota ini, tak perlu memakan waktu yang lama karena Yasmine dengan cepat sudah menemukan pakaian yang cocok untuk Abidzar. Sebelum pulang mereka memutuskan untuk singgah ke salah satu food court karena mendadak perut Yasmine terasa sangat lapar, ternyata sup yang di masak Abidzar tak cukup mengenyangkan perutnya.
"Lo mau pesan apa?" tanya Yasmine setelah menyebutkan pesanannya pada seorang pelayan.
"Samain aja," ucap Abidzar agak ragu.
"Serius lo mau pesan apa? Ntar kalau disamain enggak cocok sama lidah lo lagi, pesan apa yang lo mau aja deh. Enggak usah malu-malu." Yasmine terlalu peka karena tahu apa yang kini Abidzar pikirkan.
"A-aku mau yang ini sama yang ini," ucap Abidzar pada akhirnya sambil menunjuk menu makanan itu.
"Udah itu aja ya, Mbak." Yasmine pelayan restoran yang sedari tadi hanya diam sambil tersenyum.
"Adiknya lucu ya, Mbak?" Jelas saja Yasmine terkejut mendengarnya, memangnya dia setua itukah? Masih mending sih dikira kakaknya daripada dikira tantenya? Itu jauh lebih gawat lagi.
"Hhmm," gumam Yasmine cuek.
Setelah makan mereka memutuskan untuk pulang, ada yang berbeda dengan Yasmine karena wanita itu sedari tadi hanya diam. Sebenarnya bukan diam beneran karena nyatanya hatinya kini berkecamuk, tidakkah salah ia menerima Abidzar sebagai suaminya? Laki-laki yang baru ia kenal dan bahkan umurnya di bawahnya adalah suaminya? Bahkan Yasmine masih mengira kalau ini semua adalah mimpi yang hampir mirip dengan kenyataan.
***
Hallo hallo, author sempatkan nih waktu buat up cerita ini. Gimana kalian senang? Kalau senang di vote dan komen dong hehehe 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
SpiritualAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...