Bab 26 | Aku Kotor

16K 1K 23
                                    

Yasmine mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan, wanita itu memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Seakan tengah ada berton-ton batu yang menimpa kepalanya. Dengan perlahan ia terduduk, matanya memandang sekeliling. Yasmine tak mendapati keberadaan Putra di sini, tetapi ia melihat kalau ada sebuah amplop yang ada di nakas samping tempat tidur hotel ini. Dengan cepat Yasmine membuka amplop itu, matanya membelalak ketika melihat apa yang ada di dalam amplop itu. Seketika Yasmine langsung melihat pakaiannya, pakaiannya sedikit terbuka di bagian bahunya. Yasmine kembali menatap apa yang ada di dalam amplop itu. Ada sebuah foto yang Yasmine sendiri jijik melihatnya dan juga ada sebuah surat.

Kalau kamu enggak mau balikan sama aku, aku bisa aja sebarin foto ini ke media. Aku sama sekali enggak peduli kalau karier kita akan hancur. Mari kita hancur bersama-sama, Sayang. Pilihanmu hanya ada satu yaitu meninggalkan bocah ingusan itu kemudian kembali padaku atau aku sebarkan foto kemesraan kita ini. Hari yang begitu panjang?

Yasmine langsung meremas-remas surat itu kemudian membuangnya asal, ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Air matanya tak dapat dibendung lagi ketika ada bercak kemerahan yang ada di sprei putih itu, tetapi herannya ia sama sekali tak merasa sakit di area intinya. Namun, tetap saja, ia merasa kotor dan hina.

"Aku kotor, aku hina, hiks ... hiks ... menjijikan ... hiks ...." Yasmine menangis sesenggukan sambil menekuk lututnya.

Wanita itu meremas-remas rambutnya kasar hingga acak-acakan. Ketika melihat ada kamar mandi di sana, Yasmine langsung memasuki kamar mandi itu kemudian mengguyur tubuhnya dengan air shower itu hingga semua pakaian yang ia kenakan serta rambutnya basah. Yasmine tidak peduli, ia ingin membersihkan jejak-jejak kotor itu agar tak lagi mengotori tubuhnya. Sayangnya hal itu tak membuat ia cukup puas karena ia merasa kalau ia sudah tak suci lagi, ia sudah ternoda. Yasmine menangis histeris di dalam kamar mandi, air shower menjadi saksi teriakan serta tangisannya yang begitu memilukan. Harta yang selama ini ia jaga, direnggut begitu saja oleh laki-laki brengsek itu. 

Selama ini, Yasmine belum pernah menangis lagi. Terakhir kali ia menangis pilu adalah ketika hari pernikahannya dengan Abidzar. Mengingat nama itu, isak tangis Yasmine semakin kencang. Baru saja mereka akan memulai hidup yang indah dengan sama-sama menerima pernikahan ini, ternyata ada hal yang kini membuat ia benar-benar tak pantas di samping Abidzar. Ia begitu kotor dan hina, ia tidak pantas bersama Abidzar.

Yasmine terus mengusap semua bagian tubuhnya yang menurutnya sangat menjijikan, berusaha menghilangkan jejak-jejak menjijikan itu. Tubuhnya gemetar hebat, wajah dan bibirnya pun terlihat pucat karena terlalu lama diguyur air shower. Yasmine bangkit, ia sudah memikirkan keputusan itu. Dan semua keputusan itu tidak dapat diganggu gugat lagi.

Wanita itu keluar dari kamar hotel dengan pakaian yang basah kuyup serta kusut, dan rambut yang berantakan. Yasmine tidak peduli kini banyak pasang mata yang melihatnya, ia hanya berusaha menutupi wajahnya agar tak ada yang mengenalinya. Yasmine berjalan cepat memasuki mobilnya kemudian mengendarai mobilnya dengan cepat menuju apartemennya. Ngomong-ngomong ia dan Abidzar memang sudah kembali pulang ke apartemennya karena keinginan laki-laki itu tentunya, Abidzar jelas tahu kalau Yasmine merasa tak nyaman tinggal di rumah kedua orangtuanya apalagi sikap Abi Nazar yang seperti itu serta tetangga yang doyan nyinyir.

Sesampainya ia di apartemen, ia menyeka air matanya. Ia juga tak peduli kalau kini ada lagi beberapa orang yang menatapnya penuh keheranan. Ada beberapa orang yang menyapa Yasmine, tetapi Yasmine tidak menjawab. Ia malah tetap meneruskan langkahnya hingga akhirnya tiba di depan pintu apartemennya. Yasmine menghela napas pelan, ia kembali mengusap kedua pipinya yang basah. Yasmine berusaha menguatkan hatinya, ia harus bisa mengatakan ini pada Abidzar. Yasmine memasang wajah datar kemudian membuka pintunya dengan perlahan.

Abidzar yang tengah membaca buku sambil duduk di sofa pun menoleh cepat ke arah pintu yang terbuka, mata Abidzar membelalak ketika melihat keadaan istrinya yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Laki-laki itu menaruh bukunya dan langsung menghampiri Yasmine.

"Muka kamu pucet, kamu juga basah kuyup. Ada apa?" tanya Abidzar.

"Gue mau kita pisah aja!" ucap Yasmine tegas.

"Maksud kamu apa?" tanya Abidzar mengernyit heran.

"Gue mau kita pisah! Bokap lo itu enggak pernah setuju sama gue dan bahkan dunia pun kayaknya emang enggak setuju, lebih baik kita pisah aja selagi masih belum terlambat untuk mengakhiri. Kita emang enggak akan pernah bisa ditakdirkan bersama!" teriak Yasmine. 

"Kayaknya kamu benar-benar lagi enggak enak badan, aku enggak tahu alasan kenapa kamu bisa basah kuyup kayak gini. Lebih baik kamu keringin dulu badannya terus ganti baju, nanti kita bicara sama-sama." Abidzar mengajak Yasmine menuju kamar mereka.

Laki-laki itu mendudukkan Yasmine di tepi ranjang, sementara dirinya mengambil handuk kering untuk sang istri. Abidzar duduk di samping Yasmine, laki-laki itu dengan perlahan membantu Yasmine mengeringkan rambutnya dengan handuk kering yang ia pegang.

"L-lo enggak ngerti, gue ini kotor! Gue udah kotor!" teriak Yasmine histeris membuat Abidzar terkejut bukan main.

Abidzar membawa Yasmine ke dalam pelukannya meksipun wanita itu terus berontak, ia memaksa agar Yasmine mau dipeluk olehnya. Hingga dirasa ketika Yasmine cukup tenang dalam pelukannya, laki-laki itu mengendurkan pelukannya. Ia kembali terkejut ketika melihat Yasmine menangis, baru kali ini Abidzar melihat Yasmine menangis. Apalagi dengan keputusasaan yang begitu kentara terlihat di wajahnya.

Abidzar sama sekali tidak tahu apa yang tengah Yasmine alami tadi hingga membuat wanita itu menangis histeris dan berkali-kali menggumamkan kata kotor. Namun, Abidzar yakin kalau itu adalah masalah yang cukup besar. Ia sebagai suami harus bersabar hingga Yasmine agak tenang barulah ia menanyakannya.

"Coba ceritain semuanya sama aku, aku enggak tega liat kamu nangis kayak gini. Aku yakin ada masalah besar yang kamu alami tadi, ceritain ya sama aku?" Perkataan dengan nada penuh kelembutan yang Abidzar lontarkan seakan itu adalah sebuah hipnotis sehingga Yasmine menurut begitu saja.

Yasmine pun menceritakan semua hal yang terjadi padanya beberapa waktu lalu, sama sekali tidak ada yang ia tutup-tutupi. Ia akan berusaha jujur meksipun nanti hasil yang ia dapatkan begitu pahit, ia juga sudah menyiapkan diri kalau Abidzar memakinya dan mengatakannya wanita yang tidak punya harga diri atau hal yang lebih menyeramkan lagi bahwa laki-laki itu akan menjatuhkan talaknya.

Hal yang tak Yasmine duga adalah, ketika Abidzar memeluknya setelah ia selesai bercerita. Tubuhnya bahkan membeku merasakan pelukan yang begitu hangat dan terasa nyaman ini. 

"Lo kenapa enggak marah sama gue? Kenapa lo enggak ngata-ngatain gue? Kenapa lo malah meluk gue? Lo tau 'kan kalau gue sekarang manusia yang kotor, keji dan penuh hina! Harusnya lo maki gue, tampar gue! Bilang kalo gue itu cewek murahan! Kenapa malah gini? Hiks ... hiks ... hiks ...." Yasmine kembali menangis dalam pelukan Abidzar. Abidzar sama sekali tak mengendurkan pelukannya, ia malah semakin mempererat. Takut kalau ia melepas, maka Yasmine tidak akan pernah kembali lagi padanya.

Zasmine (Abidzar-Yasmine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang