PRAAKKK ....
Sebuah suara keras karena ada sesuatu yang dibanting terdengar memenuhi sebuah ruangan, tepatnya itu berada di kamar Putra. Putra tak dapat menahan emosinya ketika mendapat sebuah pesan dari Yasmine, di mana wanita itu sama sekali tak mempedulikan ancamannya. Ia biarkan layar ponselnya retak dan hancur saking kuatnya ia membanting. Emosinya jelas tak bisa ditahan lagi, usahanya mendapatkan Yasmine ternyata sia-sia. Tahu begitu mengapa tidak sekalian ia melakukan hal yang lebih keji dari itu agar Yasmine tak lagi menolaknya? Sial! Benar-benar sial, dia yang terlalu bodoh dan terlalu percaya diri kalau Yasmine pasti akan kembali padanya. Namun, bagaimana bisa Yasmine tak panik? Atau jangan-jangan ....
"Enggak! Enggak mungkin! Lo hanya milik gue Yasmine!" teriak Putra begitu frustasi sambil membanting semua barang yang ada di kamarnya.
"Putra, lo kenapa?" Prita-kakak Putra yang mendengar teriakan serta suara barang yang dibanting pun langsung pergi ke kamar adiknya.
"Berantakan banget, lo kenapa?" tanya Prita berjalan mendekati Putra.
"Gue enggak bisa biarin Yasmine sama bocah ingusan itu! Gue harus bisa dapatin Yasmine balik!" Bukannya menjawab pertanyaan kakaknya, Putra malah semakin berteriak kencang.
"G-gue harus sebarin foto itu!" Putra tersenyum jahat, ia mencari ponselnya yang lain. Putra memang memiliki ponsel lebih dari satu, laki-laki itu tersenyum miring ketika berhasil mendapatkan ponselnya di mana di situ ada foto kebersamaannya dengan Yasmine.
"Dek?" panggil Prita pada Putra yang tadinya marah-marah kini malah tertawa, sepertinya ada yang salah dari adiknya. ,
"Kak! Lo tau enggak? Gue pasti akan dapatin Yasmine!" teriak Putra mengguncang tubuh kakaknya dengan kencang hingga membuat Prita tersentak.
"Yasmine pasti bakal balik sama gue, Kak!" Putra merasa begitu senang.
"Dek, siniin ponsel lo!" Prita merebut paksa ponsel Putra karena tiba-tiba perasannya merasa tidak enak.
"Dek, lo gila!?" teriak Prita ketika melihat postingan Putra di Instagram, itu foto kebersamaan laki-laki bersama Yasmine.
"Balikin!" Putra merebut paksa ponselnya, kemudian menyimpannya. Ia tidak akan membiarkan kakaknya melakukan sesuatu, termasuk menghapus foto itu.
"Hapus enggak foto itu? Karir lo bisa hancur!" Namun, Putra menggeleng.
"Yasmine udah nikah dan dengan lo yang posting foto itu, orang-orang akan mengecam kalian berdua. Enggak hanya karier Yasmine yang hancur, tapi juga karier lo." Putra malah tertawa mendengar kata-kata kakaknya.
"Gue enggak peduli sama karier gue, Kak! Yasmine harus tahu kalau ancaman gue enggak main-main. Gue yakin habis ini dia pasti balik sama gue, dan tinggalin itu bocah ingusan! Yasmine begitu mencintai kariernya. Gue yakin dia pasti balik, hahahaha ...." Putra tersenyum senang, ia merasa puas sekali karena telah menyebarkan foto kebersamaannya dengan Yasmine.
***
Di sisi lain, Yasmine dan Abidzar baru saja tiba di rumah Abi Nazar dengan menaiki taksi. Mereka mengernyit ketika melihat tetangga-tetangga seperti menatap Yasmine dengan mencemooh, sebenarnya ada apa ini? Yasmine dan Abidzar saling pandang. Tiba-tiba saja Yasmine berpikir, atau mungkin Putra benar-benar melakukan ancamannya itu? Tiba-tiba saja Yasmine merasa ketakutan. Abidzar yang melihat ketakutan di wajah istrinya pun, merangkul bahu Yasmine.
"Enggak apa-apa, ada aku." Yasmine mengangguk, merasa bersyukur karena ada abidzar di sisinya.
"Itu menantunya Ustadz Nazar, ya?" tanya salah satu ibu-ibu.
"Iya, tapi kayaknya agak beda karena udah pakai hijab," balas ibu-ibu yang memakai baju kuning.
"Hmm, percuma sekarang pake hijab kalo doyan selingkuh," timpal ibu-ibu yang memakai baju merah merona.
"Selingkuh? Gimana maksudnya, Bu?"
"Itu, emang kalian enggak lihat infotainment tadi pagi? Menantu Ustadz Nazar selingkuh sama seorang model juga. Mana tidur bareng lagi, yakin nih habis ini pasti Ustadz Nazar ngusir itu perempuan hina." Perkataan pedas dari ibu-ibu itu membuat Yasmine tak bisa menahan laju air matanya.
Abidzar langsung memeluk istrinya yang kini terisak, ia mengajak Yasmine memasuki rumah abinya ketimbang menanggapi kata-kata ibu-ibu itu yang memang sengaja agar ia dengar.
"Assalamu'alaikum ...."
"Waalaikumsalam, datang juga akhirnya kalian." Abi Nazar menatap Yasmine dan Abidzar yang memeluk Yasmine.
"Ada yang bisa jelaskan pada Abi tentang info yang tadi pagi ada di televisi?" Abi Nazar langsung menembak tepat sasaran.
"Abi, harusnya suruh duduk dulu anak sama menantu kita. Jangan langsung diinterogasi," tegur Umi Syifa pada suaminya membuat pria paruh baya itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah sang istri.
"Abi enggak bisa tenang, Umi. Mereka harus segera jelaskan semuanya pada Abi," balas Abi Nazar yang kini kembali menatap Yasmine dan Abidzar.
"Semua yang ada di televisi itu salah paham, Abi." Abidzar yang angkat bicara.
"Jelaskan semuanya dari awal sampai akhir, kalian bisa duduk." Yasmine masih memeluk Abidzar, ia tak kuasa ikut menjelaskan. Jangankan menjelaskan, ia bahkan sudah tak punya muka lagi di hadapan kedua mertuanya.
Abidzar mengajak Yasmine duduk, laki-laki itu masih senantiasa memeluk istrinya. Ia akan memberikan kekuatan pada istrinya berupa pelukan, biar ia yang akan menjelaskan semuanya pada Abidzar. Hingga akhirnya mengalirlah semua cerita itu tanpa ada yang ditutup-tutupi pada Abi Nazar.
"Keterlaluan!" maki Abi Nazar berdiri.
"Abi," tegur Umi Syifa sambil memegangi lengan suaminya.
"Sudah saya bilang kalau kamu itu tidak cocok dengan anak saya! Kamu itu terlalu liar! Melihat berita yang ada di televisi, saya semakin yakin ingin kalian berpisah!" Abi Nazar berdiri, ia menarik putranya yang masih memeluk Yasmine.
"Abi, Dzar enggak mau pisah dari Yasmine," ucap Abidzar melepaskan diri dari abinya.
"M-maafkan saya," ucap Yasmine lirih sambil menunduk. Air matanya kembali mengalir, ia benar-benar merasa kalau ia benar wanita hina seperti yang ibu-ibu itu katakan tadi.
"Sekarang kamu pergi dari sini, saya tidak ingin melihat wajahmu lagi! Terlepas kamu bersalah atau tidak, saya tidak kuasa menanggung malu karena perbuatanmu!" hardik Abi Nazar.
"Kalau Abi usir Yasmine, berarti Abi juga usir Dzar. Dzar akan pergi bersama Yasmine," ucap Abidzar yang langsung mendekati istrinya kemudian kembali memeluknya.
"Abidzar!" bentak abinya.
"Dia itu wanita yang tidak pantas untukmu, kalau kamu mau Abi bisa carikan yang lebih baik dari dia!" ucap Abi Nazar begitu emosi karena putranya yang lebih memilih mendukung Yasmine.
"Bukankah Abi pernah bilang pada Dzar kalau kita di mata Allah itu sama? Yang membedakan hanya amal perbuatannya saja." Abi Nazar terdiam mendengar kata-kata putranya.
"Lagipula Dzar sama sekali enggak ingin wanita lain lagi, menurut Dzar hanya Yasmine yang pantas untuk Dzar. Dzar mencintai Yasmine, Bi. Dzar berharap kalau Abi dan Umi merestui cinta kami, Dzar akan mencari bukti agar nama kalian tak lagi tercoreng. Dzar dan Yasmine pamit, assalamualaikum ...." Abidzar merangkul bahu Yasmine, mengajaknya keluar dari rumah orangtuanya. Meninggalkan Abi Nazar yang berteriak memanggil namanya, sebagai suami Abidzar akan tetap ada bersama istrinya karena istrinya tak bersalah.***
Alhamdulillah sudah up lagi, back to konflik ....
Kalo rame komen+vote author lanjut, kalo sepi author pending dulu ya✌️
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
SpiritualAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...