Bab 20 | Pikiran Picik

9.8K 766 11
                                    

Hari ini Yasmine ada jadwal pemotretan sehingga mau tak mau ia harus kembali ke tempat kerjanya, ia juga harus rela meninggalkan Abidzar yang belum sepenuhnya pulih bersama Umi Syifa. Biar bagaimanapun ia sudah menandantangani kontrak kerjasama, jika ia asal membatalkan maka perusahaan itu pasti akan memberinya sanksi yaitu pengembalian dana beserta penaltinya. Ya walaupun nantinya ketika ia sampai di sana, ia harus siap bertemu dengan orang yang paling ia hindari. Siapa lagi kalau bukan Putra? Meskipun laki-laki itu telah melakukan kesalahan, ternyata ia sama sekali tidak menyerah dalam mendekati Yasmine. Putra begitu keras kepala dan percaya diri kalau ia terus mengejar maka Yasmine akan luluh.

Ketika berpapasan dengan Putra, Yasmine hanya melengos pergi tanpa berniat susah payah menyapa laki-laki itu. Lagipula untuk apa dia repot menyapa? Putra sudah sangat keterlaluan membuat Abidzar masuk rumah sakit dan harus dirawat beberapa hari di sana. Laki-laki itu juga sama sekali tidak ada inisiatif meminta maaf atas apa yang terjadi pada Abidzar, entah terbuat apa hatinya itu. Beruntung sekali Yasmine bisa terbebas dari jeratan laki-laki itu, tetapi memang sih dia jadinya kalau terjerat pernikahan bersama seorang berondong yang bahkan lebih muda dari mantan pacarnya itu. Namun, tentunya Abidzar jelas lebih baik dari Putra, Abidzar itu imut, baik, sopan dan meski terkadang cerewet mengenai penampilannya tapi dia ... Yasmine menggeleng, mengapa jadinya ia terus saja memikirkan Abidzar?

"Yas, akhirnya datang juga lo," ucap Bang Adi–fotografer yang kali ini akan memotret Yasmine.

"Sorry datangnya agak telat, Bang. Tadi gue ada urusan bentar," balas Yasmine menaruh tas tangannya di sebuah kursi yang ada.

"Gue udah dandan nih dari rumah, Bang. Jadi enggak usah pake make-up lagi ya? Tinggal ganti baju aja, kalo bisa langsung mulai aja ya Bang biar cepat selesai," sambung Yasmine.

"Hmm, yang mau ngerawat suami berondongnya ya gitu," ucap Bang Adi sambil mempersiapkan kameranya.

"Gimana sama suami lo, dia udah sembuh?" Yasmine mengernyit ketika mendengar pertanyaan Bang Adi, dipikirannya kali ini tengah bertanya-tanya bagaimana bisa Bang Adi tahu kalau Abidzar sakit?

"Tunggu ... lo tahu dari mana kalau suami gue sakit, Bang? Perasaan gue sama sekali enggak bilang ke siapa-siapa deh tentang ini," ucap Yasmine merasa heran.

"Manager lo tuh yang ngasih tahu gue, bilangnya harap dimaklumi kalo lo datangnya telat karena sambil ngurus suami tercinta yang baru pulang dari rumah sakit. Rika juga bilang kalo suami lo tuh masuk rumah sakit gara-gara Putra si mantan lo ya? Hebat ya Putra, harusnya gue kasih tepuk tangan yang meriah karena ternyata dia diam-diam enggak bisa move on dari lo." Adi mengedip menggoda Yasmine yang mendengkus karena mendengar kata-kata itu. Masalah Rika nanti awas saja ya, keterlaluan sekali mengatakan hal yang sebenarnya pada Bang Adi. Sedangkan masalah Putra ia tidak mau lagi peduli, Putra bukan siapa-siapanya. Kecuali kalau laki-laki itu kembali berulah, ia akan turun tangan menghajar langsung Putra.

"Enggak usah bahas lagi, Bang. Tambah lama nanti gue pulangnya," ucap Yasmine yang sama sekali tak menanggapi apa yang Bang Adi katakan.

"Enggak seru lo, padahal sesekali gitu gue denger kabar dari lo. Buat jadi bahan gosip gitu." Yasmine mendelik kesal mendengarnya.

"Heran gue sama lo, Bang. Cowok tapi hobi ngegosip, ketimbang terus ngegosip mending lo siapin tuh kameranya. Gue mau ganti baju bentar," ucap Yasmine kemudian pergi ke ruang ganti.

"Eh!? Ngapain lo di sini!?" Yasmine berteriak ketika Putra ternyata ada di ruang ganti yang sama dengannya dan ia sama sekali tak sadar akan hal itu, beruntung ia tadi belum berganti pakaian.

"Mau ketemu kamu dong, susahnya minta ampun. Aku kangen banget sama kamu, Sayang." Putra langsung memeluk Yasmine dengan erat, tentunya Yasmine berontak dan melepas paksa pelukan erat Putra.

"Enggak usah peluk-peluk, gue jijik dipeluk lo dan enggak usah panggil gue sayang karena gue bukan pacar lo!" Bukannya marah Putra malah tersenyum lebar.

"Enggak mau aku perlakuin gitu karena kamu takut ya kalo kamu sadar ternyata kamu masih cinta sama aku?" tanya Putra terlalu percaya diri, Yasmine bahkan mau muntah mendengar kata-kata itu.

"Enggak perlu takut gitu, meskipun kamu jadi janda sekalipun aku tetep cinta kok. Atau habis jadi janda kamu mau kita langsung nikah? Pasti aku kabulin, ayo kita nikah!" Yasmine mendelik sebal, ia memilih akan keluar dari ruang ganti. Namun ternyata Putra lebih cepat lagi dalam mengambil langkah, laki-laki itu dengan cepat menghalangi pintu ruang ganti itu dengan tubuh besarnya.

"Sebenarnya apa yang lo mau!?" tanya Yasmine memandang Putra tajam.

"Aku mau kamu," ucap Putra langsung mengutarakan apa yang ia inginkan.

"Gue enggak mau!"

"Mau enggak mau kamu harus mau, kamu pasti masih cinta 'kan sama aku? Kamu enggak pisah sama dia karena takut jadi janda 'kan? Kamu enggak usah khawatir tentang itu, aku akan selalu menerima kamu apa adanya." Yasmine hanya memutar kedua bola matanya malas.

"Jangan terlalu pede lo jadi orang, gue mau pisah atau enggak itu terserah gue. Dan asal lo tahu aja, hanya karena lo ancem dan mukulin Abidzar kayak gitu, gue sama sekali enggak akan pernah pisah sama dia. Camkan itu baik-baik!" Putra nampaknya begitu marah mendengar apa yang Yasmine katakan, ia mengepalkan keduanya tangannya kuat-kuat.

"Oke aku enggak akan ganggu kamu lagi tapi ada syarat yang harus kamu penuhi," ucap Putra setelah berhasil menahan emosinya.

"Apa?" tanya Yasmine yang memang sangat terganggu dengan gangguan Putra yang begitu menyebalkan.

"Semalam bersamaku di hotel, maka aku tidak akan mengganggu kamu lagi," bisik Putra tepat di telinga Yasmine.

PLAKKK

Yasmine menampar Putra dengan amarah yang tidak dapat ia bendung lagi, ia menatap Putra tajam.

"Lo pikir gue cewek apaan hah!? Lo bisa cari cewek lain, enggak usah ganggu gue lagi atau gue lapor polisi!" Yasmine mendorong tubuh Putra kencang hingga Putra tak lagi menutupi pintu ruang ganti, Yasmine keluar dari sana dengan napas memburu karena masih ada emosi yang tersisa.

Putra mengelap sudut bibirnya yang berdarah karena tamparan Yasmine yang begitu kencang, laki-laki itu tersenyum sinis sambil menatap punggung Yasmine yang semakin menjauh.

"Jangan kira hanya karena tamparan dan ancamanmu itu aku akan menyerah begitu saja, aku tidak akan menyerah! Tidak akan pernah!" Putra keluar dari ruangan ganti itu dengan langkah yang begitu santai seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

***

Alhamdulilah bisa up lagi, masih pada semangat 'kan mengikuti cerita ini? Yuk mana suaranya ....

Zasmine (Abidzar-Yasmine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang