Yasmine menatap ketiga orang di hadapannya sambil menunggu kata-kata apa yang akan ketiga orang itu katakan padanya, sudah Yasmine katakan kalau ia tentu bukan orang bodoh yang percaya begitu saja dengan alasan remeh yang mereka lontarkan padanya. Rasa sakit yang Yasmine rasakan dulu tidak akan pernah bisa terhapus dengan alasan dan permintaan maaf mereka yang sudah terlihat jelas sangat tidak ikhlas. Ada misi dibalik permintaan maaf serta kedatangan mereka yang ingin Yasmine ketahui dan Yasmine ingin mereka langsung to the point saja mengatakan alasan itu karena Yasmine tidak punya banyak waktu meladeni orang-orang jahat di hadapannya yang tidak tahu diri itu.
"Jadi begini, Yasmine. Kedatangan kami selain ingin bertemu kamu dan meminta maaf atas kesalahan kami padamu, kami ingin meminta tanda tangan kamu." Mommy Yasmine mengeluarkan sebuah map berisi berkas-berkas yang sudah Yasmine duga sebelumnya.
"Kamu 'kan sudah tinggal di sini sejak lama, kemungkinan kamu akan menatap juga di sini. Jadi Mommy ingin agar kamu bisa memberikan warisan yang ayah berikan pada Mommy," ucap Mommy Yasmine membuat Yasmine yang mendengarnya berdecih.
"Sudah kuduga, kalian tidak akan mungkin ke sini hanya untuk urusan tidak penting." Yasmine tersenyum miring sambil mengatakan itu.
"Jadi mana yang harus aku tanda tangani?" tanya Yasmine membuat ketiga orang itu tersenyum.
"Ini, kamu tanda tangan di sini." Mommy Yasmine dengan antuasias menyerahkan berkas pemindah alih kekayaan itu pada Yasmine sambil menunjukkan tempat di mana Yasmine harus membubuhkan tanda tangan.
"Terima kasih ba ...."
SREET!
Perkataan Mommy Yasmine terhenti ketika Yasmine merobek berkas itu tersenyum, setelah itu Yasmine menatap ketiganya dengan wajah pura-pura bersalah.
"Ups, maaf. Aku tidak sengaja," ucap Yasmine sambil tersenyum miring.
"Apa yang kamu lakukan, Yasmine!?" teriak Mommy Yasmine marah yang hanya ditanggapi Yasmine dengan santai.
"Aku tadi sudah bilang kalau aku tidak sengaja," balas Yasmine santai.
"Jelas saja kamu sengaja merobek berkas itu, Mommy melihatnya!"
"Nah itu tahu, jadi kesimpulannya. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menandantangani berkas itu, enak saja kalian mau menikmati harta ayahku. Beliau tidak akan pernah rela hartanya dinikmati oleh kalian!" Mommy Yasmine yang mendengar perkataan Yasmine itu pun menggeram marah karena emosi.
"Apa? Mau tampar? Silakan saja, biasanya juga dulu kamu selalu menyakitiku." Yasmine dengan terang-terangan memberikan pipinya untuk ditampar.
Pertengkaran itu menjadi pusat perhatian pengunjung yang ada di sini, ayah tiri Yasmine menahan lengan istrinya yang akan melayangkan tamparan itu di pipi Yasmine.
"Sudah, Mom. Tidak baik, banyak orang di sini. Yasmine, kami minta maaf atas kekhilafan kami dulu. Tidakkah kamu bersedia memaafkan kami?" Yasmine hanya berdecih mendengarnya.
"Ya aku akan memaafkan kalian ...." Mereka sudah tersenyum dengan penurutan Yasmine.
"Asalkan kalian bisa kembali ke negara asal kalian hari ini juga, tanpa menggangguku ataupun harta ayahku!" teriak Yasmine dengan berani, lagipula untuk apalagi ia takut? Tidak ada hal yang perlu ia takutkan lagi. Ia sudah dewasa, jikapun kedua orang tua di hadapannya ini ingin menyakitinya itu tidak akan pernah bisa lagi.
"Mana bisa begitu! Kamu harus menandatangani surat itu baru kami akan pergi!" protes Mommy Yasmine.
"Sebenarnya aku tidak peduli dengan harta ayah karena di sini aku sudah hidup serba cukup, tetapi aku tidak akan rela jika harta itu jatuh ke tangan orang yang salah. Daripada aku memberikan harta itu pada kalian, lebih baik aku berikan saja pada orang yang lebih membutuhkan. Semacam panti asuhan misalnya," ucap Yasmine yang semakin menyulut emosi mommy-nya.
"Kamu ingin memberikan warisan itu pada orang lain daripada ibu kamu sendiri!?" Yasmine mengangguk mantap.
"Dasar anak tidak tahu diri! Menyesal aku pernah melahirkanmu ke dunia ini!" teriaknya, Yasmine hanya bisa memejamkan mata mendengar teriakan itu.
"Aku juga tidak pernah meminta dilahirkan di rahim wanita sepertimu, jadi jangan pernah ganggu aku lagi. Urusi saja kehidupan kalian masing-masing!" balas Yasmine.
"Kalau bukan karena harta itu aku tidak akan pernah sudi menemui!" Yasmine menatap mommy-nya dengan kekesalan yang sudah berada di ubun-ubun, tetapi ia lebih memilih mengambil tasnya kemudian pergi dari hadapan mereka.
Di dalam mobil, dada Yasmine naik turun karena emosi. Tanpa diminta, air mata tiba-tiba menetes. Sekuat apapun ia berusaha menjadi wanita yang tidak lemah, nyatanya hatinya masih saja sakit dengan perkataan mommy-nya yang kasar seperti itu. Sudah bertahun-tahun berlalu, tetapi mommy-nya sama sekali tidak ada perubahan. Bukannya benar-benar menyesal karena telah menyakiti hati Yasmine dulu, mommy-nya malah menambah luka baru itu. Yasmine menghapus air matanya kemudian melajukan mobilnya ke kampus Abidzar, ia pasti sudah sangat telat menjemput suami berondongnya itu.
"Sorry gue lama jemputnya, lo udah lama ya nunggunya?" tanya Yasmine ketika Abidzar memasuki bangku penumpang sampingnya.
"Enggak terlalu lama kok, kamu abis nangis?" Abidzar balik bertanya ketik melihat wajah sembab Yasmine.
"Enggak kok, tadi gue abis makan ayam geprek level ekstra makanya kayak nangis gini. Padahal gue kepedesan," ucap Yasmine berbohong.
"Lo udah makan?" tanyanya sambil menjalankan mobilnya.
"Udah tadi," jawab Abidzar.
"Di mana?"
"Di kantin?"
"Sama siapa?"
"Temen."
Lah kenapa Yasmine malah seperti seorang polisi yang tengah mengintrogasi tersangka?
"Cewek atau cowok temen lo?" Dengan pertanyaan ini, Yasmine benar-benar penasaran dengan jawabannya.
"Cewek." Mata Yasmine membulat mendengarnya.
"Wah lo punya pacar ya? Enggak nyangka gue!" teriak Yasmine heboh hingga Abidzar terkejut.
"Eh pacar? Siapa yang punya pacar?" tanya Abidzar bingung.
"Lo lah, tadi katanya lo makan bareng sama cewek. Dia pacar lo 'kan? Hayo ngaku?" goda Yasmine.
"Aku enggak punya pacar, dia cuma temen. Lagian aku udah punya istri, mana mungkin aku pacaran sama orang lain. Pacaran juga dilarang sama agama, aku cuma mau pacaran secara halal dan sesuai yang diajarkan agama." Abidzar menjawab itu dengan mantap.
"Lah tinggal ajakin aja itu pacar lo secara halal," komentar Yasmine santai.
"Kamu enggak cemburu?" tanya Abidzar memandang Yasmine lekat-lekat, Yasmine yang merasa diperhatikan pun sedikit risih.
"Enggaklah! Ngapain juga gue cemburu?" tanya balik Yasmine yang merasa heran dengan pertanyaan Abidzar.
"Ya udah aku mau ajakin orang pacaran secara halal aja," ujar Abidzar.
"Wah sama siapa? Kenalin ke gue dong!" pinta Yasmine antusias, lagipula jarang-jarang Abidzar yang polos ini mau pacaran. Dia harus melihat tipe perempuan idaman bagi Abidzar 'kan? Untuk apa? Alasannya hanya dia dan Allah yang tahu hehehe.
"Kamu."
"Hah?"
"Kamu, 'kan kita udah nikah. Jadinya kalau mau pacaran enggak ada masalah lagi karena udah halal," ujar Abidzar menjelaskan dengan malu-malu. Yasmine yang mendengar itu refleks mengerem mobilnya secara mendadak, gara-gara kepolosan Abidzar sejenak ia melupakan masalah keluarganya.
***
Holla up lagi nih, ada yang kangen? Wkwk akhir-akhir ini tambah sibuk nih guys di lapak sebelah hehehe. Tau lah di mana 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
SpiritualAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...