Laki-laki yang beberapa waktu lalu telah memberi jebakan pada sang mantan kekasihnya itu tersenyum senang sambil melihat foto di tangannya. Ia yakin sekali kalau Yasmine pasti akan kembali padanya, mengingat kalau ancamannya itu jelas saja akan sangat mengganggu Yasmine. Beruntung juga ia tadi memberi sebuah noda merah di sprei putih yang Yasmine tiduri, Putra yakin sekali kalau Yasmine tak akan pikir panjang pasti langsung memintanya kembali. Putra sangat mengenal Yasmine, wanita galak yang sayangnya sangat ia cintai itu tak pernah tersentuh oleh seorang pria. Dan Putra yakin, Abidzar yang polos tentu tidak akan mengerti apa-apa mengenai hal itu. Putra yakin kalau dua orang yang terikat hubungan pernikahan itu sama sekali belum melakukan ibadah wajib itu. Hal itu sangat mudah ia tebak.
Kembali ia melihat ke arah fotonya bersama Yasmine yang tengah berbaring di dalam selimut yang sama. Jika dilihat, mereka seperti habis melakukan sesuatu. Sesuatu yang tentunya akan menjadi aib jika tersebar luas, ini adalah senjatanya untuk menjadikan Yasmine miliknya kembali. Ia memainkan foto di tangannya kemudian kembali memasukkan foto itu ke dalam sebuah bingkai. Foto ini tentu saja akan ia abadikan, atau perlu akan ia jadikan benda bersejarah baginya. Di mana sejarah itu, Yasmine kembali bertekuk lutut di hadapannya tanpa adanya keterpaksaan dari wajahnya. Putra tak sabar menunggu hal itu terjadi.
"Put, apa yang udah kita lakuin ini enggak terlalu berlebihan?" tanya Yogi yang sedari tadi diam menatap Putra yang sepertinya tengah berbahagia.
Senyum di wajah Putra hilang, laki-laki itu menatap Yogi tajam. Hal itu membuat Yogi langsung merapatkan bibirnya, apalagi wajah Putra saat ini nampak tak senang.
"Lo udah gue bayar kalau aja lupa, tugas kalian tinggal patuhi apa yang gue suruh dan tutup mulut! Kalian boleh pergi, jangan ganggu kesenangan gue!" usir Putra mengibaskan tangannya meminta kedua temannya itu pergi dari rumahnya.
"Ayo kita pergi," ucap Brandon mendorong tubuh Yogi pelan.
Yogi agak ragu hingga akhirnya ia memutuskan keluar dari rumah Putra diikuti oleh Brandon, ia berharap semoga saja apa yang Putra lakukan tak berdampak pada dirinya.
"Selangkah lagi, maka sebentar lagi kamu akan kembali padaku, Sayang." Putra menatap wajah Yasmine di foto itu, ia membelai foto Yasmine yang tengah bersamanya itu dengan lembut.
"Aku yakin kamu pasti akan meninggalkan bocah ingusan itu kemudian memohon agar bisa kembali menjadi kekasihku lagi," ucap Putra berbicara pada dirinya sendiri. Rasanya tak sabar ia menunggu waktu itu tiba, ia yakin sekali kalau Yasmine pasti akan kembali padanya.
***
Di sisi lain, Yasmine sudah lumayan tenang. Abidzar mengusap lembut punggung Yasmine, sama sekali tak terdengar lagi isakan tangis dari wanita itu. Dan ketika Abidzar merenggangkan pelukannya, Abidzar menyadari kalau ternyata Yasmine sudah terlelap dalam pelukannya. Abidzar menggelengkan kepalanya pelan, laki-laki itu membaringkan tubuh Yasmine dengan perlahan di tempat tidur. Ia menyelimuti tubuh Yasmine dengan selimut. Sebenarnya Abidzar ingin sekali menggantikan pakaian Yasmine yang basah, tetapi laki-laki itu takut kalau Yasmine akan marah. Apalagi Yasmine baru saja mengalami hal yang begitu menyedihkan, Abidzar tak dapat membahayakan apa yang Yasmine rasakan.
Terlepas dari semua itu, Abidzar tak akan pernah meninggalkan Yasmine. Jujur saja, ada sebuah ketertarikan yang erat antara hatinya dengan Yasmine. Abidzar merasa kalau Yasmine itu merupakan sosok perempuan dewasa yang layak dilindungi. Meskipun ia tak cukup dewasa untuk selalu memahami apa maunya Yasmine, tetapi ia akan berusaha menjadi seorang suami yang baik dan pengertian untuk istrinya. Ia akan selalu ada di sisi Yasmine baik suka maupun dukanya.
Abidzar mengusap wajah Yasmine dengan ibu jarinya, ia membersihkan sisa-sisa jejak air mata di pipi istrinya. Kemudian laki-laki itu memutuskan untuk pergi ke luar dari kamar, ia akan membiarkan sang istri beristirahat. Sedangkan dirinya ke dapur, ia akan memasak bubur ayam untuk sang istri. Kebetulan di dalam kulkas ada beberapa potong ayam, ia akan menggoreng ayam itu agar buburnya semakin nikmat dengan suiran ayam.
Abidzar memang hanya anak tunggal, tetapi hal itu tak lantas menjadikan Abidzar sosok yang manja. Abidzar terbiasa membantu uminya di dapur sehingga hanya urusan memasak seperti ini ia sudah terbiasa. Seharusnya Yasmine beruntung memiliki suami seperti Abidzar, sudahlah laki-laki itu tampan imut-imut, pintar beberes rumah, pintar masak pula. Benar-benar tipikal suami penurut yang dan idaman.
"Yasmine, bangun ...." Abidzar menggoyangkan lengan istrinya dengan pelan.
Ia sudah selesai memasak bubur dan ia pikir Yasmine pun sudah cukup beristirahat, istrinya itu perlu mengisi perutnya dengan asupan gizi yang cukup. Sehingga Abidzar memutuskan membangunkan Yasmine dari tidurnya, karena jika ia menunggu Yasmine bangun. Bubur yang sudah ia masak tidak akan hangat lagi dan pastinya jika dihangatkan rasanya tidak akan senikmat ketika baru pertama kali disajikan.
"Eum ...." Yasmine melenguh, ia membuka kedua matanya dengan pelan hingga tatapannya dan Abidzar pun bertemu.
"Aku yakin kamu belum makan dari tadi," ucap Abidzar sambil tersenyum.
"Ganti baju dulu ya? Abis itu kamu harus makan," sambungnya. Laki-laki itu memberikan Yasmine baju ganti.
"Enggak mau." Yasmine menggelengkan kepalanya.
"Ganti bajunya, nanti kamu masuk angin." Akhirnya karena Abidzar terus saja cerewet, Yasmine mengambil baju yang Abidzar berikan padanya kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekaligus mengganti baju.
"Sekarang makan, atau perlu aku suapi?" tawar Abidzar.
"Lo kenapa baik banget sama gue? Padahal gue udah cerita sama lo semuanya. Kenapa lo masih di sini dan enggak pergi ninggalin gue?" tanya Yasmine.
"Baca bismillah dulu," ucap Abidzar sambil mendekatkan sesendok bubur didekat bibir Yasmine.
Yasmine menurut, wanita itu menerima suapan Abidzar. Wanita itu yakin kalau bubur ini buatan Abidzar, bukannya bubur beli. Ia sudah sangat hafal sekali rasa masakan Abidzar karena laki-laki itu memang cukup sering membuatkannya. Sedangkan dirinya tidak pernah karena memang ia tidak pintar memasak.
"Terlepas semua yang sudah berlalu, aku enggak akan pernah mempermasalahkan itu. Anggap aja hal itu enggak pernah terjadi, aku mau menerima kamu apa adanya sebagai istriku. Baik kelebihan ataupun kekurangan, baik prestasi ataupun aib. Manusia itu enggak ada yang sempurna, jika hanya mencari kesempurnaan maka seharusnya kekecewaan lah yang diterima." Abidzar berucap panjang lebar sambil terus menyuapi bubur buatannya pada Yasmine hingga bubur itu habis.
"Buktikan! Buktikan kalo lo emang menerima gue apa adanya, bantu gue." Abidzar mengernyit mendengar balasan kata Yasmine.
"Maksudnya?" tanya Abidzar bingung.
"Bantu gue ngehapus jejak kotor itu, lo mau 'kan bantu gue? Anggap aja gue lagi berbakti sama suami gue," ucap Yasmine dengan suara pelan. Wanita itu menunduk, jujur ia sudah tak punya harga diri lagi di depan Abidzar sehingga meminta hal seperti itu pada laki-laki polos di hadapannya ini yang merupakan suaminya sendiri.
"K-kalo lo enggak paham, ya udah enggak jadi aja." Yasmine sudah tak punya muka lagi ketika Abidzar hanya diam saja.
"Kata siapa aku enggak paham?" tanya Abidzar mengulas senyumnya yang begitu manis.
"Aku paham kok, cuma aku menunggu kesiapan kamu aja. Apa kamu siap kita sama-sama menyempurnakan pernikahan kita dengan hal itu?" tanya Abidzar lagi, Yasmine sampai terperangah.
Dan anggukan kecil dari Yasmine adalah awal dari segalanya, awal dari pembuktian kalau Yasmine masih benar-benar suci sebelum Abidzar mengajaknya merasakan lautan cinta yang teramat indah hingga membuat seluruh tubuh serasa melayang.***
Up lagi up lagi ....
Uwuw mau satu yang kayak Dzar🥺
Ayok readers ramaikan 🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
SpirituellesAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...