Waktu berjalan begitu cepat sekali, tak terasa kalau pernikahan Abidzar dan Yasmine sudah berlangsung selama lima tahun. Itu berarti usia Ayisha, putri mereka, sudah tiga tahun setengah. Abidzar pun sudah lulus dari kuliahnya dan mendapatkan sebuah pekerjaan menjadi salah satu karyawan di sebuah perusahaan yang cukup besar. Yasmine merasa bangga sekali pada suami berondongnya itu, Abidzar merupakan sosok laki-laki pekerja keras, sayang keluarga dan sangat bertanggung jawab. Yasmine tak pernah menyesali keputusannya mengorbankan dunia modellingnya demi menjadi istri dan ibu rumah tangga seutuhnya untuk Abidzar karena apa yang Abidzar katakan benar-benar terjadi. Di mana jika kita ikhlas melakukan suatu perbuatan baik, maka kebaikan itu akan Allah balas dua kali lipat dari apa yang pernah dikorbankan.
Ayisha pun tahun depan sudah bisa masuk sekolah TK, pertumbuhan anak itu semakin pesat sekali. Ayisha merupakan anak yang sangat pandai, di usia kurang dari satu tahun waktu itu ia sudah bisa berbicara dan berjalan dengan lancar. Lebih cepat dari kebanyakan anak seusianya. Hubungan Abidzar dan Yasmine pun semakin lama semakin harmonis, mungkin ada sedikit pertengkaran yang terjadi beberapa tahun belakangan. Namun, dengan cepat mereka menyelesaikannya dengan baik. Abi Nazar dan Umi Syifa pun semakin perhatian tak hanya pada Abidzar dan cucu mereka saja melainkan juga dengan Yasmine, hal itu benar-benar membuat Yasmine merasa sangat beruntung karena Allah memberinya takdir sebaik ini. Bisa menikah dengan laki-laki sebaik Abidzar dan memiliki keluarga seperti Abi Nazar serta Umi Syifa yang begitu penyayang.
"Sayang! Boleh tolong cariin dasi aku enggak!?" panggil Abidzar saat ia mencari-cari dasi yang hari ini ingin ia pakai, tetapi tidak ditemukan juga di bagian lemari mana-mana.
"Sayang!?" Abidzar kembali memanggil saat yasmine sama sekali tidak menanggapinya.
Akhirnya Abidzar memutuskan untuk mencari keberadaan sang istri, ia mencari Yasmine di mana-mana, tetapi tidak menemukannya. Hingga, ia melihat kalau Ayisha tengah menggambar di ruang keluarga, ia pun lantas menghampiri putri kecilnya itu.
"Ayi lihat Bunda enggak?" tanya Abidzar pada putrinya.
"Tadi Bunda ke dapur, Ayah, mau buatin Ayi susu cokelat," jawab anak itu sambil menatap sang ayah.
"Tapi Ayah udah cari Bunda ke sana dan Ayah enggak ngeliat Bunda," ujar Abidzar.
Ayisha hanya mengangkat bahunya, pertanda kalau anak kecil itu tidak tahu kemudian ia kembali melanjutkan kegiatan menggambarnya.
Abidzar akhirnya kembali ke dapur, mencari sekali lagi istrinya. Hingga ia dapat mendengar suara-suara di dalam kamar mandi dapur, lantas ia langsung pergi ke kamar mandi dapur.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Abidzar khawatir saat melihat sang istri duduk jongkok di lantai kamar mandi dapur.
"A-aku enggak apa-apa," balas Yasmine terbata-bata.
Abidzar ikut berjongkok, diraihnya dagu Yasmine agar ia dapat melihat dengan jelas wajah istrinya yang ternyata sangat pucat sekali. Bibir Yasmine yang biasanya berwarna merah muda alami menjadi sangat pucat dan berwarna putih.
"Kamu pucat banget," ujar Abidzar.
"A-aku enggak apa-apa .... Huwek! Huwek!" Yasmine mengeluarkan isi perutnya yang ternyata hanya air putih saja yang keluar.
Abidzar yang peka pun lantas memijit tengkuk sang istri hingga akhirnya Yasmine selesai.
"Udah?" Yasmine hanya mengangguk pelan.
Tanpa aba-aba, Abidzar menggendong tubuh Yasmine ala bridal style dan membawanya keluar dari kamar mandi dapur menuju kamar mereka.
"Aku enggak apa-apa, baju kamu nanti kotor kalo harus gendong aku. Bau muntah nanti," ujar Yasmine saat Abidzar berjalan menuju kamar mereka.
Abidzar sama sekali tidak menanggapi perkataan Yasmine, laki-laki itu terus berjalan menuju kamar mereka kemudian membaringkan tubuh sang istri di atas tempat tidur dengan perlahan.
"Enggak panas," gumam Abidzar saat ia memegangi dahi Yasmine.
"Udah aku bilang kalo aku enggak apa-apa, aku cuma kecapekan aja nih kayaknya. Udah ah, aku mau buatin susu untuk Ayi dulu." Yasmine berusaha bangkit, tetapi belum sempat ia berdiri, tubuhnya kembali limbung. Dengan cepat Abidzar menahan tubuh Yasmine yang akan terjatuh, laki-laki itu kembali membaringkan tubuh Yasmine di atas tempat tidur.
"Kamu istirahat aja, aku panggil dokter dulu." Abidzar hendak pergi, tetapi Yasmine menahan tangannya.
"Enggak perlu, aku baik-baik aja, Sayang," ujar Yasmine lembut.
"Baik-baik aja gimana? Orang kamu tadi muntah-muntah terus mau jatuh juga. Aku benar-benar khawatir, udah biarin aja aku telepon dokter. Aku enggak akan bisa tenang sebelum kamu diperiksa dokter." Yasmine menggelengkan kepalanya, tangannya tetap memegangi lengan Abidzar. Menahan suaminya itu agar tetap di sini bersamanya.
"Aku beneran enggak apa-apa, aku begini juga karena keadaanku yang sekarang." Perkataan Yasmine sedikit ambigu hingga membuat Abidzar tak paham.
"Maksud kamu?" tanya Abidzar.
"Huft, sebenarnya ini tuh kejutan buat kamu nanti tepat di hari pernikahan kita. Tapi karena kamu khawatir banget gini, aku jadi enggak tega." Abidzar menunggu perkataan Yasmine selanjutnya.
Namun, bukannya bersuara, Yasmine hanya diam saja. Tangan istrinya itu meraih tangannya kemudian menaruhnya di atas perut ratanya, hal itu membuat Abidzar mengernyit. Tak mengerti dengan apa yang Yasmine perbuat.
"Di dalam sini, ada adiknya Ayisha," ucap Yasmine sambil tersenyum.
Mendengar perkataan Yasmine, akhirnya Abidzar jadi paham dengan apa yang Yasmine maksud. Seketika matanya berbinar-binar mendengarnya, tak percaya di pagi hari yang cerah ini ia mendengar kabar yang begitu membahagiakan. Ia akan menjadi seorang ayah untuk yang kedua kalinya, Ayisha akan memiliki seorang adik!
"Maksudnya sekarang kamu lagi hamil?" Yasmine mengangguk sambil tersenyum.
Abidzar langsung mengucapkan syukur atas rezeki yang telah Allah beri dengan mereka yang kembali dipercayai untuk memiliki calon anak lagi.
"Alhamdulillah, terima kasih banyak, Sayang." Abidzar menunduk, ia mengecup kening Yasmine untuk mencurahkan rasa sayang dan senangnya.
"Sama-sama." Yasmine tersenyum, ikut tersenyum bahagia dengan respon Abidzar.
"Padahal aku mau kasih kejutan buat kamu, tapi gagal deh. Gara-gara kamu nih yang khawatir banget, gagal rencanaku." Abidzar terkekeh mendengar perkataan Yasmine.
"Enggak apa-apa gagal, yang penting kamu dan calon anak kita selalu sehat." Abidzar menunduk, laki-laki itu mencium perut Yasmine kemudian mengusapnya dengan sayang.
"Tumbuh yang sehat di dalam perut Bunda ya, Nak. Ayah dan Bunda tunggu kehadiran kamu beberapa bulan lagi," gumam Abidzar sambil tersenyum.
"Kamu enggak ke kantor hari ini?" tanya Yasmine ketika mereka terdiam beberapa menit.
"Aku masuk agak siangan aja, takut kamu kenapa-kenapa."
"Tapi nanti kamu dimarahin atasan kamu loh," tegur Yasmine.
"Enggak akan, aku bisa izin datang terlambat. Lagian biasanya 'kan aku datang tepat waktu, enggak ada salahnya hari ini datang agak terlambat. Hari ini juga ada rapat dan itu siang, jadi enggak apa-apa."
"Sejak kapan suami aku yang rajin pake banget ini tiba-tiba jadi males?" tanya Yasmine berniat menyindir Abidzar.
"Sejak aku dapat kabar kalau kita akan punya dua anak," jawab Abidzar membuat Yasmine tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zasmine (Abidzar-Yasmine)
EspiritualAbidzar dan Yasmine, dua orang manusia yang terjebak dalam hubungan pernikahan karena kesalahpahaman yang terjadi atas apa yang masyarakat lihat. Mereka dinikahkan secara paksa di rumah Pak RT karena dianggap akan mencemarkan desa mereka bila dua or...