"Semua gara-gara Ari sialan!!!" teriaknya sambil membanting botol yang dia pegang hingga pecah.
"Tapi gue udah urus semua biar dia ke tangkep tanpa harus —"
Kenza melihat kearah temannya itu; Gandi. Tatapannya sangat sengit sehingga orang yang bernama Gandi itu bugkam dan menundukan kepalanya.
"Iya, tapi bajingan si Ari itu pasti ngasih tau semua ke Zeril"
"Berani emang dia buka mulut?" orang yang bernama Enggar menimpali perkataan Kenza.
"Zeril berapa hari yang lalu gue liat dia kerumah gue, gue pastiin kalo dia udah tau. Siapa lagi yang ngasih tau kalo bukan si Ari. Dan, dia pasti lagi cari gue sekarang"
"Gimana nggak cari lo sekarang, lo juga udah buat sahabat dia si Daniel mati"
"Gue berpikir, Daniel yang ngasih tau semua ke Zeril bukan Ari"
Kenza tampak berpikir "Daniel mati?" Kenza mengalihkan.
"Lo baru tau, hah?"
"Kalo pun Daniel mati juga nggak mungkin dia ngasih tau Zeril, karena terakhir gue liat dia sekarat bukan main. Mungkin langsung mati di tempat" pikir Kenza sambil tersenyum licik.
"Kejadiannya sama kayak waktu lo sama Zeril—"
Kenza menatap sengit "Mau gue tampol, hah?"
Enggar membuatnya mengingat akan masalalunya dengan Zeril. Ketika dia hampir saja mati di tangan cowok itu. Dan, sekarang bukannya Zeril yang merasakan hal yang sama dengannya malah temannya itu yang menjadi sok pahlawan bagi Zeril saat itu.
"Terus lo mau kayak gimana sekarang?"
"Habisin Zeril sebelom dia nemuin gue" ucap Kenza sambil menghempaskan puntung rokok yang di pegangnya dengan asal.
"Tapi Ken—" ucapan cowok bernama Krisna terputus.
"Kenapa? lo nggak mau bantu gue?"
"Nggak git—" Krisna hanya tidak yakin.
"Nasib lo malah bakal lebih dari si Ari. Apa mau kayak si Daniel?" ancam Kenza dengan segala penekanan.
---------------------------
Kaira benar-benar merasa canggung sekali dengan Runa. Mereka berdua hanya berbicara seperlunya saja kalau sudah tak ada keperluan lainnya mereka hanya saling diam dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kaira hanya lebih memilih membaca novelnya di balkon membiarkan Runa sendiri dalam ruangan karena Kaira juga berpikir Runa butuh waktu tenang. Apalagi dengan kejadian yang menimpanya tentang sepupunya itu.
"Kai"
"Eh, sini sini" ajak Kaira menepuk sofa kosong di sebelahnya.
Runa tiba-tiba datang membawa dua gelas cokelat panas untuk dirinya dan juga untuk Kaira.
"Kai, sorry banget yaa udah ngerepotin lo banget"
"Lo udah ngomong kayak gitu berapa kali, Run?"
"Hehe" kekeh Runa canggung "Abis gue nggak tau lagi mau minta bantu siapa, saudara gue satu-satunya disini cuma Ari yang lainnya jauh. Jadi gue minta bantu lo karena lo satu-satunya temen cewek yang deket sama gue"
"Santai aja"
"Gue pikir lo akan nolak buat tinggal sementara sama gue"
Kaira tersenyum "Haha, santai sih"
"Nggak mungkin gue minta bantu Zeril atau Zeris yang temenin gue di sini"
Kaira baru menyadari kalau Runa benar-benar menganggapnya teman terdekatnya dengan kalimat-kalimat yang di keluarkan cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Boy
Teen Fiction[slowupdate]- Mereka memang mirip dari segi fisik, mereka berdua bagaikan seorang yang sedang bercermin, Namun mereka berbeda dari segi sifat..