Zeril mencari keberadaan Kaira kesana kemari, berharap ada tanda-tanda keberadaan dari cewek itu. Zeril tak bisa menghubunginya karena hapenya lowbat. Zeril mengusap rambutnya kebelakang yang berantakan karena panik usai berlari.
"Zeril"
"Ah shit!" pekik Zeril terkaget sambil mengelus dadanya. Zeril menghadap kearah orang tersebut "Lo bikin gue panik, tau nggak?"
Kaira memang melihat raut wajah panik dari Zeril, terlebih lagi Zeril kini terlihat berantakan "Lo kenapa sih?" tanya Kaira bingung sambil terus memegang eskrim yang hampir meleleh.
Zeril mengambil nafas dalam.
"Lo kenapa pergi sendiri sih?" tanya Zeril masih dengan nada yang nggak biasa "Lo nggak apa-apa kan?" tanya Zeril lagi sambil memutar-mutar tubuh Kaira, memastikan tidak ada yang berubah dari cewek itu.
"Gue nggak apa-apa, kok" jawab Kaira santai sambil menjilati eskrimnya.
"Terus tadi lo ketemu siapa?"
Kaira sempat berpikir "Ah iya, gue tadi ketemu sama kawan lo"
"Siapa?"
"Yang nanyaaaaaa"
"Serius munarohhh"
Kaira tertawa karena ekspresi Zeril "Eza, katanya"
"Eza?"
Zeril berpikir sejenak. Eza? Bahkan dia tidak pernah punya teman bernama Eza. Atau mungkin dia lupa mempunyai teman bernama Eza. Zeril berpikir kalau ini adalah ulah dari orang itu. Tapi Zeril berusaha berpikir positif. Mungkin itu fansnya yang mengaku sebagai kawannya.
"Lo nggak kenal? Tapi dia tau lo, Ril"
Zeril mengedikan bahunya tidak peduli "Nggak, mungkin itu fans gue. Secara gue tampan dan menawan, nggak ada yang nggak kenal sama gue"
"Bodoamat dah"
Zeril pun tak bisa bohong kalau dia mencurigai ini adalah rencana dari orang itu. Zeril hanya bersikap biasa saja agar Kaira pun tidak berpikir aneh-aneh.
"Lain kali kalo gue lagi nggak sama lo terus ketemu orang yang nggak lo kenal tapi dia kenal gue, jangan di tanggepin lagi" kata Zeril sambil mengusap puncak kepala Kaira.
----------------------------------------------
"Ah, sakittt" ucapnya meringis.
"Ini kenapa lagi sih bisa kayak gitu?" ucap orang yang dihadapannya.
Zeris mengerang kesakitan saat diobati lengannya yang bergaret oleh Cio. Ya, tadinya Zeris memang berniat pulang setelah mengantar Cio ke rumah namun beberapa meter belum jauh dari rumah Cio, Zeris di hadang oleh orang yang tidak di kenal. Orang itu memakai helm dan masker untuk menutupi wajahnya. Entah maksud dari orang itu apa, orang itu tiba-tiba menarik Zeris dari motornya dan langsung melayangkan tinjunya kearah Zeris yang memang tidak memakai helm ataupun masker.
"Kayaknya semenjak berantem sama Dikta, lo jadi ketagihan berantem yaa" ucapan Cio langsung dihadiahi tatapan tajam dari Zeris.
"Yang gue denger orang itu bilang ke gue sebelom dia pergi 'Ini nggak seberapa, tunggu aja nanti'. Bahkan gue nggak pernah yang namanya—"
"Tunggu, kalo dia ngomong begitu sama lo. Berarti, lo pernah berurusan sama dia sebelomnya. Coba lo pikir-pikir, lo pernah ngerjain siapa atau berbuat apa sama orang—"
Zeris berdecak "Bahkan lo tau, Ci. Gue nggak pernah kan yang namanya punya masalah sama orang. Gue tipe orang yang males nyari masalah" ucap Zeris sambil berkaca melihat sudut bibirnya yang memar dan terdapat darah kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Boy
Teen Fiction[slowupdate]- Mereka memang mirip dari segi fisik, mereka berdua bagaikan seorang yang sedang bercermin, Namun mereka berbeda dari segi sifat..