33

2.1K 134 91
                                    

"Kok bisa tuh anak tepar gitu?" tanya Zeril sambil melepas helmnya.

"Dia sama lo sama aja" ucap dingin Zeris yang baru saja keluar dari mobilnya.

Karena Runa lah akhirnya mereka berdua pulang bersamaan. Zeril tak ada niat untuk pulang bersama sebenarnya, hanya saja kebetulan kalau mereka sampai rumah secara bersamaan.

"Dih nggak usah nyama-nyamain,"

"Sama-sama nyusahin orang, hobi berantem balik-balik muka bukan muka lagi" ketus Zeris.

"Bukannya terimakasih sama gue"

"Ngapain makasih sama lo?" tanya Zeris bingung.

"Lo tuh emang nggak ada terimakasihnya gitu sama gue"

"Emangnya lo ada juga begitu sama gue?"

"Beda sikon"

"Apaansih, harus gitu? Runa lah yang harus bilang gitu sama lo"

"Lagian lo ngapain sih disana?" tanya Zeril yang di berjalan di belakang Zeris memasuki rumahnya.

"Suka-suka gue mau ngapain disana"

"Wah wah wah.. curiga gue, nggak ada Ari dan lo sama Runa berduaan aja di apart—" ucapan Zeril terpotong ketika tak sengaja menabrak tubuh Zeris yang berhenti mendadak di hadapannya.

Zeris menggeplak kepala Zeril membuat cowok itu berhenti bicara "Otak gue suci nggak kayak otak lo kotor" ucapnya dengan muka datar.

"Aw, santai anjim"

"Wahh, dua jagoan Papah abis dari mana ini. Tumben pergi berdua, Papah nggak diajak" ucap Papahnya dengan semyum sumringah melihat kedua anak kembarnya yang tak biasa berbarengan seperti itu.

Zeris dan Zeril langsung menoleh kearah Papahnya.

"Zeris abis dari Runa, Pah" jawab Zeris.

"Kalo Zeril?"

"Apaansih kayak bocah tau nggak, di tanyain kayak gitu" ucap Zeril pelan yang tak suka dengan pertanyaan Papahnya itu.

Zeris yang mendengar ucapan Zeril langsung menginjak kaki Zeril dengan keras membuat Zeril sedikit memekik. Mengetahui maksud dari Zeris, Zeril pun dengan terpaksa menjawab. Kalau bukan karena Zeris, Zeril sudah kabur ke kamarnya.

"Sama kayak Zeris, udah ah mau ke kamar" ucap Zeril sambil melengos begitu saja.

Zeril memasuki kamarnya dengan pikiran yang campur aduk, dia kemudian membaringkan tubuhnya di kasur. Memijit pelipisnya yang terasa sakit. Pikirannya masih tentang perkataan Kaira yang akan pindah setelah lulus, dan itu artinya dalam hitungan bulan dia berkesempatan untuk bertemu dengan cewek itu.

Zeril menimang ponselnya, dia ingin menghubungi Kaira untuk membahas obrolannya yang tadi sempat terhenti karena dia harus membantu Runa untuk mengatasi sepupunya yang nyusahin orang lain.

Zeril mendekati ponselnya di telinganya mendengar deringan telepon yang belum di angkat oleh orang di sebrangnya. Beberapa menit kemudian tetap saja sama tidak diangkat. Mungkin sudah tidur, pikirnya.

----------------------------------------

Cewek itu meringkuk di tempat tidurnya melihat ponsel yang disampingnya bergetar menampilkan nama seseorang. Tak ada niat untuk mengangkatnya, untuk apa lagi?. Dia sudah malas untuk saat ini, malas untuk membahas sesuatu lagi, malas untuk melakukan apapun lagi.

Mengingat cowok itu, cowok yang selama ini dekat dengannya itu membuatnya tak habis pikir. Sampai saat ini, Zeril tak bisa memberinya kepastian tentang hubungannya. Kaira sudah malas untuk membahasnya lagi kedepannya, terserah cowok itu mau bagaimana.

Twin BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang