9

4.8K 302 3
                                    

Zeril sedang berada di dapur mengambil air dingin di kulkas setelah selesai bermain ps di kamarnya. Setelah itu, dia berjalan kearah halaman belakang dan berniat memberi makan ikan-ikan di kolam. Namun, dia melihat Zeris yang sedang berjalan menuruni tangga dengan wajah yang masih terlihat lebam akibat ulah Dikta si biadab. Bahkan Zeris tak pernah yang namanya mengalami luka lebam di wajahnya dengan alasan berantem. Ini terlalu aneh saja menurut Zeril.

"Lain kali nggak usah sok berantem segala kalo nggak bisa"

Zeris hanya menengok kearah Zeril tanpa berkata apapun.

"Nggak pantes aja gitu ngeliatnya, lebih pantes diem" sambung Zeril.

"Semua ini juga gara-gara lo"

"Kalo udah kayak gini nyalahin gue"

"Kalo lo nggak awalnya cari masalah sama dia juga, dia nggak akan kayak gitu sama lo"

"Cih!" Zeril hanya berdecih.

Zeris menatap Zeril dengan tatapan dingin "Lo emang nggak ada terima kasihnya ya"

"Buat apa? Harus gitu?"

"Kalo lo emang punya otak, lo bisa mikir. Udah berapa kali gue kena sasaran karena ulah lo dan gue nggak pernah mempermasalahin semuanya" ucap Zeris meninggalkan Zeril sendiri.

Zeril menyenderkan tubuhnya di pintu, ucapan Zeris memang benar. Bukan hanya sekali cowok itu seperti ini. Sebelumnya Zeris juga sempat menjadi korban atas ulah Zeril. Wajah mereka yang memang mirip lah yang membuat orang lain menjadi salah paham.

------------------------------------

Zeril mendaratkan tubuhnya di sofa yang tersedia. Suara riuh seperti biasa terdengar di telinganya bahkan tercium aroma alkohol dimana-mana. Zeril memperhatikan sekitar, di atas ring sudah ada Arka yang sedang berlatih.

"Wey Zeril" sapaan akrab yang di kenal Zeril.

Zeril hanya tersenyum tipis.

"Lo kesini selalu nggak tepat gitu ya" ucap Daniel menepak pundak Zeril.

"Kenapa emang?"

"Dua hari yang lalu ada yang nyariin lo lagi, ngajakin ngadu"

"Ah gue udah males ngadu" ucap Zeril santai.

Sambil merangkul sahabatnya itu Daniel bertanya "Kenapa bro?"

"Bayaran gue kecil, najis. Setiap menang uang gue di porotin mulu sama lo lo pada, tai" Zeril mengungkapkan kekesalannya membuat Daniel tertawa terbahak.

"Eh tapi Ril, muka orang yang ngajakin lo ngadu itu kayak nggak asing," seketika dahi Zeril mengkerut mendengar ucapan sahabatnya itu.

------------------------------------------

Zeris yang sedang duduk di pinggir lapangan menatap Cio yang tengah duduk sambil kelelahan karena sehabis bermain basket. Ya, Zeris terkadang memang selalu menghabiskan waktu bersama sahabatnya itu disaat libur. Seperti sekarang, Zeris dan Cio sedang bermain basket di sekolahnya. Baginya, Cio sudah seperti saudaranya sendiri. Bahkan jika bisa, Zeris ingin Cio saja yang menjadi adiknya. Zeris reflek menggelengkan kepalanya menepis pikirannya.

"Apaan sih lo ngeliatin gue kayak gitu?" sewot Cio ketika Zeris melihat kearahnya.

Zeris hanya menggeleng. Cio memang sudah sangat tahu sifat sahabatnya dari SMP itu yang terkesan dingin.

"Luka lo masih sakit?"

"Nggak terlalu tapi masih nyeri sih" ucap Zeris sambil membenarkan tali sepatunya.

Twin BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang