Sudah empat hari Zeril seperti mayat hidup, cowok itu menampilkan perubahannya dari sikapnya. Zeril jadi sering menyendiri di manapun, cowok itu seperti sedang menutup akses untuk orang yang mendekatinya termasuk orang-orang terdekatnya. Kejadian Egi beberapa hari yang lalu membuat dirinya merasa terpukul, apalagi setelah kejadian itu sampai saat ini Egi belum menunjukan kesadarannya. Hal itu membuat Zeril benar-benar merasa bersalah.
Sekarang Zeril sedang berada di rooftop sekolahnya memandangi layar ponselnya yang terdapat notifikasi dari teman-teman lainnya dengan beragam chat. Beberapa hari ini, Zeril pun mengabaikan notifikasi di ponselnya termasuk notif dari sahabatnya Farel dan Kaira. Rasanya Zeril benar-benar ingin sendiri mengingat perkataan Zeris beberapa hari lalu saat dirumah sakit yang berkata kalau cowok itu berbahaya buat orang lain, ada benarnya juga.
"Zeril"
Cowok itu menengok arah belakangnya yang menampilkan sosok yang sekarang sedang berjalan ke arahnya.
"Lo ngapain, masuk sono bego" ucap Zeril kepada cowok yang duduk di sebelahnya.
"Kayak nggak biasa aja, udah lama juga nih" ucap cowok yang menepak pundak Zeril.
Zeril hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Farel.
Farel menatap ponsel Zeril yang tergeletak dihadapan cowok itu "Hape lo di depan mata loh, Ril. Tapi gue chat nggak pernah dibales" protes Farel."Lagi males pegang hape"
"Sombong bener dah"
Zeril tersenyum tipis "Jauh-jauh dari orang sombong"
"Apaan sih setan"
Farel menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu berdiri menjauhi dirinya.
Farel ikut berdiri di samping Zeril "Lo sengaja kan, Ril?" Zeril yang tidak mengerti langsung menoleh kearah Farel.
"Apasih, Rel?"
"Lo sengaja ngehindarin gue. Kenapa?! Lo pikir gue nggak tau. Lo sengaja ngehindarin gue ngehindarin yang lainnya dan juga lo ngehindarin Kaira"
Tenggorokan Zeril tercekat seketika mendengar perkataan Farel yang memang dia benarkan.
"Haha apasih, gue nggak ngehindarin siapapun"
"Bullshit! Lo tuh emang lagi ngehindarin semuanya. Kenapa Ril? Lo kenapa buat gue kayak sahabat yang nggak ada gunanya buat lo, hah?" kesal Farel.
Zeril menggeleng "Lo kenapa sih?"
"Lo yang kenapa?! Lo kenapa ngehindarin semuanya? Disini bukan lo yang merasa terpojoki, Ril"
"Mulai sekarang lo jauh-jauh dari gue, Rel. Gue lagi nggak mau buka akses orang-orang buat deket sama gue"
"Goblok!" Farel menggeplak kepala Zeril "Pemikiran lo pendek sama kayak titiw lo ye"
"Tolol" Zeril balas menggeplak Farel.
Farel tertawa "Nah begini kan asik"
"Gajelas lo bego"
"Hahahaha" Farel tertawa melihat ekspresi sahabatnya itu "Intinya lo jangan berubah, Ril. Gue nggak mau yaa, gue nggak ada temen lagi"
"Bener kata Zeris, Rel. Gue itu bahaya buat orang-orang terdekat gue. Lo bisa kena imbasnya setelah Egi"
"Musibah nggak ada yang tau, Ril. Bukan karena lo atau bukan, nggak usah lo dengerin kembaran lo itu. Disini bukan salah lo"
Bahkan orang lain saja lebih mengerti dirinya dibanding kembarannya sendiri.
---------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Boy
Teen Fiction[slowupdate]- Mereka memang mirip dari segi fisik, mereka berdua bagaikan seorang yang sedang bercermin, Namun mereka berbeda dari segi sifat..