"Lo make?"
Zeril diam sejenak dengan perkataan Zeris.
"Gue mau istirahat, Ris. Lo ngerti nggak?" ucapnya pelan.
"Tapi gue mau nanya ini sama lo"
Zeril menyenderkan tubuhnya dan menatap Zeris dengan mata sayu "Lo ngerti nggak sih, hah? Gue mau istirahat" intonasinya mulai bebeda.
"Jawab gue dulu"
Zeris memaksa Zeril untuk mengaku karena perkataan dokter yang memeriksa hasil dari Zeril tadi mengatakan kalau Zeril sedang mengalami tekanan depresi dan mengatakan kalau penyakit Zeril saat ini adalah dampak dari ketika cowok itu tidak mengkonsumsi obat penenangnya saat rasa depresinya kambuh. Dan, yang Zeris pikirkan setelah perkataan dokter tersebut adalah pil yang dibuangnya beberapa hari yang lalu saat Zeril ketahuan ingin meminumnya.
"Iya gue make" Zeril menatap Zeris dengan sengit.
"Farel?"
"Nggak ada sangkut pautnya sama dia, jangan pernah bawa-bawa Farel" ucap Zeril memperingati. Dia tidak suka kalau sahabatnya di bawa-bawa atas masalahnya apalagi kalau Farel tidak seperti yang di tuduhkan.
"Kenapa?! Gue udah bilang sama lo jangan pernah lo nyobain barang kayak gitu, kalo lo mau mati ya nggak gitu caranya" Zeris pun mulai tersulut emosi. Dia yang tidak ingin memarahi Zeril karena kondisi Zeril dengan terpaksa harus memperingati kembarannya itu.
Zeril menunjuk Zeris yang dihadapannya "Lo. Nggak. Ngerti. Gimana. Jadi. Gue." Zeril menekankan setiap kalimat yang dia ucapkan.
"Nggak harus gitu, Ril"
"Gue butuh tenang dari masalah-masalah gue. Oke, masalah gue mungkin lo anggap sepele. Tapi, menurut gue ini bikin gue ngebatin. Gue capek, Ris. Gue butuh tenang tanpa mikirin hal apapun!"
"Liat efek setelah lo nggak make? Siapa juga yang ngurus semua?!"
"Gue nggak nyuruh lo buat ngurus semua juga"
"Lo nggak nyuruh tapi ini kesadaran dari diri gue kalo lo itu siapa gue, Ril kalo Papah tau gimanaaa. Lo masih beruntung di sikon lo kayak gini, Papah lagi dinas ke bogor"
Zeril udah mulai jengah "Udah deh Ris, gue udah bilang berapa kali. Nggak usah peduliin gue"
-------------------------------
Beberapa hari yang lalu...
"Ril, serius nggak mau?" tanya orang yang duduk disampingnya.
"Kenapa sih lo kayak setan tiba-tiba dateng" Zeril kaget karena tadinya orang itu sedang melakukan aksi tak terpujinya di pojokan.
"Ih gue serius ini"
"Itu sleting lo masih ke buka sial, benerin dulu"
"Benerin dong"
"Brengsek"
Arka langsung membenarkan sletingnya dan merogoh plastik kecil yang berisi pil.
"Nih, gue tau lo lagi stress kan? Lo nggak mau nyoba Ril. Sumpah, kalo lo nyoba di jamin lo bakal lupa masalah lo"
Zeril mengambil pil itu dan melihatnya "Efek pas gue minum apa?"
"Nge-flyyyy anjayyy" ucap Arka meyakinkan.
"Kalo gue nggak make"
"Ya lo harus make terus, Ril. Makanya lo cobain dulu satu ini, nanti kalo ngefek lo ke gue aja. Ready stok kok gue, untuk yang pertama lo cobain gue kasih gratis dulu" Arka menaik turunkan alis tebalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Boy
Teen Fiction[slowupdate]- Mereka memang mirip dari segi fisik, mereka berdua bagaikan seorang yang sedang bercermin, Namun mereka berbeda dari segi sifat..