Zeris sudah siap untuk berangkat menuju sekolahnya. Dia memperhatikan Zeril yang sedang memanaskan motornya seperti biasa sebelum berangkat di pekarangan rumahnya."Lo kenapa?" yang di tanya tersentak kaget dan menoleh kearah Zeris dengan malas.
Tidak ada jawaban dari Zeril. Cowok itu malah mengegas motornya sehingga membuat suara berisik pagi-pagi. Mungkin Zeril ingin di ceramahi oleh tetangganya seperti beberapa hari yang lalu karena suara motor Zeril yang mengganggu.
"Heh, gue nanya lo kenapa?" Zeris bertanya sekali lagi sebelum masuk ke mobilnya.
"Apaan sih lo, nggak jelas. Nggak usah nanya kenapa sama gue" ketus Zeril sambil memakai jaket kulitnya.
"Kaira chat gue semalem pas gue udah tidur. Katanya lo nggak bales-bales chat dia semalem. Dia khawatir lo kenapa-napa. Lo kenapa??"
Zeril terbengong sejenak saat nama cewek itu muncul dari mulut Zeris. Ternyata Kaira juga mengirim pesan ke kembarannya itu. Tidak, dia juga sebenarnya tidak masalah kalau antara Kaira dan Zeris saling mengirim pesan. Dia tau kembarannya itu bagaimana dia juga tau Kaira itu bagaimana. Hanya saja, hati Zeril sangat sensitif sekarang ini jadi apapun yang berhubungan dengan Zeris dan Kaira membuat moodnya rusak.
"Udah gue bales chatnya"
"Kalo ada masalah, don't make other people worried about you if yourself don't care to her"
Zeril malah semakin mengegas motornya itu seperti tidak menyukai percakapan itu. Zeril mungkin sedang ada masalah dengan Kaira, namun cara Zeril mengahadapi masalahnya itu salah menurut Zeris.
"Heh kau!! sudah ku bilang berapa kali kau ini?! Motor kau itu mengganggu, burung ku budek mendengar suara motor kau hei!"
Benar saja, tetangga sebelah rumahnya tiba-tiba muncul lagi entah darimana dan langsung menyeramahi Zeril. Namanya juga Zeril, kalau tidak peduli maka bukan Zeril. Dengan tanpa dosa Zeril bergegas pergi dan berkata kepada tetangganya "Pindah rumah saja kau"
----------------------------------
Sesampainya di sekolah Zeril hanya menenggelamkan kepalanya di meja yang bersampingan dengan meja Kaira. Entah, cewek itu sepertinya belum datang kelas juga terlihat masih sepi. Kalau seperti ini Zeril akan mampir dulu di warung Bu Enok hanya untuk membeli gorengan favoritnya yaitu bakwan atau hanya untuk nyebat sebentar tapi kakinya terasa berat sekali hari ini.
"Weh Ril, kantin nyok"
Zeril terkaget mendengar sapaan dari Egi yang tiba-tiba sudah datang dan menepuk punggungnya.
"Nggak, lagi puasa"
"Akhirnya jadi manusia baik juga yakan puasa senin kamis"
Zeril tuh sebenarnya males untuk melakukan hal kasar namun Egi ini minta banget di kasarin "Ini hari apa, bego"
"Eh iya, rabu njir"
BRAKKK
Egi dan Zeril menoleh kearah suara yang di hasilkan pintu kelas yang di tutup dengan kencang. Terpampanglah makhluk yang sedang bersender di pintu lebih tepatnya dia sedang menahan pintu kelas dengan nafas yang memburu.
"Kenapa, Rel?" tanya Egi yang mewakili pertanyaan Zeril.
"Pagi-pagi kena amuk si babon anjir"
"WOIII FAREL KELUAR LO, GUE DOBRAK NIH PINTU MENTAL LO KE TEMBOK" itu suara toak dari luar kelasnya.
"JANGANNNN KASIAN PINTUNYA, BON— EH WAR" Farel tak kalah toak.
Babon yang di maksud Farel adalah cewek bertubuh gemuk dari kelas XII IPA 1 yang memang menjadi bahan bullyan Farel. Farel memang suka menjahili anak itu, sebut saja namanya mawar. Ya memang namanya mawar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Boy
Teen Fiction[slowupdate]- Mereka memang mirip dari segi fisik, mereka berdua bagaikan seorang yang sedang bercermin, Namun mereka berbeda dari segi sifat..