34

1.5K 108 37
                                    

"Niel masuk rumah sakit"

"Hah? Kok bisa?" tanya Egi.

"Semua tidak ada yang tidak mungkin" Farel mulai ceramah.

"Gue juga nggak tau kronologisnya kayak gimana sebenernya, tiba-tiba gue di telpon sama salah satu anak boxing—" Zeril melanjutkan ceritanya.

"Terus terus gimana keadaanya?"

"Dia belom sadar, sama kayak Egi dulu" jelas Zeril dengan tampang sedih.

"Egi mah mati suri" celetuk Farel.

Egi menggeplak punggung Farel sampe bunyi 'plak' keras "Sikon nggak tepat buat bercanda sayang" Egi mengingatkan Farel.

"—Yaa yang gue aneh, mereka itu nggak tau siapa orang yang lawan Niel" Zeril melanjutkan.

"Dih begooo" ucap Farel.

"Gue mikir kalo mereka itu ada beberapa kemungkinan sih. Satu, mereka di ancam. Dua, mereka memang tidak mengetahui atau tidak kenal. Tiga, mereka takut—" Egi mencoba menjajarkan apa yang di pikirannya.

"Takut sama diancam apa bedanya,"

"Yaa pokoknya gitu lah yang di pikiran gue,"

Zeril memakai tasnya dan bersiap-siap "Mau kemana lo?" tanya Farel sambil melihat Zeril.

"Rumah sakit" ucap Zeril sambil melihat jam di tangannya.

"Nanti aja, Ril—" ucap Farel mengingatkan namun percuma Zeril sudah pergi.

Zeril langsung bergegas ke rumah sakit untuk bertemu Daniel. Dia hanya masuk di jam pertama dan kedua saja, setelah istirahat dia langsung pergi lagi. Zeril sudah berjanji dengan Danisha Kakak dari Daniel untuk menjaga Daniel selagi Kakak anak itu sedang mengurus cuti kerjanya. Mengingat Daniel hanya tinggal bertiga bersama Kakak perempuan dan adik perempuannya saja yang masih SD. Maka dari itu, Zeril menawarkan diri untuk bergantian menjaga Daniel selagi Daniel juga masih belum sadar.

-------------------------------

"Ini Zeril apa Zeris?"

Zeris mengernyitkan sebelah alisnya ketika di hadapannya muncul sosok dengan wajah yang masih tersisa lebam yang sekarang sudah sedikit samar.

"Lo kenapa?" tanya Zeris bingung sambil mengernyitkan sebelah alisnya.

Ari lalu duduk di hadapan Zeris dengan membawa sebotol minuman untuk dirinya sendiri.

Sejak kejadian Ari yang pulang dengan keadaan sekarat seperti orang sehabis di gebukin satu kampung, Zeris jadi sering mampir ke apartment Runa. Entah untuk menemani cewek itu sampai Ari datang atau untuk menyelesaikan tugas berdua di apartment cewek itu. Ingat, kalian jangan berpikir kotor seperti Zeril.

"Oh ini, Zeris" ucap Ari menebak dari sikapnya.

"Lo kenapa sih, Ri?" tanya Runa yang baru saja datang dari kamarnya melihat kelakuan Ari yang sedang melihat Zeris dengan jarak yang lumayan dekat.

"Nggak apa-apa, cuman mastiin"

"Nggak jelas, asli ya gue pengen ngegabungin lo sama Zeril" ucap Zeris yang aneh melihat sikap sepupu Runa itu. Sama seperti kembarannya yang suka aneh.

"Cih, oh yaa gue mau bilang makasih atas kejadian waktu itu. Sekalian minta maaf karena udah ngerepotin, untung ada lo jadi Runa nggak kewalahan buat ngurus gue" ucap Ari sambil memegang tengkuknya rada canggung.

"Jangan nyusahin orang lagi" ucap Zeris singkat dan tak peduli dengan ucapan terimakasih Ari.

Ari hanya ketawa dan berkata "Run, Run, gue lebih setuju lo sama Zeris ketimbang sama Zeril dah kalo begini" tawa Ari semakin kencang.

Twin BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang