Zeris menimang ponselnya sambil menuruni tangga. Dia berniat untuk menuju dapur untuk mengambil air minum, tak sengaja dia bertemu dengan Zeril yang sedang mengacak-acak dapur dengan aktivitasnya. Zeril memang sedang tengah membuat sesuatu untuk dia makan.
"Bikin apaan sih?" tanya Zeris setelah dia menenggak abis minumannya yang di gelas.
Zeril tersentak kaget dengan kedatangan Zeris. Lelaki itu memang lagi serius dengan aktivitasnya dan tidak menyadari kehadiran kembarannya itu. Zeril yang di tanya tak ada niat untuk menjawab.
Zeris menghampiri Zeril "Gue bantu ya" tawar Zeris mengambil alih piring yang di pegang Zeril.
"Taro" ketus Zeril menyuruh Zeris untuk menaruh piring yang di pegang cowok itu.
Zeris berdecak pelan "Yaudah nanti gue bagi aja"
Biar Zeril tampangnya dan sifatnya seperti itu. Kalau kalian tau, Zeril itu suka sekali memasak. Waktu kecil dia suka membantu almarhum Mamahnya kalau sedang memasak, walaupun berantakan. Ya, keahliannya yang tidak ada di diri Zeris. Zeris hanya tim makannya saja.
"Masak sendiri"
"Pelit amat"
"Sono sih lo, gue bakar lo ya"
Alih-alih pergi Zeris malah duduk diam di kursi pantry sambil melihat Zeril yang sibuk menaruh makanannya di piring. Kemudian sekarang, Zeril duduk di kursi pantry yang jaraknya beberapa meter dari Zeris duduk. Seperti tak menggubris kehadiran Zeris, Zeril langsung melahap makanannya tanpa menawarkan kepada Zeris.
"Ril"
"Hmm" gumam Zeril malas.
Sebenarnya Zeris ingin memberi tau jika Papahnya akan datang dalam waktu dekat ini. Tapi Zeris was was jika Zeril akan marah-marah seperti dulu jika mengetahui kalau hanya Zeris saja yang dikabarkan sedangkan Zeril tidak. Ah, tapi coba saja dulu.
"Ril"
"Apaan sih, berisik banget lo. Cabut sih bego"
"Papah ada ngabarin lo dia bakal balik?" tanya Zeris melihat setiap gerak Zeril yang akan berubah jika bersangkutan dengan Papahnya
Masih dengan menyuap makanannya "Nggak. Emang Papah pernah ngabarin gue" dengus Zeril tak suka.
Tuh kan. Zeril sangatlah sensitif.
"Gue kira—"
"Dia balik?" tanya Zeril yang sekarang menoleh malas kearah Zeris.
Zeris mengangguk bentar "Tapi belom tau kapan pastinya" sambungnya.
"Oh," responnya hanya seperti itu.
"Ngapain balik sih" gumam Zeril pelan yang masih terdengar oleh Zeris.
"Omongan tuh minta di selepetin tai" Zeris yang mendengar langsung menyeletuk.
"Cot"
"Nanti jemput di Airport bareng—"
Zeril menatap Zeris dengan sengit "Nggak, lo aja sana. Sibuk gue"
Zeris hanya ingin Zeril berperilaku baik terhadap orang tuanya. Dia juga tidak ingin Papahnya berpikir jelek tentang Zeril.
"Sekali-kali jemput di bandara bareng gue, luangin waktu lo buat jemput orang tua sendiri apa susahnya sih Ril lagian nggak sering juga. Lagi pula lo sibuk apaan sih, hah? Kesibukan lo itu nggak ada pentingnya"
Zeril mendentingkan sendok yang dia pegang bersamaan dengan piring lalu menatap Zeris dengan tatapan yang seperti biasa; tidak bersahabat.
"Terus lo pikir, ngejemput Papah di bandara itu penting?! Gue harus mentingin orang yang nggak pernah mentingin gue?!" tenggorokan Zeril terasa tercekat dengan ucapannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Boy
Teen Fiction[slowupdate]- Mereka memang mirip dari segi fisik, mereka berdua bagaikan seorang yang sedang bercermin, Namun mereka berbeda dari segi sifat..