"Jika kelahiranku hanya memberikan kesialan dan anak yang tidak pernah diharapkan lantas untuk apa aku hidup?"Gadis kecil yang kita-kira berusia enam tahun itu terus berjalan tanpa arah dengan pandangan kosong kedepan dan pikiran yang sudah menjalar jauh ke mana-mana.
Di usianya yang masih kecil seperti itu dia sudah berpikiran untuk melakukan percobaan 'bunuh diri' apakah sebegitu tertekan kah psikis nya?
Selangkah lagi ...
Hingga---
Ada sebuah tangan kecil yang menariknya dan membuat gadis itu terjatuh duduk di atas tanah yang terdapat batu-batu kerikil.
"Apa kamu tidak punya mata?!" makinya penuh emosi. "Kalo saja aku tidak menarik mu mungkin sekarang kamu sudah jatuh ke bawah sana!"
"Siapa yang peduli?" jawabnya tenang tetapi pandangan matanya masih kosong seperti tidak ada gairah untuk hidup. "kalaupun aku jatuh itu lebih baik," ujarnya dengan terkekeh getir.
"Hey sekarang kau tidak buta kan?! Lihat aku! Hampir saja jantung ku copot. Apa kau tidak bisa melihat wajahku khawatir?" tanya nya dengan kata yang sedikit melembut di akhir kata.
"K-kau khawatir?" tanya gadis itu gugup. "Padaku?"
Sungguh seumur hidup baru kali ini Gracia mendengar ada orang yang mengkhawatirkan hidupnya.
Terlebih dia hanyalah... Orang asing.
"Ck iya lah aku khawatir." Anak laki-laki yang sempat menyelamatkan Gracia itu pun menjulurkan jari kelingkingnya.
"Janji jangan mengulangi hal seperti itu lagi."
Melihat itu, Gracia dengan senang hati menerima uluran jari kelingking di hadapannya, Setidaknya gadis itu masih punya alasan untuk...
Bertahan hidup. Mungkin.
"Janji."
Untuk sejenak anak laki-laki itu terpukau dengan senyuman yang di tunjukkan Gracia hingga tanpa sadar dia tersentak kaget karena Gracia terus memanggilnya beberapa kali sehingga refleks membuat anak laki-laki itu pun mundur kebelakang, hingga tanpa diduga.
BRUK
Dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan terpeleset jatuh ke dalam aliran sungai yang deras di bawah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Destiny [END✓]
Teen Fictionselamat datang di kehidupan Gracia, dimana dunianya hanya seperti 'permainan' hari-harinya yang selalu di penuhi dengan harapan, sedangkan kebahagiaannya hanya seperti khayalan. __________________________ "Pah, Gracia sakit. Papa mau kan peluk Graci...