25|- Akan pergi jauh

17 2 0
                                    

Kalo pada vote+comen janji bakalan comeback cepet;)

••••

Hari ini, Dengan keadaan yang masih belum sepenuhnya pulih. Gracia memilih untuk segera pulang ke rumahnya. Gadis itu hanya takut, semakin dia berlama-lama di rumah sakit maka Mama nya akan semakin marah besar.

Jika saja Gracia ingin mengeluh, sebenarnya ada rasa sakit yang lebih besar dari pada sakit yang ada pada raganya saat ini, sakit yang mungkin tidak akan pernah bisa Gracia sembuhkan hanya dengan mempercayai waktu. Ada yang mengatakan, bahwa waktu adalah satu-satunya harapan yang bisa membawa orang pergi dari rasa sakitnya saat ini.

Tidak! Gracia sudah tidak mempercayai semua kata-kata semu seperti itu. Dari kecil dia sudah mengalami kesakitan dalam batinnya! Namun nyatanya, hanya dengan bergantung pada harapan yang selalu mengatakan 'biarkan waktu yang menentukan segalanya' ck! bahkan, sedari Gracia dalam kandungan pun hidupnya tidak pernah mendapatkan kebahagiaan yang sepenuhnya.

Gracia juga sudah tau, bahwa ibu kandungnya sendiri pernah melakukan aborsi hanya untuk menggugurkan kandungan nya, namun karena janin itu sangat kuat jadilah sekarang Gracia masih bisa lahir ke dunia saat ini.

Mungkin, ini saatnya Gracia harus berdamai dengan hati dan belajar menerima semua hal yang akan terjadi, rupanya lelah juga melawan takdir yang terus mempermainkan nya saat ini, karena sudah banyak hal yang harus diikhlaskan bahkan direlakan.

 "Grac kamu yakin mau pulang sekarang?" Faren tidak setuju dengan keputusan Gracia. Dia ingin pulang dengan kondisinya yang belum setabil.

"Iya, Ka aku udah sembuh ko."  Gadis itu tersenyum dengan bibirnya yang sedikit pucat.

"Kaka khawatir kamu kenapa-napa." Memang,Gracia dapat melihat raut khawatir dalam muka, Faren saat ini.

"Yaudah kalo itu mau kamu, tapi inget harus tetep jaga kesehatan ngga boleh cape-cape! Kaka ngga bisa terus pantau kamu, Grac. Karena besok juga Kaka harus balik lagi." Faren nampak sedang berpikir sesaat. "Apa perlu Kaka pindah, kuliahnya di sini?"

"Ka Faren ngomong apa sih! Grac ngga bakal kenapa-napa. Kalo itu yang Kaka khawatirin." Gracia tau seberapa besar keinginan Faren untuk mengikuti jejak sang ayah yang menjadi dokter. Dengan kualiah di luar negri Gracia yakin lelaki yang di sebut sebagai Kakanya ini akan menjadi orang yang berhasil. Gracia bukan mengatakan universitas Indonesia tidak bagus! Banyak universitas di negara ini yang mampu bersaing dengan luar negeri, hanya saja, Gracia tidak ingin menghalangi cita-cita Faren yang dari kecil selalu mengatakan ingin berkuliah di luar negri tepatnya di london dan menjadi orang sukses seperti sang ayah.

"Ok fine, kamu boleh pulang asal, janji jangan sakit lagi."

"Siap! Makasih Ka."

Cklek.

"Loh, Grac kamu mau pulang sekarang?" Atensi kedua orang itu teralihkan tak kala mendengar suara lelaki paruh baya yang masuk ke dalam ruangan Gracia di rawat.

"Iya, Om, Grac udah sehat makasih udah nyelamatin Gracia."

"Udah kewajiban, Om buat selalu lindungin kamu."

"Makasih banyak Om, Gracia benar-benar berhutang banyak sama Om."

"Shutt, jangan ngomong seperti itu, Grac udah Om anggap sebagai anak Om sendiri. Sekarang jangan pikirkan apapun lagi! Cukup pikirkan kesembuhan kamu dan jangan lupa obatnya di minum." Om Heri membawa tubuh kurus Gracia ke dalam pelukannya. Sejak Gracia kecil dia lah yang selalu menjadi sosok ayah buat gadis ini sekaligus menjadi sosok ayah dan ibu untuk Faren.

Benar! Faren sudah kehilangan ibunya bahkan dia tidak pernah melihat langsung bagaimana wajah orang yang telah melahirkannya itu. Sebab ibunya meninggal di saat melahirkannya.

••••

Suara tawa itu, semakin Gracia melangkah kan kakinya maka suara itu semakin jelas terdengar. Di sana lagi-lagi, Gracia melihat keharmonisan antara seorang ibu dan anak yang tengah bercanda tawa seperti dunia ini hanya milik mereka.

Dengan kaki yang sedikit gemetar gadis yang baru pulang dari rumah sakit itu menghampiri.

"Mah, Gracia pulang."

"BUAT APA KAMU BALIK LAGI SIALAN?! SUDAH PUAS KAMU MENJADI JALANG! BARU INGAT PULANG?!" Laura sangat murka dengan kembalinya Gracia.

"Mah, Gracia kecelakaan. Dan penyakit Gracia kambuh! Gracia bukan jalang." Terdengar suara Gracia melirih, gadis itu seperti sedang menahan sesak yang kembali menghambat pernafasan nya.

"Anak mama sepertinya sedang beralasan." Ferra dengan santainya duduk di sofa dan, jangan lupakan cemilan yang ada di pangkuannya. Persis seperti halnya menonton pertunjukan.

"Kamu benar-benar kurang ajar! Saya malu! dan saya tidak Sudi Bahkan hanya untuk menyebutkan kamu anak saya! Kenapa kamu harus kembali lagi ke rumah ini?"kali ini suara Laura memelan. Namun kata-kata yang diucapkannya sangat menusuk dan penuh dengan ancaman.

Walaupun sakit, tapi Gracia sudah berniat ingin berdamai dengan hatinya saat ini. Dia akan mencoba untuk tidak akan sakit hati mendengar semua ucapan seperti belati yang di lontarkan Laura padanya.

"Gracia akan pergi kalo itu yang Mama inginkan."

"Bagus! Memang itu yang saya harapkan dari dulu."

"Tapi, ijinkan Gracia untuk tinggal di rumah ini, sebentar lagi. Gracia hanya ingin menghabiskan sisa waktu Gracia untuk dekat dengan Mama. Sampai hari itu tiba, Gracia akan pergi. Pergi sejauh-jauhnya, Gracia janji Mama ngga akan nemuin Grac lagi. Tapi Mama tenang aja bila nanti Mama rindu sama Gracia. Gracia yang akan nemuin Mama."

Gadis itu tersenyum membayangkan hari yang selalu dia tunggu-tunggu akan tiba. Senyum yang sangat penuh dengan pengharapan, juga kerinduan akan kebahagiaan sepenuhnya yang nanti dia dapatkan.

"Walaupun hanya dalam mimpi."

____Game of destiny___

Game Of Destiny [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang