Pagi ini, kelas XI IPA 1 sedang mengerjakan pelajaran olahraga di lapangan pada pertemuan kali ini. Di karenakan guru olahraga nya yang sedang ada kepentingan pribadi, jadilah sekarang Gracia hanya duduk sendiri menonton pertandingan basket teman sekelasnya yang sedang berolahraga.
Gadis itu menghela nafas panjang, kenapa dia harus ganti baju kalo tau guru olahraga nya sedang tidak masuk?
Lama kelamaan Gracia menjadi bosan sendiri saat melihat teman sekelasnya yang sedang memperebutkan satu bola yang nantinya akan di masukkan ke dalam Ring yang bolong!
Itu percuma!
Lebih percuma lagi saat Gracia kini hanya duduk sendiri di sana, dengan pikiran konyol seperti itu!
Menurut Gracia dia lebih baik menghabiskan waktunya di perpustakaan atau tidak di taman belakang sekolah yang membuatnya tenang dan merasakan damai. Sunyi, sepi, sendiri sepertinya itu yang ingin di rasakan nya sekarang.
Perlu Teman?
Sangat perlu! Namun mereka hanya datang di saat sedang butuh.
Memang itu kenyataannya! Gracia pun kini mulai menyadari sikap Gemi secara gamblang.
Gracia, ingin punya teman cerita perempuan. Yang bisa mendengarkan suara hatinya seperti Kakaknya, Faren.
Mengingat tentang Faren, kemarin dia sudah pergi lagi melanjutkan kuliahnya di London.
"Ka Gracia? Kan." Seorang gadis yang Gracia yakini anak kelas X itu berbicara padanya dengan membawa setumpuk buku tebal di kedua tangan nya.
"I-iya ada perlu apa yah?" Gracia merasa grogi saat ada orang asing yang tidak di kenali nya tiba-tiba mengajaknya bicara.
"Aku tau tentang Kaka, katanya Kaka pintar banget yah?" Gadis itu berbicara dengan mata yang berbinar-binar kagum.
Mungkin.
"Nama aku Saskia. Aku, boleh minta tolong ga?" Gadis itu berbicara dengan menundukkan kepalanya seperti sedang tidak enak merepotkan.
"Minta tolong apa?" tanya Gracia.
"Aku kan masih kelas X jadi aku belum tau letak gudang buku di mana, aku di suruh naro buku-buku ini di sana." Saskia melirik ke arah buku yang berada di tangannya.
Gracia menjadi tak tega melihatnya.
"Sini aku bantuin bawa. Sekalian nanti aku tunjukan gudangnya." Gracia mengambil alih setengah buku yang berada di tangannya Saskia.
"Maaf ka merepotkan," ujar Saskia tidak enak.
"Sas! Gue cariin ternyata di sini. Lo di cariin Andre di kelas katanya mau ngomong penting." Gadis yang Gracia yakini teman dari Saskia itu tiba-tiba datang dengan wajah yang terlihat sangat senang dengan apa yang di ucapkan nya barusan.
Dan ternyata Saskia pun jauh terlihat lebih sangat senang dari Gadis itu.
"Seriusan Laa? Aduh gimana ini aku harus anterin buku ke gudang," ucap Saskia terlihat sedih, kepada gadis yang di sebut Laa olehnya itu.
Ok. Di sini Gracia paham. Andre itu ternyata gebetannya Saskia. Terlihat dari pancaran wajahnya yang bisa di tebak sangat bahagia saat mendengar nama cowok itu.
"Biar aku aja yang bawa buku nya. Lagian aku juga ngga ada kelas." Gracia mengambil alih setengah buku yang berada di tangan Saskia.
"Aku ngga enak, ngerepotin."Saskia masih saja berucap tidak enak.
"Ngga papa aku duluan yah." Setelah itu Gracia pergi menuju gudang yang terletak di belakang sekolah.
Sesampainya di depan gudang, Gracia membuka pintu berwarna coklat tua itu perlahan, Indra penciuman nya langsung diserang dengan bau debu yang sangat kentara. Sepertinya tempat ini sangat jarang di bersihkan.
Setelah Gracia masuk ke dalam.
Tiba-tiba saja, pintu berwarna coklat tua itu tertutup dengan sendirinya.
Tidak!
Itu pasti di tutup oleh orang jail! yang sengaja mengerjainya. Karena setelah pintu itu tertutup, Gracia mendengar gelak tawa perempuan di luar.
"Buka!!" Gracia menggedor-gedor pintu itu berharap pintunya dapat terbuka dengan kekuatan kecil yang di milikinya. "Buka pintunya!!"
Gracia terus berusaha! Bahkan kini kakinya sudah terasa kebas karena terlalu lama berdiri!
Sudah cukup lama Gracia berteriak-teriak berharap ada orang yang datang ke sana namun nihil! Gracia yakin sekarang keadaan sekolah sudah sepi karena hari sudah mulai sore.
Gracia harus bagaimana?
Gracia takut! Tentu saja. Apalagi membayangkan dia akan bermalam di gudang ini! sendirian?
"Tolong! Buka pintunya! Siapapun tolong!!" Gracia tidak menyerah.
Gracia rasa tenaganya sudah habis. Suaranya sudah sangat Serak karena terlalu lama berteriak-teriak.
"Ada orang di dalam?"
Sungguh! Gracia tidak pernah sebahagia ini hanya karena mendengar suara orang lain!
Seperti menemukan air di gurun pasir!
Akhirnya! Harapan Gracia terkabul. Semoga saja orang itu bisa menolongnya."Iya! Tolong buka pintunya!"
Cklek.
Pintu itu terbuka dengan memperlihatkan seorang cowok yang sedang berdiri di sana.
"Terima kasih." Gracia bernafas lega setelah keluar dari gudang.
Namun tak lama, nafasnya kembali sesak saat mendapat respon dari orang itu.
"Tidak gratis," ujarnya dengan senyuman menyeringai.
____Game of destiny___
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Destiny [END✓]
Teen Fictionselamat datang di kehidupan Gracia, dimana dunianya hanya seperti 'permainan' hari-harinya yang selalu di penuhi dengan harapan, sedangkan kebahagiaannya hanya seperti khayalan. __________________________ "Pah, Gracia sakit. Papa mau kan peluk Graci...