"Cariin gue pacar doang, Jo cape gue jomblo terus!" Alfa menarik-narik ujung bajunya Jovin.
"Mana ada cewek yang mau sama lo Al." Jovin berucap nyeleneh.
"Kata siapa? Yang mau sama gue banyak." Itu bukan suara Alfa. Melainkan suara Albern!
"Lah, gue ngomong sama Alfa."
"Oh."
"Silakan!"
"Sialan!" Koreksi Alfa saat Jovin salah berucap."Al tukeran muka yu."
"Al." Alfa memanggil-manggil Albern yang terlihat sedang sibuk dengan ponselnya.
"Woy Albern! Lo tuli?"
"Lo dari tadi ngomong sama siapa sih bangsat!" Sungguh Albern emosi, tadi saja dia menyahut, ternyata bukan namanya yang di sebut, lah Sekarang mau apa si Jovin ini?
"Gue yang ngomong sama lo Albern! Bukan si Jovin. Lagi apa sih lo dari tadi pantengin Wa terus kaya ada yang chat aja." Alfa di buat jengah dengan Albern.
"Berisik! Omongan lo ga ada paedah nya tau ga?" Albern berdiri dan mengambil kunci motornya di atas meja ruang keluarga rumah Jovin." Gue pulang duluan."
"Lah! ini masih jam 9 Al, ke cewek aja lo." ujar Alfa yang masih kesal karena pertanyaan nya tidak ada respon positif dari Albern.
"Bodo amat! Orang ganteng bebas." Tidak ada yang bersuara lagi setelah umpatan yang di kelurahan oleh Alfa dan Jovin di belakang. Albern tidak peduli, dia tetap menuju motornya dan pergi dari halaman rumah Jovin.
Sebenarnya, Albern ingin pulang karena dia sudah dari jam 4 berada di rumah Jovin, sekaligus di ingin pulang ke rumah bundanya. Sudah lama Albern tidak pulang ke rumah, setelah punya apartemen sendiri.
Karena ingin cepat-cepat sampai lebih baik Albern melewati jalan pintas saja.
Jalanan di sini terasa begitu sepi, dan sepertinya jalan ini memang tidak banyak di lewati orang.
Sudahlah Albern tidak akan ambil pusing!
"Tolong!"
Suara siapa itu?
"Siapapun tolong! Lepaskan! Aku tidak mau ikut dengan kalian!!"
Semakin di tambah kecepatan motor besar yang Albern naiki maka semakin jelas suara itu terdengar.
Itu suara perempuan minta tolong!
Demi apapun Albern masih punya hati nurani! Tanpa basa-basi Albern menepikan motornya dan sedikit berlari untuk menyelamatkan perempuan itu dari pereman yang hendak membawanya.
"Lepaskan dia!" Pergerakan ketiga pereman yang hendak menyeret gadis itu terhenti di saat mendengar suara bariton dari Albern.
"Gracia?" Albern mengepalkan kedua tangannya saat melihat wajah gadis yang di ganggu oleh pereman itu, demi apapun saat melihat pipi Gracia yang memerah Albern tau itu bekas tamparan!
"Jangan ikut campur!" Itu suara perempuan dengan rambut gondrong dan tubuh yang sangat kekar, itu pasti pemimpin nya.
Tanpa basa- basi Albern segera menonjok muka pereman itu hingga membuatnya mundur beberapa langkah.
"Habisi dia!!"
Albern tau dia telah gegabah melangkah, kini mau tak mau Albern harus berkelahi dengan keadaan tidak seimbang. Tiga lawan satu! Tak apa Albern masih bisa menghabisi jika hanya mereka.
Oh shit bukan tiga! Kini teman-teman nya berdatangan mengepung Albern dari beberapa sisi!
Sial! Albern terjebak!
Sungguh Albern tidak tau sekarang jumblah mereka berapa yang pasti lebih dari delapan orang.
Satu-persatu serangan mulai menyerang Albern dari beberapa arah hingga membuat nya kewalahan. Sebagai seorang cowok Albern bisa bela diri! Hanya saja jika di keroyok seperti ini Albern tidak bisa memberikan jaminan!
"Cewe itu malam ini milik gue!"
"Brengsek!" Albern menarik kerah bajunya dan memukul wajah orang yang telah berbicara padanya dengan brutal. Sampai orang yang tak lain ketua dari para pereman itu berada terlentang di bawah Albern dengan keadaan yang sudah tak berdaya pun sama sekali tak menghentikan pergerakan Albern yang sudah seperti kesetanan!
Tangan yang sudah berlumuran darah pun sudah tak Albern pedulikan.
"Badan doang gede tapi kekuatan kaya tahu!"
Gracia kini melihat sisi lain dari Albern yang begitu menyeramkan ketika marah, sungguh itu bukan seperti Albern!
Di saat bersamaan, Pandangan Gracia kini teralihkan pada pereman yang memegang balok dengan kedua tangannya. Pereman itu akan memukul Albern dari belakang!
"Albern!"
BRUK!!
"Gracia!!" Dengan cepat Albern menangkap tubuh Gracia yang hendak jatuh akibat pukulan dari pereman itu!
Rupanya saat pereman itu akan memukul Albern, Gracia lebih dulu menjadikan tubuhnya sebagai penghalang. Hingga membuat tubuhnya yang terkena pukulan.
__Game of destiny__
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Destiny [END✓]
Teen Fictionselamat datang di kehidupan Gracia, dimana dunianya hanya seperti 'permainan' hari-harinya yang selalu di penuhi dengan harapan, sedangkan kebahagiaannya hanya seperti khayalan. __________________________ "Pah, Gracia sakit. Papa mau kan peluk Graci...