19|- Tangisan yang sangat pilu

26 6 0
                                    

Terkadang aku bertanya-tanya pada diri. Sesepi inikah hidup yang ku jalani? Dan sebesar inikah harapan yang tumbuh pada ilusi?

_Gracia Marcella Charly_


Masih di tempat dan kejadian yang sama saat ini, Laura sedang mengumpat tertahan tak kala lagi-lagi dirinya di bentak oleh Kaka kandungnya sendiri.

"APA YANG KAMU KATAKAN?!" Heri. Kaka dari ibunya Gracia itu berdiri tegak di ambang pintu masuk.

Heri mengambil langkah besar dan mendekati Laura.

"Gracia anak kandung mu! Dia darah daging mu! Bisa-bisanya kamu berbicara seperti itu! IBU MACAM APA KAMU INI?!" sebagi Kaka, Heri tidak ingin melihat adiknya bersikap buruk terhadap anaknya sendiri.

"DIA BUKAN ANAK KU! AKU TIDAK PERNAH MENGINGINKAN ANAK SIALAN ITU!! LEBIH BAIK DARI DULU KAMU MATI GRACIA!!" ucapan Laura lagi-lagi mengiris hati Gracia. Anak mana yang bisa tetap tangguh saat mendengar ucapan seperti itu dari mulut ibunya sendiri?

Plak!

Heri menampar Laura setelah mendengar perkataan yang pastinya bisa membuat hati Gracia sakit!

Tetapi setelah beberapa detik, Heri sadar apa yang di lakukan nya salah! Seharusnya dia menenangkan keadaan bukan malah tambah menghancurkan suasana.

Kaka macam apa dia ini?

Heri mengusap wajah nya kasar. Dan menghampiri Gracia yang terlihat sedang menunduk karena tak ingin melihat kejadian itu.

"Crac, Sekarang lebih baik kamu masuk ke kamar yah." Heri tersenyum menenangkan."Ngga papa."

Tanpa banyak membantah dan takut akan Mama nya yang kembali mengamuk Gracia berjalan pelan menuju kamarnya yang terletak tak jauh dari ruang keluarga.

Sedangkan Ferra sudah lebih dulu pergi dari sana saat pertama kali melihat, Heri.

"PERGI DARI RUMAH SAYA!!" bentak Laura kepada Heri.

Laura membanting vas keramik yang berada di atas meja hingga terdengar suara pecahan yang begitu nyaring.

"Sampai kapan kamu akan seperti ini Laura? Apa dengan kamu menyiksa batin anakmu sendiri, dendam itu akan terbalaskan?" tanya Heri yang terlihat lelah.

"Saya tau, kamu tersiksa karena kejadian malam itu. Saya tidak menyalahkan kamu, Laura. Dan saya juga benci dengan lelaki berengsek yang telah berani melecehkan adik saya." Tangan Heri terkepal kuat saat di mana masa lalu pahit adiknya terlintas kembali dalam ingatan Heri.

Sedangkan Laura? Ibu dari Gracia itu saat ini sedang menangis meraung-raung, Heri tak bohong! Tangisan Laura sungguh sangat menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.

Bukan tanpa alasan Laura sampai sebegitu membenci Gracia. Karena setiap kali Laura melihat wajah Gracia yang terbilang cukup mirip dengan Giban, laki-laki berengsek yang telah mengambil paksa kehormatannya, saat itu dengan keadaan tidak sadar.

Setelahnya tidak mau bertanggung jawab dengan alasan sudah mempunyai istri.

Rasa benci Laura mengalahkan rasa iba nya seorang ibu kepada anak! Rasa benci Laura sangat besar, bahkan saking besarnya, ternyata membuat Laura mempunyai rasa terauma tersendiri terhadap laki-laki.

Bahkan tujuan Laura mengangkat Ferra dari panti asuhan sebagai anaknya hanya untuk membuat sakit batin, Gracia. Laura ingin Gracia merasakan sakit dan maluanya dia selama mengandung Gracia seperti apa?

Mengandung anak tanpa seorang ayah!

Laura sempat ingin menggugurkan kandungannya dengan beberapa cara, namun nihil! Ternyata Gracia memang sudah di takdir kan untuk selamat hingga saat ini.

Sehingga Laura yang saat itu sangat depresi, dan tidak tau lagi harus berbuat apa hanya bisa melampiaskan amarahnya kepada obat-obatan terlarang, alkohol dan merokok selama mengandung Gracia.

Dan tanpa di sadari oleh Laura, ternyata dampak buruk perbuatan nya lah yang mengakibatkan Gracia mengalami penyakit jantung bawaan, hingga sekarang kondisinya perlahan memburuk.

Laura tidak mengetahui itu! Mungkin lebih tepatnya tidak ingin peduli!

Melihat Laura, yang terlihat ketakutan.
Heri membawa tubuh adiknya yang terduduk di lantai dengan tangis yang belum mereda itu ke dalam dekapannya.

"Jangan takut. Maaf." Kaka mana yang tega melihat seorang adik perempuannya dalam kondisi buruk seperti saat ini?

Heri menyayangi Laura! Namun bukan berarti Heri membenarkan perbuatan Laura terhadap Gracia.

Sementara di kamarnya, gadis yang sedari tadi mendengar tangisan pilu dari ibunya itu berhasil membuat Gracia merasakan lagi yang namanya depresi, tertekan, merasa bersalah, dan mengakibatkan gangguan kesehatan mentalnya kambuh.

Perlahan tangan lentiknya membuka laci meja yang berada di samping tempat tidurnya, dan menemukan benda yang dia cari di sana.

Sebuah cutter yang selalu dia gunakan di saat keadaannya seperti ini.

Dengan perlahan, pisau cutter itu di arahkan ke pada lengannya dan... Satu sayatan, dua sayatan, sampai begitu seterusnya, hingga menambah banyak sayatan-sayatan kecil dari kedua tangannya yang justru mengeluarkan banyak darah.

Gracia mempunyai penyakit gangguan psikologis menyakiti diri sendiri, self-harm,  atau di sebut juga  Self-injury.

Self-injury, adalah perilaku menyakiti dan melukai dari sendiri yang di lakukan secara sengaja. Ini merupakan salah satu bentuk dari gangguan sejumlah penyakit dari kejiwaan.

Seperti yang sedang di alami, Gracia saat ini, Mencederai tubuh sendiri dengan di sengaja, dan maksud tertentu tanpa niat bunuh diri.

Gracia hanya ingin menghukum dirinya sendiri karena telah membuat orang yang melahirkannya menangis! Gracia yakin, Laura menangis karenanya.

Karena kehadirannya!

Seandainya Gracia tidak terlahir, mungkin semuanya akan bahagia.

Apalagi dengan ibunya.

____Game of destiny____

Game Of Destiny [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang