30|- Davian

18 3 0
                                    

Masih dalam pandangan yang sama, Gracia termenung di tempatnya menyaksikan interaksi antara dua orang itu yang sepertinya sudah mengenal cukup lama.

Mengapa seperti ada batu besar tak kasat mata yang menghimpit dadanya. Sesak!

Di sini Albern tidak bersalah. Mereka memang tidak mempunyai hubungan kan? Lantas buat apa Gracia merasa di bohongi?

Albern hanya berkata tidak tertarik dengan acara seperti ini. Namun lain halnya jika ada orang yang mendampingi datang ke acara tidak menarik yang bisa saja membuat acara itu sedikit lebih menarik.

Benar. Gracia paham tentang itu.

"Mau minum?" Alex menyodorkan gelas kaca berisi minuman di tangannya ke arah Gracia.

Pikiran Gracia sekarang sedang tidak konsen. Hawa gerah tiba-tiba menerpanya saat melihat di sana Albern sedang tertawa dengan gadis berambut sebahu itu.

Entah menertawakan apa! Gracia hanya butuh sedikit pasokan udara saat ini. Pemandangan itu terasa menyerap udara di sekitar Gracia. Hingga dia sedikit sesak melihatnya.

Tanpa pikir, Gracia mengambil gelas kaca dari tangan Alex dan meminumnya hingga tandas tak tersisa. Gadis itu mengernyitkan dahi saat meminum minuman dari Alex. Tenggorokannya terasa seperti di bakar.

Tidak adakah orang yang benar-benar bisa membawa kepastian ke dalam hidup Gracia? Dia lelah harus terus-menerus berharap pada sesuatu yang terlihat abu-abu. Tidak ada kejelasan warna dalam pengharapan nya.

Kemarin, Gracia berharap Albern adalah orang yang bisa membawanya keluar dari labirin panjang penantian Gracia.

Dan sekarang, seolah semua harapan itu lagi-lagi harus hilang tertelan  kenyataan yang bertolak belakang.

Alex tersenyum, menyeringai saat melihat Gracia ketagihan dengan minuman yang dia beri. Gadis itu terus meminta lagi dan lagi sampai ini yang ke lima kalinya dia meminum air itu.

Seolah semakin Gracia minum. Beban pikirannya semakin hilang! Gracia sudah di ambang kewarasan saat ini.

"Bad girl tapi ga masalah, setidaknya bisa gue manfaatin kan, malam ini." Alex merapihkan anak rambut Gracia yang menghalangi muka cantik itu.

Dengan beraninya Alex memegang pundak Gracia dan sepertinya akan membawa gadis itu pergi. Menghindari keramaian.

"Dia pulang sama gue."

Gerak Alex terhenti saat terdengar instruksi dari ucapan dingin cowok di sebelahnya.

"Malam ini. Cewe ini milik gue." Alex menunjukkan smrik nya.

BUGH!

Satu pukulan berhasil menghadiahi ucapan brengsek yang Alex lontarkan.

"Lo tau kan, siapa gue." Cowok itu membalas seringaian Alex.

"Shit! Gue ga punya urusan sama lo Davian!"

"Ck! Lo tau, cewek ini sekarang urusan gue, dan lo tau artinya apa? Ini juga udah jadi urusan gue."

" Siapapun. Tolong ajak aku pergi jauh." Gadis itu bergumam dengan mata sedikit terpejam. Tak bisa di pungkiri Gracia memang sudah berada di bawah pengaruh alkohol.

"Sejak kapan lo kenal dengan ni cewek udik?"

"Jaga ucapan lo bangsat!"

BUGH!

Bogeman  ke dua berhasil Davian layangkan di wajah mulus Alex.

Cowok itu menggeram marah. Tak terima Alex membalas pukulan Davian lagi dan akhirnya, terjadilah aksi baku hantam di sana.

Keadaan yang tadinya tenang, sekejap berubah menjadi ricuh akibat ulah mereka.

Sepertinya kali ini Alex salah memilih lawan, terbukti dengan keadaannya yang kalah jauh lebih memprihatinkan dari pada lawannya.

Kedua cowok itu sekarang menjadi tontonan, namun Davian tidak peduli. Sudah biasa baginya terlihat perkelahian seperti ini.

Dengan tak berperasaan nya cowok jangkung itu menginjak dada Alex yang sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai.

"Lo salah cari lawan."

Seakan tak peduli dengan bisik-bisik orang di sekitarnya, Davian. Berbalik dan menggendong Gracia yang terlihat sudah tak bisa berjalan dengan normal efek minuman itu.

Langkah kaki Davian berhenti di ambang pintu saat matanya berpapasan dengan manik hitam milik Albern di sana, keduanya seperti sedang berbicara lewat mata yang menggambarkan emosi masing-masing yang terkurung. Ditambah, Albern kak bisa menyembunyikan ke terkejutnya saat melihat Gracia yang berada di dalam gendongannya.

Kedua tangan cowok itu mengepal dengan sendirinya, apalagi saat Davian dengan entengnya menunjukkan smrik dihadapan nya.

"Sialan!"

___Game  of destiny___

Game Of Destiny [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang