Tak di rasa ternyata Gracia sudah cukup lama bermain dengan adik tirinya, Gracia rasa dia harus segera pulang sebelum Laura mengetahui bahwa dia sedang tidak ada di rumah.
Lagi pula ini sudah cukup malam, Sella juga sudah tertidur lebih baik Gracia segera pulang kan karena dia tak yakin Gibran akan mengantarkan nya pulang.
Yah, benar.
Gadis itu beranjak dari tempatnya mencari keberadaan Gibran, hendak berpamitan.
Setelah menelusuri rumah yang besar ini, Gracia sama sekali tidak menemukan keberadaan mereka, hanya satu ruangan yang belum Gracia temui.
Gracia bergegas menuju lantai atas, setelah berdiri di sana senyum Gadis itu mengembang tak kala pintu kamar nya terbuka dan terdapat dua orang yang sepertinya sedang beradu argumen di sana.
Harusnya, Gracia bersikap biasa saja toh dia hanya ingin berpamitan kan? Hanya sebentar dan Gracia juga tak enak jika di sangka menguping pembicaraan orang dewasa.
Semakin dekat Gracia mendengar pembicaraan itu, mau tak mau langkah Gracia harus terhenti saat mendengar namanya ikut terlibat dalam percakapan mereka.
"Apa kamu tidak terlalu berlebihan Linda?"
"Ngga Mas! Justru ini cara satu-satunya buat selamatkan perusahaan kamu."
"Tapi, apa kamu yakin anak itu mau?"
"Kamu tenang aja, lagian dia sendiri kan yang bilang akan membantu bila di butuhkan." Linda menyunggingkan senyum miringnya.
"Aku rasa ini ... Terlalu berlebihan, lagian dia juga masih sekolah mana bisa kita menukarkan nya dengan perusahaan."
"Kamu punya rasa kasihan dengan anak itu? Bukankah semua perubahan mu bersikap baik pada Gracia hanya atas perintah aku saja? Kalau bukan karena aku, mana sudi kamu mau datang ke sekolah nya waktu itu."
"Lagi pula, ini kan saat-saat yang kamu tunggu dari dulu, Mas. Lepas dari rasa bersalah karena tak akan melihat wajah anak haram itu lagi, yah walaupun aku sudah memaafkan masa lalu mu, tapi tetap saja ku butuh imbalan buat itu semua."
Enggan menatap wajah menyebalkan Linda, Gibran memalingkan wajahnya ke arah lain.
Deg.
Sepasang mata yang mempunyai kemiripan itu bertemu.
Cairan bening lolos dari kedua mata Gracia.
Seharusnya Gracia sadar dari awal perubahan Gibran yang terkesan tiba-tiba baik dan menganggap Gracia sebagai anak saja harusnya sudah cukup membuat gracia curiga.
Bodoh!
Apakah ada kata lain yang bisa menggambarkan dirinya saat ini? Mudah sekali tertipu! Mudah di manfaatkan dan terlalu lemah buat melawan.
"Bagus kamu di sini, Gracia. Saya jadi tidak perlu menjelaskan lagi pada mu." Tidak ada raut terkejut dari wajah Linda saat ini, wanita itu justru terlihat santai dan senang melihat kehadiran Gracia di sana.
"M-maksud kalian apa?"
"Kamu belum paham juga?"
Linda melirik ke arah Gibran meminta agar dirinya yang menjelaskan,
Mendapat tak ada reaksi dari orang yang di suruh, dengan malas akhirnya Linda kembali membuka suara.
"Kamu sendiri tau kan, Papa mu ini sangat tidak suka dengan kehadiran kamu, Gracia. Jadi seharusnya kamu sudah tau dari awal dimulai dari perubahan sikap nya yang mendadak baik dan menganggap kamu anak nya tanpa kamu usaha ngemis-ngemis belas kasihnya lagi di depan rumah ini."
"Nyatanya, kamu hanya pintar dalam pelajaran."
"Kamu harus menikah dengan teman saya demi mempertahankan perusahaan keluarga ini yang dilanda kebangkrutan."
"Lalu apa hubungannya dengan Gracia?!"
"Tentu ada! Bukankah kamu sendiri yang bilang akan membantu bila mampu? Kamu lupa tadi di meja makan kamu bilang apa?" Linda menggelengkan kepalanya heran.
"Justru kamu harusnya bersyukur bisa menikah dengan teman Papa mu dia itu kaya raya. Yah, walaupun usia kalian jauh berbeda, kamu akan dapat banyak hartanya dan kami pun bakal ada suntikan dana untuk perusahaan. Bukankah itu yang namanya simbiosis mutualisme anak pintar?"
"Lebih tepatnya simbiosis parasitisme karena aku ngga mau harta nya orang itu! dan itu semua hanya menguntungkan pihak kalian."
Boleh kan Gracia mengeluarkan pendapatnya? Dia bukan lagi patung yang hanya akan diam dan menuruti semua ketidak adilan di dalam hidupnya.
Bener! Ini hidupnya! Dan hanya dia yang berhak memegang kendali akan seperti apa kedepannya. Bukan orang lain!
"Gracia akan bantu keluarga ini jika Gracia mampu membantu! Tapi apa harus dengan menjual hidup Gracia?"
"Ck! Drama sekali anak ini." Linda berdecak sebal.
Mendengar ucapan Linda, ingin sekali rasanya Gracia berteriak 'JUSTRU KALIAN YANG BANYAK DRAMA!' menukarkan anak gadis dengan alasan menolong perusahaan!
"Saya punya penawaran menarik dan saya yakin kamu setuju Gracia." Linda tersenyum membujuk.
"Gibran akan menerima kamu lagi dengan sepenuh hati dan dia akan menyayangimu sebagai anaknya dengan tulus asalkan kamu setuju menolong perusahaan kami dari kebangkrutan, bagaimana?"
Gila!
___Game of destiny___
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Destiny [END✓]
Novela Juvenilselamat datang di kehidupan Gracia, dimana dunianya hanya seperti 'permainan' hari-harinya yang selalu di penuhi dengan harapan, sedangkan kebahagiaannya hanya seperti khayalan. __________________________ "Pah, Gracia sakit. Papa mau kan peluk Graci...