11|-kejadian yang menyesakan

22 3 0
                                    

"jawab ibu jujur Gracia! Kenapa kamu mencuri?!" Suara datar nan berat milik guru BK perempuan itu menggetarkan gracia.

Dia tidak tau! Gracia tidak mencuri!

Kata-kata itu sangat ingin Gracia lontarkan. Namun siapa yang bisa membelanya di saat semua bukti sudah terarah padanya?

"Bu Gracia tidak tau apa-apa, gracia tadi sedang tidur di kelas. Sungguh gracia ngga tau kenapa kalung itu ada di dalam saku Gracia." Gadis itu mencoba menjelaskan.

"Mana ada maling ngaku!" Gemi semakin memojokkan gracia.

"Gem, kenapa kamu tega? Bukannya kamu teman aku?" Gracia tak habis pikir kenapa Gemi malah menuduhnya juga?

Apa tidak ada yang percaya pada Gracia?

"Buktinya semua ada sama lo Gracia! Masih mau ngelak?"

"Sudah! Sudah sekarang ibu akan memanggil orang tua kamu kesini Gracia!"

Tidak!

Gracia tidak ingin semakin dianggap anak yang tak tau diri! Apalagi ketahuan telah mencuri.

"Bu tolong, Percaya. Gracia ngga mencuri Bu!" Mau bagaimana pun gracia memohon tetap tidak akan mengurungkan niat guru BK itu.

Brak!

Pintu ruangan BK itu terbuka dengan keras.

"Apa-apaan kamu Albern!" Bu Monica selaku guru BK merasa geram dengan tingkah tidak sopan anak muridnya itu.

"Ibu yang apa-apaan? Nuduh orang sembarangan!" Albern balik memarahi.

"A-Albern kamu tau kan Gracia itu pencuri!" Gemi mencoba menjelaskan pada Albern.

"Ga mungkin gracia mencuri!" Albern membantah ucapan Gemi! " Lo katanya temennya, kenapa sekarang lo justru memojokkan gracia? Temen macam apa itu?!"

"Albern kamu ngapain di sini?" tanya Gracia.

"Gue yakin lo ga bakalan ngelakuin itu."

"Tapi kenyataannya memang seperti itu." Gracia menundukkan kepalanya merasa malu.

"Gracia yang datang kesini Mama mu atau Papamu?" ujar guru Mon.

Sekarang bagaimana? Tidak mungkin salah satu dari mereka mau datang ke sini!

Tuhan sekarang bagaimana?

Gracia tidak ingin menjawab! Sekarang sudah tidak akan ada yang bisa menolongnya.

"Grac! Kamu ngga mungkin ngelakuin itu kan?" Albern bertanya tak yakin pada Gracia.

"Aku ngelakuin itu Al!" Sudah! gracia yakin tidak akan ada yang percaya padanya. Percuma saja dia membela diri.

"Rasanya ngga mungkin." Albern mengusap wajah nya kasar.

Albern memang belum terlalu kenal dengan gadis itu. Tetapi dia yakin gracia tidak mungkin melakukan itu! Ntah kenapa dia merasa yakin!

"Selamat siang. Sebenarnya ada apa Bu?"

Deg.

Itu suara ... Papanya!

Benar, itu papanya! Gibran dengan setelan jas kantornya bertanya kepada guru BK.

"Papa." Lirih Gracia. Seakan tak percaya! Sungguh seumur hidup baru kali ini papanya mau menginjakkan kakinya di sekolah Gracia.

Biasanya saat mengambil raport atau kumpulan wali murid pun selalu Bi Asih yang mewakili Gracia.

Sekarang Gracia tidak tau. Apakah dia harus senang atau harus sedih karena dia tidak tau setelah ini keadaan akan bagaimana? Apakah sekarang Papanya semakin membencinya?

"Selamat siang pak Gibran, maaf telah mengganggu waktunya, kami pihak sekolah ingin memberitahu bahwa anak bapa Gracia, telah mencuri kalung berlian milik temannya Gemi."

Gracia semakin menundukkan kepalanya. Dia takut! Papanya akan semakin benci dan jijik pada Gracia atas kejadian ini.

"Maaf sebelumnya Bu, apakah benar gracia yang telah mengambilnya?" tanya Gibran, memastikan. " Gracia, apa benar kamu mencuri?"

Mendengar pertanyaan dari papanya membuat badan gracia gemetar. Dia tidak tau harus bagaimana lagi membela diri sekarang.

"Ngga akan ada yang percaya pada Gracia." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari bibir mungilnya.

"Sebaiknya masalah ini jangan di perpanjang. Saya akan ganti rugi dan ... Gracia." Gibran melirik Gracia. "Jangan di ulangi."

Pernyataan seperti itu, sungguh membuat Gracia tak percaya! Itu artinya sama saja Gibran mempercayai bahwa gracia mencuri!

Rasanya gracia ingin teriak sekarang! Apakah tidak ada satupun orang di dunia ini yang percaya padanya?

"Kenapa Om seolah membenarkan bahwa gracia mencuri?" tanya Albern yang dari tadi tak mengerti dengan situasi seperti ini.

Mata Gracia berkaca-kaca, saat Albern membelanya.

Tapi apa? Gibran hanya melirik nya tanpa niat menjawab pertanyaan Albern.

"Gracia, pulang sama Papa!"tegas Gibran.

Demi apapun nafas gracia seperti tercekat! Apa ini? Apakah Papanya akan menghukum nya? Atau ...

Semuanya akan baik-baik saja?

__Game of destiny__

Game Of Destiny [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang