24|-Kalah dewasa

23 3 0
                                    

Mendengar penuturan dari saksi mata yang telah melihat kejadian tabrakan yang di duga korbannya adalah Gracia, orang yang sedang Albern cari saat ini, seketika jantung cowok berdetak kencang. Albern sangat syok!

"Ibu, tau korban di bawa ke rumah sakit mana?"

"Kalo itu saya ngga tau. Coba kamu cari di rumah sakit terdekat."

"Iya! Terima kasih Bu."

Tak ingin menunda waktu lagi, Albern segera menghampiri motornya dan bergegas menuju rumah sakit terdekat.

••••

"Sial! Gue harus cari di rumah sakit mana lagi?!" Terhitung sudah lima kali Albern berpindah-pindah rumah sakit terdekat dari sana namun tak ada satupun yang di tempati oleh Gracia.

Ini aneh! Seharusnya Gracia di bawa ke rumah sakit terdekat bukan?

"Grac. Lo baik-baik aja kan?" tanya Albern lirih. Ada perasaan cemas dan takut dari dalam dirinya saat ini.

Cemas karena kondisi Gracia yang sudah mengalami kecelakaan, dan takut akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Apakah keluarganya tau dimana Gracia saat ini?

Ah! Albern tidak tau dimana rumah gadis itu!

Menaiki motornya kembali, Albern atkn terus mencari gadis itu lagi!

Namun, perlahan. Pergerakannya terhenti saat sayup-sayup terdengar percakapan dua orang yang sepertinya masih anak SMP di depannya.

"Kamu ada masalah?"

"Ngga, cuman kayaknya aku harus buru-buru pulang."

"Oh. Yaudah kamu pulang aja duluan aku bisa pulang sendiri," ucap gadis SMP yang berada di sampingnya.

"Aku yang udah ajak kamu jalan. Dan aku juga yang harus anterin kamu pulang sampai rumah, dengan keadaan selamat. Kalo aku tinggalin kamu sendiri di sini itu artinya aku ngga punya rasa tanggung jawab dong."

"Makasih. Ayo, pulang."

Bodoh! Albern merasa tertampar dengan ucapan anak laki-laki itu! Bisa-bisanya Albern kalah dewasa hanya dengan anak yang usianya jauh di bawah dia.

"Bego! Maafin gue Grac!"

Mengapa Albern sangat takut kehilangan?

Sementara di sisi lain jauh dari Tempat Albern tadi. Seorang gadis yang sudah tertidur lama kini mulai terusik. Perlahan retinanya yang berwarna coklat jernih itu terbuka sedikit demi sedikit. Namun, tak lama iya pejamkan kembali matanya saat ada cahaya yang menyilaukan penglihatan nya saat ini.

Tak lama kemudian, mata itu terbuka sepenuhnya saat dia sudah bisa menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.

Hangat. Itu yang Gracia rasakan saat telapak tangannya ada yang menggenggam dengan erat. Seperti mencegahnya untuk pergi jauh.

Dilihatnya, orang itu sepertinya tengah tidur.

Gracia mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat lemas. Namun, ternyata pergerakannya membangunkan orang itu.

"Ka Faren," ucapnya lemah.

Faren mengucek matanya yang terasa masih berat. Tetapi saat mendengar namanya di sebut mata yang tadinya teramat ngantuk itu kini terbuka sepenuhnya. Rasa kantuknya mendadak senyap dalam sekejap.

"Grac."Mata Faren sedikit berkaca-kaca.

"Ada yang sakit? Kaka panggilkan dokter."

"Ngga usah Ka." Gadis itu tersenyum." Gracia baik-baik aja."

Senyuman itu menular. Melihat Gracia tersenyum. Faren pun ikut tersenyum. Perlahan laki-laki itu mendekati dan mengecup kening Gracia penuh sayang.

"Gracia kuat. Maafin Kaka yang ngga bisa jagain kamu."

"Ka Faren udah jagain Gracia. Gracia bersyukur karena punya Kaka." Gracia benar-benar tidak tahu lagi seandainya hidupnya tidak ada Faren dia akan seperti apa."

"Kaka kapan pulang?"

Melihat raut kebingungan dari, Gracia. Akhirnya Faren menceritakan semua kejadian yang dialaminya.

"Kaka dapat kabar dari Ayah katanya kamu kecelakaan, mendengar itu Kaka langsung pulang. Kaka khawatir kamu ngga ada yang jagain."

"Om Heri yang nolongin aku?"

"Iya, untung saat itu ada ayah yang nolongin kamu. kondisi kamu sangat buruk apalagi  penyakit jantung kamu dalam keadaan kambuh ayah sudah membawa kamu ke rumah sakit terdekat namun, dengan keadaan alat medis di rumah sakit terdekat yang tidak memadai terpaksa ayah langsung membawa kamu ke rumah sakit pusat."

Mendengar penuturan Faren, Gracia merasa menjadi seperti beban yang terus merepotkan semua orang.

"Mama ngga khawatir sama Gracia ya Ka? Setiap Gracia sakit, Mama pasti ngga pernah ada buat Gracia."

Kata-kata itu lagi. Faren mengepalkan tangannya erat, sungguh itu kata-kata ke sekian kalinya yang selalu Gracia katakan saat dirinya sedang sakit.

Cowok itu memalingkan wajahnya, sesak! Itulah yang selalu dia rasakan saat keadaan Gracia seperti ini.


__Game of destiny___

Game Of Destiny [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang