Sungguh, ntah kenapa setiap Albern mengucapakan kata khawatir padanya, rasanya seperti Dejavu. Suara itu, tatapan mata itu.... selalu sukses membuat Gracia tertegun sejenak.
Tidak mungkin kan? Orang itu adalah ... Albern.
Orang dimasa kecilnya yang pertama kali mengucapkan kata itu pada Gracia.
Sesaat keduanya dilanda keheningan, baik Albern maupun Gracia sama-sama hanyut dalam pancaran mata masing-masing yang membuat mereka berdua tenggelam dalam kesunyian.
Albern bisa melihat raut kesedihan dalam manik mata coklat terang milik Gracia.
Perlahan, cahaya oranye yang di pancarkan oleh langit memudar, hingga sepenuhnya cahaya itu hilang digantikan oleh kegelapan malam.Tanpa di ketahui Gracia, perlahan tangan Albern menekan sesuatu di balik pohon itu hingga, cahaya dari lampu tumblr yang memenuhi semua bagian pohon itu pun menyala.
Gracia di buat takjub dengan keindahan pohon yang di hiasi kerlap-kerlip cahaya berwarna-warni dimulai dari akar pohon, batang, tangkai, dedaunan, hingga sampai ke puncak nya. Ini sudah seperti pohon natal.
Tolong, jangan samakan pohon ini dengan pohon di pinggir jalan yang terkesan sama dengan hiasan lampu tumblr.
Jelas ini berbeda! Di dukung dengan suasana puncak yang memperlihatkan keindahan pemandangan kota di bawah sana, suasana yang terkesan sunyi membawa kedamaian tersendiri bagi jiwa masing-masing.
Dan yang lebih terkesan berbeda, orang yang memperlihatkan nya saat ini, yang mempunyai peran tersendiri di dalam hidup Gracia.
Gracia tidak tau, perasaan apa yang sekarang berada dalam hatinya. Namun yang pasti ada rasa damai ketika Gracia berada dekat dengan Albern. Gracia merasa dekat dengan sosok pelindung yang menggantikan peran Faren saat ini.
Ah! Entah lah padahal Albern sendiri yang membuatnya celaka. Tapi anehnya Gracia merasa Albern adalah sosok pelindungnya.
"Grac, apakah ada banyak hal yang gue belum tau tentang lo?"
"M-maksud nya?"
"Gue merasa, lo itu punya banyak cerita yang belum pernah lo ceritain ke siapapun."
"Mau tau satu cerita yang sampai sekarang selalu menjadi penyemangat hidup buat aku?"
Gracia tau kemana arah pertanyaan Albern. Oleh sebab itu tidak ada salahnya kan Gracia berbagi sedikit kisah kepadanya? Sekedar ingin mencari tau kebenaran yang sempat Gracia pertanyaan.
"Kamu tau, waktu itu umur aku masih terbilang cukup dini untuk mengenal kejam nya kehidupan orang dewasa, aku masih belum mengerti banyak hal, tentang penjelasan dan kenyataan yang masih abu-abu untuk di mengerti oleh anak yang masih berusia 6 tahun."
"Dari kecil aku belum pernah merasakan apa itu keluarga utuh yang harmonis, bagaimana rasanya di tanya pengalaman pertama bersekolah, dapat nilai berapa ulangan? atau mau makan apa? Hanya perhatian kecil seperti itu yang dari dulu sampai sekarang belum bisa aku dapatkan. Waktu kecil... Aku pernah bertanya bagaimana hangatnya di peluk oleh orang tua, bagaimana di perhatikan sewaktu sakit? Apakah aku belum pernah di berikan senyuman tulus oleh Mama? Dan sekarang aku tau. Aku memang belum pernah mendapatkan perhatian sebuah keluarga."
Untuk kali ini, biarkan Gracia bercerita tentang kehidupannya. Gracia sudah tidak sanggup menahannya sendiri lagi.
"Dan sampai di mana, saat itu aku sudah tidak ingin lagi menjadi benalu buat semua orang sampai akhirnya, memilih mengakhiri hidup. Aku rasa itu adalah keputusan yang sangat tepat karena buat apa aku ada? Toh tidak ada yang menginginkan aku hidup."
Albern masih diam menyimak. Matanya tak lepas dari sepasang mata indah berwarna coklat terang di depannya yang terkena cahaya warna random dari lampu tumblr yang berada di depannya.
"Aku yang saat itu sudah mempunyai tekad untuk meloncat dari atas ketinggian ke bawah aliran air sungai yang deras harus terhenti saat ada sepasang tangan kecil yang menarik kembali untuk menjauh dari sana. Orang itu yang telah menggagalkan rencana dan menghancurkan tekad aku untuk bunuh diri, dia... Penolong yang tidak tertolong."
Kenapa kepala Albern mendadak terasa sakit sekali?
"Maksud lo? Penolong yang tidak tertolong apa?"
"Orang yang pertama kali mengucapkan kata khawatir sekaligus penyelamat itu jatuh ke dalam sungai karena telah menolong aku Al."
"Karena itu aku berjanji, aku ngga akan mengecewakan orang yang udah berkorban menyelamatkan nyawa ku."
Albern terdiam cukup lama menetralkan rasa sakit di kepalanya.
"Al." Gracia menggeser duduknya agar lebih jelas menatap manik hitam milik Albern.
"Apa, kamu punya cerita yang sama seperti itu?"
Dahi Albern berkerut.
"Kenapa aku merasa, kamu orang yang ada dalam cerita aku Al?"
___Game of destiny___
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Destiny [END✓]
Teen Fictionselamat datang di kehidupan Gracia, dimana dunianya hanya seperti 'permainan' hari-harinya yang selalu di penuhi dengan harapan, sedangkan kebahagiaannya hanya seperti khayalan. __________________________ "Pah, Gracia sakit. Papa mau kan peluk Graci...