#10

3.8K 534 2
                                    

"Bang emangnya mau cari apa?" Tanya Dewa ke Surya yang lagi nyetir.

"Oh gue mau ganti senar gitar gue. Udah lama nggak ganti" jawab Surya singkat. Dewa membulatkan bibirnya sembari menganggukan kepalanya kecil.

Eh? Gitar?

"Bang Surya punya gitar?"

Surya menunjuk jok belakang mobilnya. Membuat Dewa menoleh dan langsung melotot melihat ada 2 kantong gitar di belakang.

"Bang Surya kok.."

"Gue kan emang main gitar, Dew"

Dewa menganga tak percaya untuk sesaat. Sebelum sebuah ide tiba-tiba terbesit di kepalanya.

"Bang" panggilnya.

Surya berdehem, "Kenapa?" Tanyanya, lalu menoleh singkat.

"Bang Surya mau ngajar gitar gak?"

"Hah?"

***

"HAH"

"Ssstt pelan-pelan Jov" bisik Milly membungkam bibir Jovanka dengan tangannya.

"Gue taunya dari Kak Widy ini"

Jovanka meringis pelan, "Maap maap" katanya jadi memajukan diri, ingin mendengar lebih jelas.

"Lo serius?" Tanya Jovanka lagi.

Milly mengangguk pelan. "Untuk apa gue bohong?" jelasnya, lalu menghembuskan nafasnya.

"Terus Kak Sean dirawat dimana sekarang?"

Milly mengangkat kedua bahunya, "Kak Widy nggak bilang dimana. Tapi yang jelas katanya kondisi Kak Sean nggak parah" Jelas gadis itu.

"Ya.. gue nggak bisa cuci mata lihat asdos ganteng ya.."

"Jov!"

"Iya iya maap" kata Jovanka dengan bibir mengerucut.

"Eh tapi, siapa yang gantiin Kak Sean dong?"

Benar juga. Kak Widy hanya mengatakan kalau ada yang akan menggantikan Sean. Tapi siapa?

Hingga pintu kelas terbuka, seorang pemuda masuk dengan laptop dan tumpukan kertas di tangannya.

Membuat semua mahasiswa langsung kembali duduk ke tempatnya.

"Halo, kita bertemu lagi ya" sapa pemuda itu tersenyum ramah.

Pemuda itu. Kak Widy.

Jadi Kak Widy yang mengisi posisi asdos untuk sekarang?

Widy mengedarkan pandangannya ke satu persatu mahasiswa. Hanya merasa senang karena bisa kembali.

Hingga tatapannya terjatuh pada sosok Milly yang memandangnya dengan mata sedikit membulat dan bibir yang terbuka kecil karena kaget.

Widy menyunggingkan senyuman tipisnya. Membuat Milly langsung tersentak kaget, refleks mengalihkan wajahnya.

Tadi Kak Widy senyum?

***

Padahal niatnya tadi ke toko gitar aja buat ganti senar. Ternyata mereka sekarang berakhir di sekolah musik punya keluarga Dewa.

Tentang tawaran Dewa tadi? Iya. Dewa serius nawarin Surya buat ngajar di sekolah musiknya.

"Nih bang. Nanti kalau mau lo ngajar di sini" ucap Dewa membuka salah satu pintu ruangan.

Isi dalamnya persis seperti studio. Ada peredam suara, ada banyak gitar yang tergantung di dinding, ada dinding dengan kaca besar di dalam, dan ukuran ruangan yang luas.

"Nah kalau ini kelas drum" Dewa membuka satu ruang kelas lainnya.

"Oh yang lo biasa ngajar?" Tanya Surya yang langsung dianggukin Dewa.

"Tepat sekali"

Surya mengedarkan pandangan. Ruangan yang kali ini lebih kecil dari kelas gitar tadi, dindingnya  juga full peredam suara dan hanya ada 2 drum di sana.

"Gimana bang?" Tanya Dewa lagi begitu mereka selesai melihat-lihat.

Sebenarnya Surya tertarik. Tapi sejenak pemuda itu agak ragu. Memangnya kemampuan dia sebagus itu sampai ngajar di sekolah musik?

"Kalau ragu, Bang Surya bisa pikirin dulu nggak apa." Dewa menepuk pundak Surya pelan, sembari tersenyum tipis.

"Dew"

"Hm"

"Pulang tes gue ya" Surya menoleh, "Tes gue layak apa engga ngajar di sini" katanya yakin.

Dewa memekik heboh.

"SIAP BANG! GUE TES NANTI" katanya semangat.

Akhirnya tugas dari papanya kelar satu.

***

Jam udah menunjukan jam 5 lewat. Milly sama Jovanka juga refleks berdiri merenggangkan diri bersamaan dengan mahasiswa lainnya. Hari ini mereka ngejar tugas kelompok harian buat dikumpul.

"Udah dikumpul kan tadi?" Tanya Milly

Jovanka mengangguk, "Ke email Kak Widy kan?" Tanyanya meskipun fokus membereskan barang-barangnya.

"Yaudah kalau gitu ayo pulang" Milly memakai jaket dan tas ranselnya. Setelah Jovanka selesai berberes, mereka berdua menuruni tangga kelas untuk turun ke pintu kelas.

Sebenarnya selama studio tadi, Milly canggung banget karena Widy. Kayak aneh aja pas lihat temen kosan jadi asdos di kelas. Nih sekarang aja Milly udah deg-degan. Soalnya kalau mau ke pintu, harus lewat meja pengawas dulu atau bisa dibilang harus lewatin Widy.

"Milly"

Noh kan manggil.

Jovanka langsung pamit duluan dan ngacir pergi. Ninggalin Milly yang diam-diam meringis di dalam hati.

"Mau pulang kan? Ayo bareng" ajak Widy

"Kak Widy mau pulang jalan kaki??"

"Kenapa harus jalan kaki?"

Kedua alis Milly bertaut. Terus??


***

a/n:

Wkwkwkwkwkw hayo da mulai ada gambaran yak bund

Buat kalian jangan lupa ya jaga kesehatan selalu. Stay safe.

Behind The Door #1 [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang