"Woi Sur"
Tepukan pada pundak Surya langsung berhasil membuat pemuda itu tersentak kaget saat dipaksa untuk kembali sadar dari lamunannya. Dari saat perjalanan pulangnya dari panti, bahkan hingga dirinya telah tiba di kos, Surya sama sekali tak bisa fokus. Entahlah, yang jelas dia terus teringat dengan ucapan Via barusan. Apa dirinya benar-benar terlalu ikut campur?
"Kak Surya?"
"Eh iya kenapa?"
Milly dan Jerome saling berpandangan. Sadar kalau Surya sedang tak begitu responsif.
"Kakak ada rencana ngobrol berdua sama Dewa?" Milly bertanya pelan.
Surya mengerang dalam hatinya, kembali teringat. Benar, dia masih harus ngobrol dengan Dewa soal kepergiannya karena di antara semua, memang hanya kondisi pemuda itu yang terbilang masih cukup sulit.
"Dewa udah bisa diajak ngobrol soal ini belum?" Tanya Surya.
"Kalau lo nunggu dia siap, sama aja kayak lo numpuk masalah. Menurut gue yak ini." Jerome menyahut pelan. Milly yang ada di sampingnya hanya bisa mengangguk kecil. "Ngomong baik-baik. Nanti gue dan Milly coba bantu lagi kasih pengertian semisalnya Dewa belum bisa paham." ucap Jerome kembali menambahkan.
Surya menghela napasnya.
"Yaudah. Gue ngomong dulu sama Dewa."
***
Ketukan pelan pada pintu kamar milik Dewa terdengar tepat setelah Jerome dan Milly pergi dari teras tengah kos. Lebih tepatnya mereka yang berusaha memberikan waktu untuk kedua orang yang perlu bicara empat mata itu.
"Dewa, ini gue. Gue masuk boleh?"
Sebenarnya Surya sama sekali tak menerima jawaban apapun untuk beberapa saat. Makanya pemuda itu sempat berpikir kalau mungkin rencananya untuk menyelesaikan masalahnya ini harus termundur lagi.
Tapi kemudian bunyi kenop pintu yang terbuka langsung menyanggah semua.
Dewa membukakan Surya pintu kamarnya.
Surya tersenyum kecil. Penampilan Dewa mulai terlihat lebih baik dibandingkan beberapa hari belakangan. Meskipun masih ada sisa lingkaran gelap di bawah mata pemuda yang tampaknya telah kehilangan beberapa kilo dari berat badannya.
"Boleh ngobrol?" Tanya Surya hati-hati.
Dewa langsung menepikan tubuhnya. Memberikan ruang agar Surya bisa masuk ke dalam kamarnya. Meskipun belum terlihat ekspresi lain selain datar di wajah Dewa.
"Dewa, gimana kabarnya?" Tanya Surya begitu melihat Dewa sudah menyamankan dirinya di tepi kasur. Dewa masih menunduk. Belum berani untuk melakukan kontak mata apapun dengannya.
"Baik..." jawab Dewa serak.
Dewa kemudian sedikit terbatuk untuk sebentar. "Bang Surya gimana...?" Surya terenyuh ketika sadar Dewa menanyainya kembali dengan suara yang lirih.
"Gak baik. Mau ninggalin tempat ini ternyata susah." Surya mengulum senyumnya. Ia memperhatikan penuh Dewa yang masih tertunduk tenang, namun kedua ibu jarinya terus bergerak beradu dengan gelisah.
Surya yang tadinya masih berdiri bersandar pada dinding ruangan, kemudian bergerak mengambil tempat di samping Dewa.
"Bukan pembelaan, tapi kemarin waktunya memang terlalu salah buat kalian semua tau soal rencana magang itu. Meskipun terlihat gampang, tapi kenyataannya susah walau hanya sekedar ngomong aja." Surya bersuara dengan pelan dan hati-hati. Tatapannya masih belum terlepas dari Dewa sejak tadi untuk memperhatikan penuh respon yang diberikan. Sekiranya topik ini masih terlalu berat untuk Dewa, dia akan berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Door #1 [ ✓ ]
Novela Juvenil[COMPLETED] Ini cerita tentang apa yang terjadi di balik pintu Kosan Matahari. Semua tentang cinta, keluarga, persahabatan, atau bahkan keseharian random para penghuni kosan? Semua bisa didapatkan di sini. Guess what's behind the door? - Highest ran...