#46

2K 274 7
                                    

Milly pagi ini bangun dengan keadaan yang lebih bahagia dari biasanya. Entah itu karena masalahnya dengan Sekar telah terselesaikan atau karena kejadian kemarin lainnya.

Tapi yang jelas, Milly benar-benar senang hari ini.

Waktu menunjukan pukul 7 dan gadis itu telah siap untuk ke kampus. Hari ini dia ada kerja kelompok studio bareng Jovanka.

Ia keluar dari kamarnya bersamaan dengan sosok Jerome. Sempat tersentak sebelum akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk menyapa terlebih dulu.

Jerome tersenyum simpul setelah tatapannya bertemu dengan Milly.

Tapi hanya sekilas. Sebelum Jerome beranjak pergi dengan tanpa kata, meninggalkan Milly yang kini membeku karena kaget.

Gadis itu menggeleng. Berusaha mengabaikannya dan bersikap seperti biasanya. Walau sebenarnya dia juga merasa kalau itu aneh.

"Milly ke kampus sama siapa?" Tanya Dewa yang terhenti sejenak dari tengah langkahnya.

"Gojek kak" jawab gadis itu.

"Gak ikut Bang Jerome?"

Milly menggeleng pelan. Meskipun dia tau Jerome tak akan menolak untuk mengantar dirinya, tapi dia berusaha untuk tau diri aja mengingat respon Jerome tadi.

"Hah kan kita sama-sama ke kampus juga kan?"

Tak lama, bunyi klakson mobil terdengar cukup lantang. Membuat Dewa kini merasa terpanggil, namun juga merasa nggak enak. Sepertinya Jerome dan Milly sedang ada masalah, pikir cowok itu.

"Gapapa. Kalian duluan aja." Ucap Milly seakan paham.

Gadis itu bergerak ke salah satu meja di teras tengah untuk meletakan tasnya dan mencari HP hitamnya.

Dewa sebenarnya agak ragu untuk pergi dari sana. Tapi dia bingung harus berbuat apa dan juga, pemuda itu tengah terburu-buru.

"Milly, duluan ya?"

"Iya kak"

Sepeninggalnya mereka dan mobil hitam Jerome, Milly mengerang pelan. Dirinya merasa ada yang aneh dengan Jerome, tapi tetap mencoba untuk menyangkal. Mungkin hanya pikirannya yang terlalu negatif.

"Milly? Kenapa belum ke kampus? Mau bareng?"

Surya dan perannya yang selalu menjadi penyelamat.

Milly mengangguk kecil. Gadis itu tak sanggup lagi untuk berkata-kata. Dia berusaha untuk menahan tangisnya. Pikirannya benar-benar terasa penuh dan kacau.

Sekeras apapun dia berusaha untuk menyangkal pikiran aneh, nyatanya otaknya sama sekali tak bisa berhenti memikirkannya.

Sebenarnya Jerome kenapa?

"Ayo, kakak antar" kata Surya yang kini mengambil alih tas Milly.
.
.
.
.
Selama perjalanan menuju ke kampus, tak ada sedikitpun percakapan antara Surya dan Milly.

Surya fokus dengan jalanan di hadapannya, sementara Milly menatap kosong ke luar jendela yang ada di sisinya.

Kalau boleh jujur, Surya sebenarnya gak ada urusan apapun di kampus. Tapi ia harus bertingkah seolah memang ingin ke kampus agar gadis itu tak tahu kalau Surya hanya mengantar Milly atas perintah Jerome.

Iya. Jerome meminta tolong pada Surya untuk mengantarkan Milly.

Sebenarnya Surya bingung sama apa yang terjadi dengan pasangan ini, namun pemuda itu tidak berani menanyakannya. Ia tau persis kalau Milly sedang menahan tangisannya saat ini.

Atau mungkin she's already crying.

Hal yang sama juga terjadi di mobil hitam milik Jerome.

Selepas turunnya Dewa dari kendaraan itu, Jerome sama sekali tak bergerak dari parkiran gedung Fakultas Seni. Pemuda itu kini duduk bersandar pada kursi sisi kemudi dengan mata yang terpejam erat.

Behind The Door #1 [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang