#36

2.2K 337 2
                                    

Milly mengacak rambutnya pelan. Sejak tadi dia belum selesai mengubah rancangan taman buat tugasnya karena tampaknya ia berada di posisi pikirannya yang sulit fokus.
Gadis itu mengerang pelan dan terdengar sangat frustasi.

Tangannya kini mencoret kertas yang berisikan sketsa rancangan tamannya, lalu meremas kertas tersebut dan membuangnya asal.

"Gue kenapasih argh" geramnya.

Hingga suatu ketukan terdengar di pintu kamarnya, gadis itu langsung menghela nafasnya berat.

"Siapa?" Tanyanya sama sekali tak beranjak dari kursinya.

"Kakak"

Ia langsung beranjak, membuka pintu kamarnya dan menampilkan Surya yang kini berdiri di depan kamarnya.

"Sorry kak.. tadi Milly sibuk sketsa tugas hehe"

Surya mengangguk kecil, "Gak apa" katanya.

"Milly mau ikut ke supermarket depan?"

Surya merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan voucher belanja 50 ribu dengan wajah sumringahnya.

"Beli es krim mau?" Tawarnya.

Milly langsung mengangguk. Dia benar-benar membutuhkan asupan gula. Kepalanya mau pecah rasanya  karena apa yang terjadi hari ini.

"Berdua aja kak?"

"Nggak, ada Dewa juga kok. Kita jalan kaki aja ya ke depan."

"Iya kak boleh."

***

Dewa, Surya, dan Milly keliatan lucu banget sekarang. Mereka berjalan beriringan dengan es krim di masing-masing tangan mereka.

"Bang" Panggil Dewa.

Surya menoleh, lalu menautkan kedua alisnya membalas.

"Abang pernah pacaran gak sih dulu?"

Milly mengangguk, ikut ingin tau.

Surya terdiam untuk sejenak. Tampaknya pemuda itu sedang berpikir.

Milly yang agak panik langsung nyeletuk, "Kalau gak mau diceritain gapapa kok kak" kata gadis itu lalu tersenyum meringis.

"Pernah kok"

"YANG BENER BANG?"

Surya mengangguk kecil.

Pemuda itu langsung mengambil tempat dan duduk di tepian jalan komplek. Kemudian diikuti oleh Dewa dan Milly yang mengambil kini tempat di samping Surya.

"Pernah. Tapi sekarang dia udah nggak di sini." Kata Surya cukup tenang. Padahal jawaban itu baru aja bikin Dewa dan Milly kaget setengah mati.

"Dia di luar negeri kuliah"

"Oalah.." celetuk mereka serempak. Agak lega.

"Pacaran dari kapan, bang?" Tanya Dewa semakin mau tau. Pasalnya selama dia dan Surya satu kosan, pemuda itu beneran jarang atau bahkan gak pernah ngelihat Surya dekat dengan cewek. Gak tau si kalau di kampus.

"SMA kelas 1 deh. Sampai semester 4 kuliah."

Lama banget, pikir Milly dalam hati. Gadis itu tak berkomentar apapun. Dia hanya mendengarkan bagaimana cerita Surya dari mereka pacaran, hingga memutuskan berpisah.

Permasalahannya? Karena LDR. Surya terlalu ambisius dengan perkuliahannya, sedangkan waktu yang mereka punya untuk mengobrol hanya sedikit.

Dan setelah mendengar kisah Surya, ternyata benar ya jika semua orang punya kisahnya masing-masing. Sosok Surya yang selama ini Milly kenal juga menyimpan kisah menyedihkan di masa lalunya. Ini membuat ia semakin mengerti kalau Milly memang belum cukup mengenal mereka.

Entah itu Surya, Widy, Dewa, Brian, dan mungkin Jerome juga.

"Everyone has a chapter they don't read out loud."

***

Ketiganya baru aja menapakkan langkah mereka ke area tengah kosan dan udah dikejutkan dengan Brian dan undangan pernikahan di atas meja.

"Undangan siapa?" Tanya Surya yang kini duduk.

Brian melirik ke sekitar. "Widy mana?" Tanyanya karena tak menemukan sosok Widy sejak tadi.

Dewa dan Surya menggeleng. "Katanya mau ketemu temen" jawab Surya yang kini mengambil undangan di hadapannya. Pemuda itu terlalu penasaran.

"Temen gue abangnya mau nikah dan kita semua diundang. Kalian pada bisa kan?"

"Gue sih bisa aja."

"Dewa juga bisa"

Ketiganya langsung menoleh ke arah Milly yang sejak tadi tak bersuara. Membuat gadis itu langsung kikuk karena perhatian yang teralih ke arahnya.

"Milly kurang tau... takut ada tugas dengan deadline mepet dadakan" Katanya berbohong.

Gak, Milly bukan gak mau pergi karena tugas. Gadis itu tak ada satupun pakaian layak yang bisa digunakan buat ke undangan. Ia tak memiliki sedikitpun ekspektasi kalau akan hadir di acara nikahan.

"Gak apa, Milly. Kabarin aja kalau bisa ya?"

Milly mengangguk. "Kalau gitu, Milly duluan ya ke kamar." Pamitnya yang langsung beranjak masuk.

Ia kini berdiri di belakang pintu kamarnya. Langkahnya tertahan setelah samar-samar mendengar nama Jerome kini disebut.

"Kira-kira Bang Jerome bisa dateng gak ya?" Tanya Brian.

"Kurang tau juga. Manusia itu padat banget jadwalnya. Makanya sekarang bisa K.O dia." Kata Surya setengah mencibir.

"Gue bingung deh kadang. Gue pernah dengar rumornya kalau Bang Jerome tuh sebenarnya tajir banget. Tapi gue sama sekali gak pernah dengar berita soal keluarganya?"

"Dewa juga pernah dengar sih soal itu. Sempat heran juga cuma sekarang ya udah biasa aja."

Milly menjauh dari pintu kamarnya. Gadis itu berjalan lemah, lalu mendudukan dirinya di pinggir kasur.

Lihat. Mereka aja masih banyak belum mengetahui soal Jerome.

Mereka yang notabenenya sudah lebih dulu mengenal Jerome daripada dirinya.

***

a/n:

Mulai pegangan ya semua. Ombak akan segera datang.

Behind The Door #1 [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang