"Jadi kamu pindah kos?"
Milly berdehem mengiyakan mamanya. "Iya tadi siang Milly pindahnya." kata Milly kembali menambahkan.
"Kosan baru kamu gimana? Bagus? Kosan cewek apa campur??"
Duh kalau gini ceritanya, Milly harus jawab apa?
"Sebenarnya ini kosan cowok ma.. Eh tapi ini masih kosan bukde kok ma jadi mama nggak perlu khawatir"
"Kamu kosan di kos cowok? Sendirian?"
Ini yang Milly takutin..
"Ma-"
"Minggu depan mama ke sana sama papa kamu."
Milly menepuk keningnya sendiri begitu panggilan terputus begitu aja. Kayaknya Milly harus terima kenyataan kalau dia bakalan pindah kosan lagi..
Tok tok
Milly tersentak kecil dan mau tak mau berjalan ke arah pintu kamarnya.
"Eh Kak Surya?"
"Sibuk ya??" Tanya Surya yang langsung dibalas Milly dengan gelengan.
"Nggak kok, kak. Kenapa ya??"
"Di depan ada martabak. Makan bareng ya sekalian kenalan mumpung udah lengkap"
Milly ragu. Sebenarnya dia masih canggung sih kalau harus sendirian di antara semua anak kosan yang notabenenya laki-laki. Tapi nggak enak juga kalau nolak.
Alhasil untuk sekarang Milly hanya berdiri diam di dekat salah satu kursi yang ada di teras tengah, sementara hampir semua anak kosan dah duduk ngumpul sambil ngobrol. Kecuali cowok tinggi yang tadi sempat ngira Milly ini pacar salah satu anak kosan.
"Milly duduk sini aja" Dewa yang tadinya sendirian duduk di salah satu kursi itu langsung berdiri dan pindah ke samping Widy. Mempersilahkan Milly agar duduk sendirian karena dia tau pasti Milly ini masih canggung.
"Eh iya, makasih yaa"
"Terus ini nih ada martabak. Dimakan ya" ini Widy yang langsung mengambilkan beberapa potong martabak telur dan meletakannya di piring kosong di depan Milly.
"Makasih kak"
Bohong kalau Milly nggak tersentuh sama perlakuan anak-anak kosannya itu. Karena kenyataannya memang semua cowok-cowok yang di sana ini memperlakukan Milly dengan baik meskipun ia baru aja pindah.
"Gila, 2 kotak udah mau habis kena lo bri?"
Nah cowok tinggi tadi akhirnya muncul dan ikut duduk di samping Brian. Dia langsung nyomot satu martabak telur dari kotak yang ada di depan Brian.
"Apa lihat-lihat? Ini gue yang beli ya" celetuk Jerome galak ketika Brian menatapnya dengan tatapan 'apaan sih main ambil punya gue aja'.
"Bang, coba jangan berantem. Udah tua juga" ini Dewa yang ngomong.
Milly dari tadi cuma memperhatikan mereka aja sambil sesekali memakan martabaknya.
"Milly"
Gadis itu melotot ketika Surya tiba-tiba memanggil namanya dan seakan mempersilahkannya untuk ngomong.
Masalahnya Milly gak tau harus mulai memperkenalkan diri dari mana? Oke sebut nama. Lalu apa yang harus dia ucapkan lagi?
"Kuliah dimana?" Di luar dugaan, Widy justru tiba-tiba nanya ini.
"Eh? Oh.. di Kampus Adiguna kak."
"Sekampus dong sama kita-kita. Semester berapa?" Tanya Brian seraya memasukan potongan martabak lainnya ke dalam mulutnya.
"Semester 3 kak sekarang"
"Sama dong kayak adik sepupu gue" Dewa nyeletuk dengan excited.
"Jurusan apa, Milly?" Surya ikutan bersuara, lalu menyesap minumannya pelan.
"Arsitektur. Kalian gimana?"
"Oh, lo yang asdos kelasnya si Saga?" Tanya Widy tiba-tiba.
Milly mengerutkan dahinya, merasa asing dengan nama yang disebut Widy barusan.
"Oh sorry, maksud gue Sean" Widy baru ingat, nggak semua orang tau nama kecil Sean itu Saga. Jadi, mereka yang gak begitu dekat dengan Saga memanggilnya dengan nama Sean.
"Iya kak. Kak Widy kenal?" Milly kaget. Ternyata Kak Widy kenal sama asdosnya? Sesempit itukah dunia?
"Sekelas sama gue" Widy menggangguk kecil.
Berarti Widy Arsitektur juga ya sama seperti Milly?
"Widy ini sama kayak Bang Surya, di teknik. Bedanya Widy arsitektur, sementara Bang Surya di sipil." Kata Brian menjelaskan.
"Kalau Bang Jerome di HI, sedangkan gue di Bisnis Manajemen dan Dewa di musik." Sahut Brian menambahkan.
"Selain Bang Jerome dan Bang Surya yang semester 7, kami semua semester 5"
Mendengar ucapan Dewa barusan, Milly jadi sadar akan sesuatu. Dia sekarang paling kecil di kosan ini.
"Kalau ada apa-apa, tanya ke gue aja" ucap Widy sembari tangannya menuangkan soda ke gelas di hadapan Milly.
Yang lain ikut mengangguk membenarkan secara tanpa sadar. Gak usah ditanya lagi seberapa bersyukurnya Milly. Siapa yang nggak senang kalau sampai sekarang, kesan pertama anak-anak kosannya itu nggak ada yang buruk.
Ya meskipun baru sehari, tapi ya ini menunjukan first impression semua anak kosannya ini baik. Beda banget dibandingkan dulu ketika Milly baru pindah ke kosan lamanya.
Eh ralat. Ternyata ada satu anak kosan yang belum bisa Milly nilai first impressionnya. Ya gimana? Pertemuan pertamanya aja absurd banget. Terus dari tadi cowok ini nggak membuka suaranya sedikitpun. Yang dia lakukan? Hanya makan martabaknya, sambil ketawa main hp. Beda banget sama anak kosan lainnya yang nanya-nanya ke Milly.
***
a/n:
Aku jadiin Milly anak arsitektur ya soalnya di antara semua jurusan, cuma arsitektur yang aku ngerti karena itu jurusan aku sendiri xixixi
Btw ini dia si Saga atau Sean, asdos kelas Milly sekaligus teman sekelas Widy wkwkwkwkwkkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Door #1 [ ✓ ]
Teen Fiction[COMPLETED] Ini cerita tentang apa yang terjadi di balik pintu Kosan Matahari. Semua tentang cinta, keluarga, persahabatan, atau bahkan keseharian random para penghuni kosan? Semua bisa didapatkan di sini. Guess what's behind the door? - Highest ran...