Milly melangkahkan kakinya gontai di lorong menuju kelasnya. Padahal jam masih menunjukan pukul 7, tapi ia udah berada di kampus.
Sesekali ia menguap kecil karena jujur, dia masih sangat mengantuk.
"Milly, lo sinting banget sepagi ini suruh gue dah di kampus" Jovanka datang-datang langsung merengek sambil memeluk temannya itu.
"Gue ngantuk banget Milly..."
Jovanka menoleh, "Lihat kantung mata gue udah hitam kayak panda" katanya agak hiperbola mendekatkan wajahnya supaya Milly bisa lihat bagian bawah matanya.
Milly sebenarnya merasa agak bersalah dan menyesal. Kenapa dia juga menyusahkan Jovanka, padahal yang punya masalah adalah dirinya sendiri?
Iya. Milly sepagi ini udah berada di kampus untuk menghindar dari Jerome. Dia belum siap untuk bertemu tatap dengan pemuda tinggi yang semalaman mengisi pikirannya dan menjadi salah satu alasan kenapa Milly sangat mengantuk pagi ini.
"Jov, gue mau cerita sesuatu."
Jovanka mendelik. Gadis itu berusaha membuka mata beratnya dan memandangi Milly yang keliatan sangat serius.
"Apa apa cepetan cerita ke gue" kalau soal ini aja, langsung gak ngantuk.
***
Begitu pintu kamar 1A terbuka pagi ini, satu kosan langsung pada heboh. Lebih tepatnya Brian dan Dewa. Mereka berdua langsung memekik saat lihat penampilan Jerome yang udah rapi dan nggak lupa kunci mobil di tangannya.
"BANG JEROME MO KEMANA? EMANGNYA UDAH SEHAT?" Dewa yang kebetulan belum berangkat ke kampusnya langsung panik.
"Bukannya istirahat juga, bang. Rehat kali rehat." Brian ikutan setelah muncul dengan secangkir kopi di tangannya.
Jerome berdecak, "Gue udah sembuh elah. Ada urusan mendadak nih gue" katanya sambil memakai sepatu.
"Yang bener ya?" Tanya Dewa memastikan lagi. Jerome mengangguk, "Nih jidat gue udah dingin" cowok itu menunjukan jidatnya. Entah apa faedahnya.
Teringat sesuatu, Jerome melirik ke ventilasi kamar di sebelahnya. Membuat Dewa yang sadar akan itu langsung tersenyum penuh arti.
"Milly nya udah berangkat ke kampus, bang" ucapnya dengan nada menggoda.
Brian yang mendengar intonasi bicara Dewa langsung paham.
"Hah Bang Jerome sama Milly-"
"Duh berisik ah. Gue cabut dulu. Bye guys"
Dewa ketawa ngakak, sementara Brian sok pasang muka sedih karena ditinggal tanpa jawaban.
***
Widy baru aja keluar dari ruang kelasnya berbarengan dengan teman-teman lainnya. Tas ransel hitam miliknya kini tersampir di bahu kanannya. Menambah ketampanan pemuda yang melangkah tenang itu, sementara suara tawa dari belakangnya memenuhi sepanjang lorong.
"TRUS KAN LO TAU GAK, LAPTOPNYA AMPE BLUESCREEN GARA-GARA RENDER ANIMASI KEMAREN"
"MAKANYA PUNYA LAPTOP JANGAN KENTANG"
"SIALAN LO. DIEM."
Widy cuma terkekeh sekilas, sebelum akhirnya sesuatu mengalihkan atensinya.
Dari jauh, ia bisa melihat sosok Milly yang tengah berdiri lama di depan vending machine. Keningnya mengkerut dan wajahnya terlalu serius untuk seseorang yang ingin membeli minuman soda di sebuah mesin otomatis.
"Gue duluan ya" katanya pamit ke Saga, lalu berlari pelan menghampiri Milly.
"Pilih air aja bingung banget keliatannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Door #1 [ ✓ ]
Fiksi Remaja[COMPLETED] Ini cerita tentang apa yang terjadi di balik pintu Kosan Matahari. Semua tentang cinta, keluarga, persahabatan, atau bahkan keseharian random para penghuni kosan? Semua bisa didapatkan di sini. Guess what's behind the door? - Highest ran...