Hari ini Milly tak bisa berhenti terkejut. Selain karena begitu keluar dari ruang kelas dia baru sadar hujan sedang turun dengan sangat lebatnya, gadis itu juga kaget karena Jerome ternyata sudah menunggunya di lobby kampus.
Masuk ke mobil, ternyata ada Widy yang duduk tenang di bangku belakang tanpa suara. "Kak, kita mau kemana?" Tanya Milly masih dengan rasa penasarannya. Ini hanya perasaannya aja atau suasana di mobil terasa sangat gloomy. Tak ada jawaban apapun. Tapi sekilas melihat ke arah peta navigasi pada layar di mobil Jerome, mereka akan dibawa ke rumah sakit.
"Kita ngapain ke rumah sakit?"
Hening. Baik Widy maupun Jerome, keduanya tak ada yang menyahut. Pertanyaan dia soal siapa yang sakit juga sama sekali gak dijawab. Sepanjang jalan dari kampus ke rumah sakit aja pacarnya itu sama sekali gak berhenti telponan sama Surya.
Setidaknya keheningan tak bertahan lama sampai panggilan masuk ke dalam ponsel milik kekasihnya.
Waktu sampai di rumah sakit, gadis itu kembali membungkam dan mengurungkan niatnya untuk bertanya begitu melihat Dewa kini udah menangis meraung di lorong salah satu bangsal sambil ditahan sama Brian dan juga Surya.
Terdengar sangat jelas semua yang diserukan oleh Dewa. Sangat lantang dan menyayat hati.
Dan karena saking kuatnya Dewa nangis, Jerome, Widy, dan Milly pada akhirnya gak berani mendekat sama sekali. Mereka hanya mampu berdiri di dekat meja resepsionis sambil menunggu Surya dengan bibir yang serempak mereka tutup.
"Sorry, ya agak lama." Ucap Surya pelan.
Surya baru bisa menghampiri ketiganya begitu Dewa kini beneran berakhir penuh di pelukan Brian setelah seorang wanita tak dikenal keluar dari salah satu ruang rawat dan berusaha mengobrol dengan Dewa.
"Kenapa Dewa?" Tanya Jerome langsung.
"Temen kecilnya meninggal. Sakit dan gak pernah bilang ke dia."
***
Milly menatap iba sosok Dewa yang kini terlelap di kursi lorong, dengan paha Widy sebagai bantalannya.
Surya, Jerome, dan Brian baru aja selesai dengan obrolan serius dengan wanita tadi yang memakan waktu hampir dua jam. Baru setelah itu ketiganya kembali ke arah Milly, Widy, dan Dewa.
"Mau diceritain?" Tanya Jerome lembut dan langsung diangguki Milly.
"Guys, bentar ya. Gue sama Milly keluar bentar cari angin" berujung cowok tinggi kurus itu pamit ke yang lain setelah menarik tangan Milly dan menggenggam jemarinya hangat.
Mereka pada akhirnya duduk di taman mini outdoor yang juga berada di lantai yang sama.
Hujan telah berhenti. Meninggalkan beberapa genangan kecil pada lantai kayu yang digunakan di sana. Warna langit yang pada awalnya masih berwarna jingga saat mereka datang, kini telah menjadi hitam sepenuhnya bersama beberapa bintang yang turut hadir di sana.
Kekasihnya itu menarik dalam napasnya selama beberapa kali, sebelum akhirnya dia berani untuk bersuara. "Janji kalau kamu ada apa-apa, bilang ya?"
Milly mengangguk. Ia tersenyum lembut seraya merapat pada Jerome tanpa melepaskan genggaman keduanya.
"Yang tadi meninggal itu, Alena—temen kecilnya Dewa. Biasa dipanggil Ale." Jerome melirik ke arah gadisnya yang tak beralih sedikitpun dari pandangan lurusnya ke arah dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Door #1 [ ✓ ]
Novela Juvenil[COMPLETED] Ini cerita tentang apa yang terjadi di balik pintu Kosan Matahari. Semua tentang cinta, keluarga, persahabatan, atau bahkan keseharian random para penghuni kosan? Semua bisa didapatkan di sini. Guess what's behind the door? - Highest ran...