#41

2K 322 4
                                    

Dari matahari belum menampakan terangnya, Brian udah tersadar dan bersiap-siap. Widy yang sejak awal memang belum tidur, langsung aja keluar.

"Mau kemana?"

"Gue disuruh duluan ke undangan" kata Brian sambil menenteng kantong souvenir yang ia ambil kemarin.

"Bang ini acara siapa sih? Pacar lo?" Tanya Widy heran. Pasalnya Brian terlihat sangat terlibat dalam acara ini, apalagi sampai ambil souvenir segala.

"Bukan pacar gue" ucapnya sambil merapikan kembali kemeja batik yang ia gunakan. "Calon" katanya penuh percaya diri.

Widy melotot, "Serius?" tanya Widy agak skeptis.

"Doain aja makanya. Gue si nyaman-nyaman aja sama ini cewek. Agak kaku si tapi gapapa dia keliatan baik dan bisa lah gue hadepin dia"

Brian ini sebenarnya punya banyak teman cewek dan Widy tau soal itu. Di banding dengan dirinya, Brian ini memang lebih gampang bergaul. Selain karena bawaan sifat, pengalamannya dalam bertemu orang lain juga cukup banyak karena perlombaan yang diikutinya.

Namun pemuda itu sama sekali belum pernah menunjukan satupun gadis yang sempat atau sedang dekat dengannya. Makanya Widy awalnya agak ragu karena Brian belum pernah menunjukan cewek yang digadang-gadang sebagai calon pacarnya ini.

"Siapa si bang? Mau liat"

"Tar lo juga ketemu kan di acara. Lagian kalau dah resmi gue ntar bawa ke sini kok." Ucap pemuda itu yakin.

Brian kemudian bangkit, bersiap untuk beranjak. "Kalau gitu gue duluan ya. Kabarin kalau kalian udah mau ke acara" pesannya kepada Widy sebelum akhirnya pergi dari sana.

Widy menghela nafasnya. Perlahan namun pasti, orang-orang di sekitarnya mulai dikelilingi kisah romansa. Tapi tidak dengan dirinya. Apes.

***

Dari sejak kepulangan Jovanka, Milly udah sibuk mempersiapkan dirinya. Agak lebay tapi memang itu kenyataan valid bagi perempuan.

Bayang-bayang dari pesan Jerome semalam terus memutari isi pikiran Milly bahkan hingga membuatnya sulit untuk tidur. Masih untung Jovanka belum tau perihal pesan itu. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan kalau sahabatnya itu tau. Bisa semalaman digodain yang ada.

Ting!

Kak Jerome 1B: Ada kelas?

Milly mendengus dengan jemarj yang mengelus dadanya pelan. Gadis itu juga tak paham, tapi hatinya nggak bisa untuk baik-baik saja setiap melihat nama dan sosok Jerome belakangan ini.

Kak Jerome 1B: Milly?

Milly: Iyaaaa
Milly: Gak ada kak

Kak Jerome 1B: Ayo nyarap bubur

Tuhkan.

Bisa mati Milly kalau Jerome tau dia bangun untuk mempersiapkan diri ke undangan. Malu.

Milly langsung buru-buru membersihkan wajahnya dan mengikat rambutnya asal dengan membiarkan chatnya yang tertinggal dalam keadaan terbaca. Biar keliatan nggak niat lebih tepatnya.

Kak Jerome 1B: Lo tuh kebiasaan banget
Kak Jerome 1B: Dibaca doang tapi gak dibales

Milly: Galak banget
Milly: Tau gak si, ada yang pernah bilanv
Milly: *bilang
Milly: Pagi pagi tu gak boleh galak, nanti jadi jelek

Kak Jerome 1B: Siapa yang bilang?

Milly: Ya gak tau. Soalnya bilangnya bukan ke Milly

Tok tok

Milly tersentak. Gadis itu langsung menoleh ke arah pintu kamarnya yang baru saja terketuk.

Kak Jerome 1B: Buka pintunya atau gue yang dobrak masuk

Milly yang panik langsung aja bangkit dan berlari ke arah pintu kamarnya. Gadis itu tengah berdiri sambil agak menahan pintunya tanpa keberanian untuk membuka pintu tersebut.

"Kak Jerome" panggil gadis itu pelan.

Terdengar suara deheman dari luar. Tenang namun terasa sangat menusuk. Jerome kenapa agak nyeremin sih?

"Keluar. Ayo sarapan sebelum gue beneran jadi jelek" kata Jerome lembut dan sukses membuat Milly dari yang awalnya takut, menjadi tak bisa menahan kekehannya.

"Iya bentar"

Milly merapikan lagi penampilannya sebelum akhirnya membuka pintu kamarnya.

Jerome berdiri bersandar pada dinding samping pintu kamar Milly dengan menggunakan celana training, kaos, dan jaket hitamnya.

Milly pernah bilang kah kalau Jerome terlihat cocok dengan warna hitam?

"Kak, gak tidur?" Tanya Milly yang tak sengaja melihat kantung mata pemuda itu yang gelap dan terasa sangat lelah.

"2 jam doang." Sahut pemuda itu.

"Gamau tidur aja dulu? Ntar biar Milly yang pesan sarapan"

"Diem deh. Gue maunya nyarap bubur sama lo kok."

Sial sial sial.
Capek banget Milly.

***

Sampai di warung bubur, Jerome sama Milly nggak banyak ngobrol. Bahkan dari sepanjang perjalanan dari kosan ke warung bubur, mereka berdua hanya diam sembari melangkah beriringan.

Gadis itu sama sekali tak menahu isi pikiran Jerome saat ini karena jelas pemuda itu terlihat sangat tenang.

Beda dengan Milly yang justru menahan diri agar tak terlihat gugup.

"Milly, lo belum balas chat gue" Ucap Jerome yang memecah keheningan. Kedua alis Milly terangkat, bersamaan dengan otaknya yang berusaha mengingat.

"Chat soal ajakan ngedate gue"

Oh Tuhan.
Milly benar-benar ingin sekali mengubur dirinya.

"Oh iya ya?" Milly meringis pelan. Gadis itu dalam hati berteriak supaya dirinya nggak salting.

"Jadi lo mau atau nggak ngedate sama gue?"

Gila gila gila. Milly beneran bisa gila.

Gadis itu memberanikan diri menatap wajah Jerome yang kini duduk di hadapannya. Wajah pemuda itu tenang dengan tatapannya yang lurus dan sama sekali tak bergetar.

"Em-emangnya mau kemana?" Tanya Milly pelan mencoba untuk berbasa-basi.

Ia diam-diam ingin memaki dirinya dalam hati karena sekeras apapun gadis itu berusaha untuk tidak terlihat grogi, jawabannya ia tak akan pernah bisa.

"Museum date. Mau?" Ucap Jerome tenang seraya mengunci tatapannya pada netra milik gadis yang duduk di hadapannya ini. Cantik, pikirnya.

Milly terpaku. Untuk pertama kalinya gadis itu bisa menatap langsung iris mata milik Jerome. Warnanya gelap.

Terlalu gelap hingga Milly bisa merasakan bahwa menatapnya terlalu lama akan sangat berbahaya. Tatapannya seakan lubang hitam yang bersiap menghisap seluruh kesadaran siapapun yang menjatuhkan netra kepada dirinya.

"Boleh"

Lihat. Bahkan Milly secara tak sadar mengiyakan ajakan pemuda jangkung di hadapannya ini. Pemuda yang berusaha menahan teriakan bahagianya dan hanya menunjukan senyumannya yang tertahan.

***

a/n:
Masih edisi tahapan early stage menuju Jerome yang bucin:D

Behind The Door #1 [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang