#53

1.6K 230 8
                                    

Milly akhirnya masuk kembali ke dalam kamarnya yang kondisinya sudah rapi. Badannya terasa lengket karena dari selesai membereskan sampah jajanan yang dimakan dia sama Dewa tadi, gadis itu memutuskan untuk sekalian membersihkan kamarnya yang mulai berantakan dengan sisa bahan maket.

Kalau seperti ini kan enak, pikir gadis itu setelah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar. Meja yang sebelumnya penuh dengan sisa-sisa material untuk maketnya, secara perlahan menjadi lebih rapi dan lapang.

Tapi baru saja dirinya mau mandi, seseorang mengetuk pintu kamarnya pelan. Membuat Milly langsung mengurungkan niatnya dan bertanya pelan.

"Siapa?"

"Permisi, paket"

Milly tersenyum kecil, lalu segera berjalan ke arah pintu kamarnya dengan langkah tak sabaran.

Begitu pintu dibuka, di hadapannya berdiri Jerome yang masih dengan pakaian dia tadi pagi. Tudung jaket yang ia kenakan naik menutupi kepalanya, sementara tangannya terlihat menenteng kantong plastik bening yang berisi beberapa kotak cukup tipis.

"Ada martabak. Nanti makan bareng sama yang lain ya." Ajaknya.

Milly mengangguk kecil, "Milly mandi dulu sekalian nungguin yang lain ya. Soalnya bau karena tadi habis beres-beres hehe" Jawabnya.

"Bentar."

Milly mengangkat kedua alisnya memandangi Jerome yang kini kelihatan sibuk sendiri. Pemuda tinggi itu berjalan ke salah satu meja di teras tengah untuk meletakan kantong-kantong tadi, lalu kembali ke hadapannya setelah itu.

"Tadi di kos siapa aja?" Tanya cowok itu.

"Kak Dewa aja soalnya yang lain pada belum balik.."

"Dewa dimana?"

Milly terlihat mengingat-ingat. "Kayanya tadi dia bilang mau nyuci.." ucap Milly.

"Emangnya tadi pas masuk gak lihat di WC?" Jerome langsung menggeleng. Gimana mau lihat kalau fokus cowoknya itu hanya ingin segera bertemu sosok kekasihnya saja.

"Peluk bentar ya?"

"Hah-"

Belum sempat gadis itu mencerna semuanya, Jerome lebih dulu maju dan menarik tubuh kecil Milly untuk langsung masuk ke dalam pelukannya. Kepalanya bahkan ikut ia tumpu pada puncak kepala Milly yang hanya sampai selehernya aja.

"Kenapa? Capek?" Tanya Milly pelan. Kedua tangannya kini secara perlahan terangkat dan mengelus punggung sang kekasih dengan lembut.

"Iya capek. Tadi habis antar Milly, langsung ngurusin acara charity bareng tim.."

Pada akhirnya gadis itu hanya diam membiarkan sosok Jerome memeluknya. Meskipun sebenarnya Milly takut banget Surya atau anak kos yang lain tiba-tiba pulang atau ngelihat mereka dalam posisi pelukan seperti ini.

Tapi ia senang karena sekarang dirinya bisa menjadi tempat untuk Jerome pulang. Begitu pula sebaliknya, Jerome menjadi tempat bagi Milly untuk kembali.

***

"Gimana kabar kamu?"

Milly tersenyum kecil. Setelah beberapa waktu dirinya dan orang rumah tak sempat untuk berbincang, akhirnya hari ini dia punya kesempatan untuk mengobrol bersama mamanya.

"Baik. Mama sama Papa gimana?"

"Baik juga. Dah makan belum kamu?"

Milly bergumam pelan mengiyakan. Dirinya terduduk di ujung tempat tidurnya sambil menggoyangkan kakinya yang menggantung.

Bibirnya ia kulum rapat-rapat dan kepalanya tertunduk.

"Milly kenapa?"

Memang ya naluri seorang ibu tak perlu diragukan lagi. Di ujung sana, mamanya menunggu dengan gelisah karena putrinya yang mendadak terdiam.

"Ma..."

"Kenapa?"

Milly menarik dalam nafasnya. Jantungnya kini berdetak ratusan kali lebih cepat dari biasanya. Bahkan dirinya takut jantungnya akan melompat keluar dari tubuhnya.

"Kalau Milly... punya pacar, gimana...?" Tanya gadis itu dengan sangat pelan, namun dapat terdengar jelas di ujung panggilan.

Tak ada jawaban dari sang mama untuk beberapa saat. Ia panik bukan main.

"Sama siapa, sayang?"

Milly mengepalkan salah satu tangannya yang menganggur dengan erat. Ia lagi-lagi menarik nafasnya dalam.

"Sama Kak Jerome, ma" jawabnya, lalu memejamkan matanya rapat, takut dengan jawaban selanjutnya dari sang mama.

"Nggak apa. Mama percaya Milly bisa jaga diri di sana. Selama masih dibatas yang sewajarnya, mama sama sekali nggak masalah."

Milly mau nangis saat itu juga. Kalau bisa dia mau memeluk mamanya erat untuk mengucapkan terimakasih.

"Lagian mama senang sama dia. Anaknya baik dan mau mama repotin waktu itu..."

"Repotin gimana?"

"Sebelum mama datang waktu itu, mama udah lebih dulu hubungi dia setelah dapat nomornya dari bude. Mama minta tolong dia buat jagain kamu untuk mama."

Milly terdiam. Semua ingatan tentang perlakuan Jerome padanya dulu seketika kembali muncul. Ternyata itu alasan tingkah aneh Jerome yang mendadak ingin mengantar jemput dirinya dulu.

Gadis itu sama sekali tak bisa menyembunyikan senyuman lebarnya.

Dan setelah mengetahui fakta besar dari percakapan dengan mamanya tadi, Milly sadar dan yakin kalau ia semakin terjatuh ke dalam perasaannya terhadap Jerome.

Bahkan selama berkumpul bersama anak kosan lainnya sambil memakan martabak, ia mendapati dirinya sendiri tak berhenti mencuri pandang ke sang kekasih yang duduk di sisinya itu.

Dalam diam, Milly menautkan jemari mereka di bawah meja, menggenggamnya hangat, lalu bertingkah seakan hal ini bukanlah apa-apa.

Dia tak tahu aja bagaimana Jerome mati-matian berusaha menahan kagetnya atas serangan tiba-tiba Milly padanya.
Jantungnya berdebar dan ia tak bisa untuk tak menoleh menatap Milly lekat.

Tak cuma Milly yang jatuh semakin dalam. Jerome juga sama jatuhnya.

***

a/n:
Kenapa ke uwu-an ini hanya ada di tulisanku, tapi gak ada dalam hidupku:(

Noh aku kasih update spesial pasangan bucin kita:D

Behind The Door #1 [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang