Ruang podcast pada pagi ini seperti biasa masih tentram dan juga hening. Kalau berdasarkan jadwal, hari ini mereka memiliki jadwal untuk evaluasi acara amal yang telah mereka laksanakan dengan sukses kemarin. Baru Arga yang ada di ruangan ketika sosok Wendy masuk dari pintu.
"Ga, yang lain belum datang?" tanya Wendy.
Arga langsung menggeleng. "Belum. Tadi Ko Eric udah datang tapi dia lagi balik bentar untuk ambil barang." kata cowok itu. Wendy mengangguk mengerti, lalu mendudukan dirinya di salah satu kursi. Berarti hanya sisa Jerome yang belum datang.
"Oh ya, tim jurnalistik kampus udah ngasih dokumentasi mereka belum?" tanya Wendy ke Arga.
Arga sempat berpikir untuk sesaat sebelum pemuda itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Belom sih. Tapi nanti gue follow up lagi ke mereka. Buat update ke sosial media kan?" tanya Arga sambil mencatat ke buku catatannya sebagai pengingat. Wendy berdehem mengiyakan.
"Yaudah gue follow up sekarang ya." kata Arga meraih ponselnya yang ada di atas meja.
"WENDY" Pintu ruangan mereka terbuka dan langsung menampilkan sosok Eric yang berlari masuk ke dalam panik.
"KO, NGAGETIN AJA. KENAPA?"
Eric buru-buru menghampiri salah satu kotak yang berisi dokumen-dokumen kegiatan amal kemarin dan mulai membongkarnya. "Daftar hadir kemarin mana?" tanya cowok itu.
"Ehm.. kurang tau. Kemarin gue taroh di kotak sama berkas lain kalau gak salah."
Eric mendecak, lalu kembali melanjutkan pencariannya itu. Arga dan Wendy yang kebingungan pada akhirnya tetap bangkit dan membantu atasannya itu untuk mencari. "Kenapa sih ko?" tanya Wendy penasaran di sela pencariannya.
"Lo pada udah lihat forum kampus?"
Gadis itu menggeleng, begitu juga dengan Arga. Mereka berdua sama sekali belum begitu menyentuh ponsel mereka masing-masing karena dari pagi langsung diburu-buruin untuk ke tempat ini karena agenda rapat eval mereka hari ini.
Eric membuang napasnya kasar. Ia membuka ipad-nya dengan tergesa, lalu meletakannya di atas meja untuk menunjukan apa yang tadi dirinya lihat. Wendy dan Arga langsung merapat untuk melihat dengan lebih jelas, sebelum akhirnya keduanya melebarkan mata dengan serempak.
Wendy melemah. "Mati kita..." gumamnya pelan, lalu terduduk lemas.
"Minta anak jurnalistik kampus ke sini sekarang." perintah Eric segera.
***
Milly mengerecutkan bibirnya sebal. Kembali lagi dengan agendanya dengan menugas tanpa kenal waktu. Pagi-pagi begini saja ia telah berada di ruang studio mereka bersama Jovanka.
"Milly, gue pusing banget. Apa gue nikah aja kali ya?" erang Jovanka.
"Nikah sono."
"KOK LO IYAIN SIH?"
"Ya lo bilang mau nikah kan, Jov?"
Jovanka mencebikkan bibirnya. Gadis itu mengerang memandangin rentetan tugas di hadapan mereka berdua. Memang kalau udah masuk masa-masa studio tuh, nugas akan menjadi keseharian mereka sampai semester berakhir.
"Gue kadang bertanya-tanya kenapa dulu gue masuk jurusan ini ya" Jovanka mulai kembali melontarkan pertanyaan menyedihkan ini. Setidaknya kalimat ini akan ia keluarkan di seluruh minggu studio setiap semesternya.
"Gue juga kadang bertanya-tanya sih" jawab Milly ikut menimpali. Ia bersungguh-sungguh. Terkadang dirinya merasa sama sekali tak cocok di jurusannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Door #1 [ ✓ ]
Teen Fiction[COMPLETED] Ini cerita tentang apa yang terjadi di balik pintu Kosan Matahari. Semua tentang cinta, keluarga, persahabatan, atau bahkan keseharian random para penghuni kosan? Semua bisa didapatkan di sini. Guess what's behind the door? - Highest ran...