Jerome terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat.
Pemuda itu menyipitkan matanya saat sadar ternyata dirinya semalaman tidur di dalam mobil yang entah terparkir di—ah, dia ingat. Semalam dia langsung melajukan mobilnya ke rumah besar milik keluarganya ini."Papa" Jerome segera meloncat turun dari mobilnya begitu melihat sang ayah—pria berumur yang keluar dari dalam rumahnya dengan setelan jas lengkap itu.
"Jeje? Kamu semalaman di mobil?" Tanya sang ayah.
Jerome tak ingin teralihkan. Ia teringat tujuan awal dirinya ke sini semalam. "Tolong tunda keberangkatan Jerome, pa." Ucap pemuda tinggi itu.
Jelas sang ayah langsung mengernyit. Ia kembali menatap putra tunggalnya itu setelah meletakan tas kerjanya ke dalam mobil yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Kamu berniat melanggar perjanjian kita?"
Jerome geram. "Jerome hanya minta waktu. Ada hal mendadak yang harus Jerome urus. Setelah itu Jerome akan ikut papa." Pemuda itu berusaha menjelaskan.
"Sebutkan alasanmu, maka papa akan pertimbangkan berdasarkan urgensinya."
Jerome membeku. Ia segera berpikir keras tentang bagaimana menjelaskannya kepada sang ayah tentang Milly?
"Je?" Panggil sang ayah kembali.
Jerome tak bergeming. Otaknya masih berpikir matang-matang. Sementara di seberangnya, sang ayah mulai berdiri dengan tak sabar. Waktunya terus terbuang.
"Je, kalau kamu belum bisa menjelaskan, papa akan pergi kerja lebih du-"
"Jerome punya pacar." Dan akhirnya Jerome mengungkapkannya.
Sang ayah yang memiliki nama lengkap William Adi Wiryatama itu tersenyum, menatap lamat-lamat putra tunggalnya yang terlihat mulai berani.
"Jerome punya pacar dan ada bikin salah sama dia. Jerome harus minta maaf sama dia pa..."
Ini pertama kalinya bagi seorang Jerome kembali terlihat memelas di hadapan ayahnya. Setelah sekian tahun hubungan mereka yang mendingin sejak kematian wanita satu-satunya dalam keluarga kecil mereka.
"Kasih Jerome waktu. Setelah itu terserah papa."
William yang semula telah memegang handle pintu mobilnya langsung mengurungkan niat. "Seminggu. Waktumu seminggu. Cukup?" Ucap sang ayah.
Jerome menganga, merasa tak puas dengan penawaran yang diberikan. Tapi belum sempat ia melayangkan protes, sang ayah lebih dulu memotong.
"Papa tambah seminggu lagi loh. Jadi waktumu dua minggu. Cukup toh untuk berbaikan dengan pacarmu?"
Jerome mau tak mau mengangguk. "Tapi dengan satu syarat." William menambah kalimatnya. Membuat Jerome hampir berseru marah karena merasa seperti dipermainkan, namun terurungkan begitu mendengar ucapan sang ayah kembali.
"Kenalin dia sama papa."
Jerome mengerutkan kening. "Papa mau ketemu pacarku?" Tanya pemuda itu tak percaya. Lebih terkejut ketika William mengangguk bersama dengan senyuman lembutnya. Pria paruh baya itu menepuk sang putranya.
"Papa mau tau, gadis seperti apa yang berhasil membuat kamu bahagia lagi belakangan ini."
Setelah mengucapkan itu, William masuk ke dalam mobilnya, lalu bergerak meninggalkan Jerome di sana yang masih terpaku.
Ada perasaan hangat yang menjalar di dadanya. Ia menganggap selama ini hubungan antara dia dan sang ayah sudah berubah semenjak kepergian mamanya. Tapi nyatanya William tak pernah berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Door #1 [ ✓ ]
Ficção Adolescente[COMPLETED] Ini cerita tentang apa yang terjadi di balik pintu Kosan Matahari. Semua tentang cinta, keluarga, persahabatan, atau bahkan keseharian random para penghuni kosan? Semua bisa didapatkan di sini. Guess what's behind the door? - Highest ran...