#69

1.1K 106 11
                                    

Milly tak bisa berhenti menahan senyumannya seiring ia memandangi pantulan dirinya sendiri di cermin. Gadis itu telah siap dengan dress hitam sederhana untuk agenda 'date' bersama pacarnya.

Entah akan dibawa kemana, tapi yang jelas Milly sangat antusias. Jerome mengajaknya hari ini untuk jalan berdua karena akhirnya, masalah di kos perlahan selesai satu persatu.

Apalagi ini bisa dibilang agenda pacaran normalnya setelah sekian lama bukan?

Suara pintu kamar Milly yang diketuk terdengar. Milly buru-buru mengambil tasnya dan langsung berjalan ke arah pintu untuk membukakan sosok yang dia yakini adalah Jerome.

Jerome yang awalnya ingin menyapa, langsung terdiam di tempatnya saat memandangi sosok Milly.

"Anjir, cantik banget cewek gue..." mungkin seperti ini kalau diamnya Jerome harus digambarkan dengan kata-kata.

Milly langsung melihat ke pakaiannya dengan perasaan cemas begitu sadar kalau Jerome sama sekali tak ada respon.

"Milly ganti ya?" Tanya Milly langsung.

Jerome sontak menggeleng ribut.
"Gak! Jangan! Cantik kok-" Keduanya sama-sama kaget. Milly kaget dengan ucapan Jerome, sedangkan Jerome kaget karena keceplosan.

"Iya. Cantik kok..." ulang Jerome yang semakin memelan di akhir karena terlalu malu. Dirinya sadar kalau dia memang jarang mengutarakan pujian secara gamblang. Tapi tanpa ia tahu, pujian sederhana dari Jerome itu justru terasa sangat spesial bagi Milly. Terlebih jika itu keluar dari mulut Jerome.

"Makasih, kak..."

"Mau berangkat sekarang?" Tawar Jerome yang langsung diangguki Milly.

Buru-buru gadis itu mengunci kamarnya, lalu kembali menoleh ke arah sang kekasih yang masih menunggu di sana. "Yuk." Jerome kemudian mengulurkan tangannya. Milly sebenarnya sempat kaget untuk sejenak. Walau setelahnya, ia langsung menerima uluran tangan itu, lalu menautkan jemari keduanya.

***

Sepanjang perjalanan Milly hanya bisa terduduk tenang memandang keluar jendela ketika Jerome fokus menyetir.

Sejak tadi dia sebenarnya udah bertanya perihal tujuan mereka saat ini. Tapi Jerome lebih memilih tersenyum, lalu berucap, "Lihat nanti ya." katanya.

Bahkan hingga kendaraan mereka menepi memasuki gerbang besar dan bertuliskan Kolumbarium di depannya. Dari sana Milly bisa melihat gedung besar yang terbangun gagah di bukit, dengan pilar raksasa putih di depannya, serta pemandangan kota yang luas sebagai lawannya.

Milly agak bingung, lalu menoleh ke arah Jerome.
Pemuda itu kemudian tersenyum, mengusap kepala Milly pelan. "Ketemu sama mamaku yuk?"

Ajakan sederhana Jerome untuk agenda pacaran mereka kali ini ternyata cukup memberikan efek yang luar biasa. Bukan bermesraan layaknya pasangan lainnya ketika menghabiskan waktu bersama, mereka justru kini berdiri berdampingan di salah satu ruangan yang dipenuhi banyak sekali guci-guci berisikan abu yang disusun rapi di setiap raknya. Lebih tepatnya di hadapan nama yang bertuliskan Luna Anjani.

Milly tersenyum simpul saat meneliti kalau selain guci abu, rak itu juga dipenuhi oleh banyak sekali foto Jerome di sana beserta foto seorang wanita cantik bersama anak laki-laki kecil di gendongannya berada di posisi tengah.

Gadis itu kemudian mengerti tentang asal muasal kekasihnya itu mendapatkan genetik ketampanannya. Nyatanya wajah dari Jerome sangat mirip dengan mamanya, Luna Anjani.

Behind The Door #1 [ ✓ ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang