Happy Reading:)
"Gimana keadaannya Keyra?" tanya seseorang dibaliknya membawa piring yang berisi buah melon kesukaannya.
"Gak tahu."
Galang duduk di sebelah adiknya menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
"Lo gak jenguk dia?"
"Males."
"Gue tahu lo itu sebenarnya sayang sama Key. Cuma pikiran lo aja yang ngelantur ke Nara." Galang memakan buah melonnya. "Jangan berpikir kalo Nara yang mengisi hari-hari lo selama ini itu jauh lebih baik dari Keyra."
Brian menghela nafas berat. "Jangan jelek-jelek in Nara depan gue."
"Lo kan sudah tau dalang dari kejadian 4 tahun lalu itu Nara. Terus kenapa lo masih peduli sama dia?" Galang bertanya tenang. Dia tau kalau Brian sangat menyayanginya sedangkan Nara? Dia selalu bersama Brian dan bersikap sok baik terhadap keluarganya.
"Mungkin saja Key bohongin gue. Dia ngedit suara dia agar jadi suara Nara, semuanya udah canggih sekarang." Brian menjawab asal.
Brian masih tak mau menyalahkan Nara. Gadis itu sangat baik kepadanya selama ini. Sejujurnya Brian ingin baikkan dengan Keyra hanya karena ingin mengorek rencana jahat yang dia pikir akan diberikan pada Nara. Terus apa maksud dari sikap baiknya akhir-akhir ini? Bohong, Brian hanya berpura-pura melakukan itu semua.
"Lo udah salah Yan. Lo gak percaya sama orang yang ada dihati lo. Gue yakin kalau Keyra nanti akan bongkar kejahatan Nara selama ini. Tapi jangan nyesel kalo dia sudah gak bisa maafin lo." Galang pergi meninggalkan Brian yang masih merenungi ucapannya.
Sialan dia udah bikin pusing kepala Brian.
***
Keyra memandangi sekelilingnya yang tampak putih bertambah dengan bau obat-obatan yang membuatnya pusing. Keyra mengedarkan pandangannya sekeliling ruangan, tidak ada siapa pun di sini. Dia bosan di sini, membuka look screen-nya terlihat hanya ada rentetan ucapan "GWS, Cepat Sembuh, dan semacamnya," dari semua teman-temannya. Keyra keluar menuju taman Rumah Sakit menggunakan tongkat, karena telapak kakinya masih terasa perih.
Banyak anak kecil yang bermain di sana terlihat tampak senang. Keyra kembali ke kamarnya setelah menenangkan pikiran beberapa menit. Keyra duduk di brankar tanpa bantuan siapa pun.
"Hai Key," sapa Alga yang berdiri di depan pintu dengan membawa keranjang buah.
"Eh hai Ga." Keyra melambaikan tangan.
"Kaki lo masih sakit?" tanya Alga melihat perban dikaki mungil Keyra.
"Sedikit." Keyra menjawab dengan jari telunjuk dan ibu jari yang hampir berdempetan.
"Ga, gue kapan pulang bosen gue." Keyra mengadu. Suasana di kamar ini sangat membosankan apalagi bau obat yang menyeruak membuatnya mual.
"Tunggu kaki lo sembuh dulu."
Keyra tak menjawabnya, dia mengambil bubur di atas nakas memakannya secara perlahan. Alga hanya menatapnya tanpa berniat ingin membantu menyuapi makan.
"Cantik." Alga bergumam pelan.
"Lo ngomong apa?" tanya Keyra menaikkan satu alisnya, sebenarnya dia tadi mendengar Alga bilang kata itu tapi dia pura-pura tak mendengarnya. Agar ingin dipuji lelaki itu sekali saja.
"Eh enggak kok," jawab Alga gelagapan. Keyra pun tertawa terbahak-bahak melihatnya salah tingkah seperti itu, menggemaskan.
Dobrakan pintu terdengar begitu nyaring disertai teriakan dari Dilla dan Agra. Justru membuat Keyra dan Alga tersentak kaget apalagi melihat tingkah laku mereka tampak menggelikan.
"Lo gapapa? Kaki lo masih sakit? Terus apa lagi yang sakit? Lo kok bisa begini?" Rentetan pertanyaan itu muncul dari mulut Agra dan Dilla membuat kepala pening.
"Tenang guys, gue gapapa." Keyra dengan menepuk bahu Alga berpikir agar dia bisa menyalurkannya kepada Agra dan Dilla tapi dia malah biasa saja. Sungguh menjengkelkan.
"Ya ampun, kemarin gue panik banget saat ada kabar kalo lo masuk rumah sakit." Dilla memegangi kedua lengan sahabatnya.
"Serasa gue mau bunuh diri karena gue gak bisa jagain lo beb." Agra menangis dibuat-buat karena air matanya berasal dari tetesan air minum yang ditetesi ke matanya.
"Silahkan, kita gak larang kok." Alga menyahuti membuat semua tertawa.
Setelah sekian banyak canda tawa yang mereka lakukan. Brian datang dengan membawakan roti coklat dan susu coklat kesukaan Keyra. Mengucapkan segenap terima kasih dari hati yang paling dalam dan langsung melahap tanpa sisa.
"Pelan-pelan Key." Brian was-was, takut gadis itu tersedak. Keyra hanya mengangguk kecil sembari meminum susu kotak rasa coklat.
Brian sangat bosan di rumah sakit mendengar celotehan 3 orang itu yang sangat tidak penting. Pamit pulang dan menuju ke rumah Nara. Memarkirkan mobilnya di halaman luas gadis yang di tujunya. Rumah itu bisa dibilang luas meskipun lebih kecil daripada tempat tinggalnya. Tempat ini sangat nyaman dengan interior yang tampak elegan ditambah hiasan dinding memanjakan mata. Brian menapakkan kakinya diruang tamu memanggil-manggil nama yang sudah lama tak bertemu.
"Nara ini gue."
"Masuk Yan." Terdengar sahutan dari dalam.
Brian sudah mengetahui letak Nara yang pastinya sedang ada di studio musik miliknya. Karena Nara juga suka bermain biola. Mendudukkan dirinya di atas sofa empuk. Menyambar sebotol minuman bersoda di atas meja.
"Lo kapan ke rumah? Udah seminggu ini lo gak pernah ke rumah gue!" Brian meminum soda itu dengan beberapa teguk.
"Sorry, gue lagi males." Nara menghampiri Brian dan mendaratkan pantatnya di samping lelaki itu.
"4 hari lagi gue akan pindah ke sekolah lo."
"Oh ya?" tanya Brian yang tidak percaya. Dia memikirkan apakah jika Nara satu sekolah dengannya Keyra akan dibully lagi? Entahlah. Nara hanya mengangguk antusias.
Malam ini Keyra merasa jenuh di kamar miliknya. Dia pergi ke taman dibantu suster yang merawatnya sejak kemarin. Memandangi bintang-bintang yang tertata rapi di awan yang gelap. Dengan kerlipan cahaya yang tak seterang cahaya lampu namun tetap indah. Keyra masih ragu dengan Brian, dia tak yakin jika lelaki itu benar-benar tulus mau memulai hubungannya dari awal. Perasaannya tak enak sejak kemarin, meski Brian tak sedingin biasanya.
"Kamu harus yakin kalau Brian benar-benar menyayangimu." Ucapan Galang berhasil mengagetkan apalagi sudah tahu apa yang tengah dipikirkan gadis itu.
"Kamu siapa?"
"Saya Galang, kakaknya Brian."
"Kok kakak bisa tau aku?" Keyra bertanya heran karena saat dia di rumah Brian, tak melihat sosok lelaki itu sama sekali bahkan sekilas.
"Kakak udah tau kamu sejak kamu masih SMP, saat Brian masih pacaran sama kamu." Galang menjawab tenang, menatap bintang yang ada di langit.
Keyra melihat wajah Galang dan mengernyitkan dahinya tak faham.
"Dulu Brian sering cerita ke kakak tentang kamu. Semuanya yang Brian tahu." Galang terkekeh dan masih setia menatap bintang.
"Apakah sekarang Brian masih suka sama aku?" Pertanyaan itu muncul secara tiba-tiba dari mulut Keyra yang menunduk takut jika jawaban dari Galang tak seperti yang diharapkannya.
"Mungkin... kamu harus yakinin dia untuk percaya lagi sama kamu." Galang meninggalkan Keyra yang masih termenung begitu saja. Beberapa langkah berhenti.
"Kalau kamu mau curhat sama kakak, silahkan jangan malu-malu. Dengan senang hati kakak akan mendengarkan curhatan kamu, nomor hp kakak ada di samping kamu." Galang berlalu meninggalkan Keyra yang masih termenung tak menoleh sama sekali.
***
TBC
Typo bertebaran
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
Vote, komen dan share.23 Februari 2021
06 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyzura [END]
Teen FictionTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...