28. Keyzura

151 10 2
                                    

Matahari menyinari bumi. Memancarkan cahaya yang cerah, secerah wajah Keyra yang tengah turun dari kamarnya. Dalam beberapa bulan dan baru kali ini ia terlihat ceria. Seperti sedia kala.

"Hallo everybody. Good morning, muach muach." Keyra melambaikan tangannya dan cium jauhnya.

Rika yang melihat itu bukannya senang. Justru bergidik ngeri, takut anaknya kesurupan karena tak pernah seperti itu.

"Kamu sakit?" Rika menghampiri anaknya lalu mengecek suhu tubuhnya.

Tidak ada yang aneh dari suhu badan Keyra. Namun tingkahnya dan wajahnya terlihat aneh. Seperti orang bodoh yang senyum-senyum tak jelas.

"Aku nggak sakit, makasih rotinya. Key pamit dulu," ujar Keyra tenang sembari mengambil sarapannya lalu pergi.

"Kiss bye muach," ujar Keyra berbalik dan terus melanjutkan jalannya tanpa berhenti.

"Yah, kayanya kita harus bawa Key, ke rumah sakit deh, takut kenapa-napa."

"Hush gak boleh begitu. Harusnya kita senang anak kita ceria lagi, meskipun aneh," ujar Ardi ikut bergidik ngeri.

Dalam perjalanan Keyra tetap memancarkan senyum bodohnya. Entah kenapa dia seperti ini. Apa mungkin efek dari ciuman Alga? Ah sudahlah, hati Keyra tengah berbunga-bunga. Tentu saja bukan karena Alga atau Brian. Hatinya sudah membeku dan sedikit membenci Brian, ingat hanya sedikit! Moodnya sedang dalam keadaan baik hari ini, entah nanti. Bukan hanya tinggal menunggu hari kebangkrutan Diki. Tapi, itu bersamaan dengan hari terakhir UN. Artinya sebentar lagi Keyra akan bermain-main. Sesampainya di sekolah Keyra masih tetap dengan senyuman yang sama. Meski tak menyapa orang di sekitarnya.

Ocehan terus melayang ditelinga Keyra. Masih tak gentar mengedarkan senyumannya meski dicaci maki oleh orang di sekitarnya. Keyra memasuki kelas dengan tenang. Menduduki kursi lalu mengambil sebungkus roti coklatnya ditasnya.

"Nyicip dong," ujar Brian yang tiba-tiba berada di depan Keyra.

Karena mood Keyra tengah bagus. Ia mengambil sebungkus roti coklat lagi. Memberikannya pada Brian yang tersenyum manis.

"Thanks," ujar Brian tulus lalu menelan rotinya dengan lahap. Menduduki kursinya hingga guru datang.

Bel selesainya ujian akhirnya berbunyi. Guru keluar terlebih dahulu dari ruang kelas Keyra. Pikirannya lega karena ujian sudah berakhir. Siswa lai keluar, sedangkan Keyra tengah mempersiapkan dirinya jika bertemu Alga. Rasa malu dan canggung masih membelenggu dalam dirinya. Rasanya tak ingin menampakkan dirinya di hadapan Alga terlebih dulu. Tapi tak mungkin pasti Alga yang akan menemuinya jika ia menghindar. Dengan segenap keberanian. Keyra berjalan keluar, berniat mengisi perutnya dengan segelas es eh. Senyumnya masih terpancar meski tak selebar pagi tadi. Mungkin efek mengerjakan soal yang melelahkan pikiran.

Guyuran air es membasahi tubuh Keyra. Menimbulkan gelak tawa yang menghiasi wajah siswa-siswi. Tapi Keyra langsung merasakan dinginnya air sialan tersebut.

"Yahh HP gue," ujar Keyra saat menyadari ponselnya ikut basah. "Siapa sih yang guyur, gak ada kerjaan banget!"

Tak ada jawaban dari gelak tawa para murid. Malah Keyra di hadiahi lebih banyak lemparan kertas dan telur. Sebisa mungkin dia menutupi wajahnya. Berjalan ke kantin hanya untuk membeli minuman lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Capek menutupi wajahnya dia menurunkan tangannya. Brian yang mendengar kerusuhan dari roof top sontak turun ke bawah. Ternyata banyak yang mengusik Keyra. Meski ia tak sedang ultah.

"Mampus lo!" Agra berteriak dari seberang kantin.

Bukannya Brian mendorong Keyra terlebih dahulu untuk menjauhi itu. Ia justru mendekati Agra dan melayangkan pukulan. Satu pukulan pun tak dapat dihindari dan berhasil terbang di rahang Agra. Hingga sang empu tersungkur dilantai.

Keyzura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang