Nara terus gelisah saat berada ditaksi menuju pulang. Dirinya masih tak yakin dengan berita yang diberikan Keyra. Sungguh dirinya tak akan terima dengan ini semua. Saat di kediamannya, ia melihat beberapa orang memakai baju kantornya. Turun dari taksi setelah membayarnya. Kakinya mulai mendekati ayahnya yang tengah memarahi orang-orang tersebut. Tubuhnya melemas seketika saat melihat pintu rumahnya tertera tulisan telah di segel oleh pihak bank itu sungguh mengesalkan. Kepalanya perlahan menggeleng hingga cepat.
"Pa itu gak bener kan?!"
"Silahkan tinggalkan tempat ini, kita akan beri waktu Anda berkemas untuk satu minggu. Permisi," ujar salah satu orang tak dikenalnya itu.
"Pa kenapa sih papa bisa ceroboh. Kenapa bisa bangkrut Pa?! Aku gak mau miskin Pa gak mau!" Nara berontak seketika hingga Diki memeluknya.
"Semuanya gara-gara bokap Keyra. Pokoknya papa gak mau tahu, kamu harus cepat bikin Brian mau sama kamu, papa gak nerima penolakan," ujar Diki dengan tegasnya, masuk ke dalam rumahnya dengan membanting pintu.
Nara menggeram, tangannya mengepal seketika. Dirinya sangatlah kesal dengan gadis sialan itu. Orang yang sudah menghancurkan segalanya, hingga Brian kembali suka dengan gadis itu. "Awas lo Keyraaaa!"
Rintik hujan membasahi seluruh kota. Menimbulkan aroma tanah yang menyeruak di indera pendengaran. Menakuti bintang yang tak kunjung datang. Awan malam semakin menghitam. Gemuruh bersahutan dan tak menggencarkan niat Keyra memberitahu segalanya. Keyra memandangi percikan air dari balik jendela. Merenungi kejadian yang akan datang nanti. Menghembuskan napas pasrah dan menyemangati dirinya sendiri.
Taksi terhenti sampai di tujuan. Mempersilahkan sang penumpang membayar lalu turun dari kendaraannya. Keyra menapakkan kaki di rumah Brian. Menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Membiarkan percikan hujan menusuk ke dalam kulitnya. Memasuki rumah itu dengan langkah tenang. Memencet bel dan di persilahkan masuk oleh putri kecil keluarga Fransisco.
"Ada apa kamu mencari saya?" tanya Raymond cuek.
"Saya hanya ingin memberitahu tentang perusahaan Anda," jawab Keyra sopan sembari duduk di sofa yang sudah di sediakan.
"Tahu apa kamu tentang perusahaan saya?"
Tak lama kemudian Zahra, Brian dan Galang menghampiri mereka berdua. Terdengar sedikit suara ribut yang di timbulkan mereka berdua. Mungkin karena suara Raymond yang sedikit kencang. Brian memandang senang ke arah Keyra yang baru datang, begitu pun ibu dan kakaknya.
"Ada apa Keyra? Kok tumben ke sini?" tanya Zahra ramah lalu di samping suaminya. Sedangkan kakak beradik itu hanya berdiri.
"Maaf tante, saya hanya ingin memberitahu jika Diki Vincent merencanakan hal buruk untuk perusahaan tuan Raymond."
Brian menaikkan satu aslinya. "Maksud lo papanya Nara?"
"Benar, saya mengetahui jika Diki Vincent akan merebut perusahaan keluarga Anda. Melewati tangan kanannya yang bekerja di perusahaan Anda, jadi ada yang berkhianat selama ini."
Raymond membentak, "Kamu jangan nuduh sembarangan ya!"
"Kalo lo gak suka sama Nara, gak usah nuduh kayak begitu!" Brian mungkin sudah salah dengan perasaannya sama Keyra selama ini. Mungkin rasa suka yang tumbuh hanyalah fake dan bukan nyata. Tak mungkin Nara dan ayahnya melakukan hal yang tak menguntungkan itu.
"Saya tidak pernah berbicara asal."
"Mana buktinya?"
"Maaf saya tidak membawa bukti. Tapi karena saya peduli dengan keluarga Anda, makanya saya mengungkapkan ini semua. Kalau tidak pasti Anda akan mati kelaparan atau bahkan secara sadis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyzura [END]
Novela JuvenilTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...