17. Keyzura

157 14 2
                                    

Happy Reading:)


Terik matahari menyengat, merambas ke seluruh tubuh. Angin sore menerpa dedaunan hingga berguguran menusuk-nusuk kulit yang dilapisi kain tipis. Menimbulkan tetesan demi tetes peluh berjatuhan, lebih-lebih letih dari dalam tubuh.

Brian melempar bola basket dengan amarah yang terbendung dari dalam buluk hatinya. Mengerang keras seperti membutuhkan asupan makan. Meremas rambutnya kuat dan menghempaskannya. Pikirannya berbelit menjadi satu. Hatinya marah serta cinta beradu di hati kecilnya dengan hati besar yang membiarkan tidak pedulian akan Keyra. Brian terduduk lemas di lantai halaman rumahnya. Menangkupkan kepalanya dengan kedua tangannya, mencoba menenggelamkan rasa yang ada di hati kecilnya.

"Dek, gue saranin ya, lo itu harusnya melindungi Keyra. Lo harus percaya sama apa yang diucapkannya atau lo...." Galang menjeda sembari menepuk bahu Brian yang datang secara tiba-tiba karena baru saja dia menyampaikan salam Keyra pada keluarganya.

"Akan nyesel gitu? Gak akan. Asal abang tau, Keyra itu jahat udah dorong Nara sampai pingsan." Brian mengacak-acak rambutnya sendiri. Dia muak dengan ucapan abangnya yang selalu seperti itu. Emangnya dia tau apa tentang Keyra.

Galang membuang napasnya kasar, menghirup udara segar dengan tenang. "Lo salah dek, Keyra itu orang baik. Lo kenal dia sejak lo kecil sebelum kenal sama Nara...."

"Yang udah kenal lama belum tentu sifatnya sama bang, Keyra sekarang berubah jadi jahat. Sedangkan Nara?" Brian menggelengkan kepalanya sembari terkekeh pelan.

"Nara udah berubah jadi baik. Nara nggak pernah menindas orang yang derajat di bawahnya dan Nara sudah nggak pernah nyakitin Keyra. Justru malah sebaliknya. Udahlah bang gue mau mandi. Gue mau ajak Nara jalan-jalan." Brian berlari ke dalam rumah. Meninggalkan Galang yang terduduk memandang awan jingga meskipun masih sore cuacanya sungguh panas ditubuh Brian.

Brian membersihkan dirinya dari kuman-kuman yang menempel di badannya. Setelah beberapa menit dia mandi. Brian keluar dengan melilitkan handuk di pinggangnya. Menampilkan perut kotak-kotak miliknya. Mengganti baju dengan kaos putih dan jeans, mengambil gawainya dengan kasar lalu menuju ke rumah Nara.

Brian memencet klaksonnya dan Nara keluar dari persinggahannya. Nara tampil dengan kaos biru dan rok di atas lutut, tak lupa dengan tas selempangnya yang berwarna biru senada dengan pakaian yang digunakannya. Membuka pintu mobil Brian menduduki kursi empuk yang bersebelahan dengan Brian. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang tanpa mengucapkan sepatah kata pun begitu pula dengan wajahnya yang tak menampilkan ekspresi sedikit pun. Hingga menghentikannya di sebuah pasar malam.

"Kok kita ke sini? Aku kira ke resto." Nara lemas dan merasa jijik dengan sekitarnya. Untungnya dia memakai sepatu kets jikalau menggunakan heels pasti sudah terjebak dalam rerumputan yang terlihat basah.

Brian mengerutkan dahinya. "Kenapa? Nggak suka ya?"

"Em, bukan gitu. Gue suka kok." Nara tersenyum paksa.

Brian berjalan menuju makanan manis, merasa ada yang kurang, Brian menoleh ke sampingnya tampak tidak ada Nara. Dia pun menoleh ke belakang menampilkan Nara yang mengelus-ngelus tangannya. Brian berbalik dan menarik tangan Nara paksa. Berhenti pada pedagang gulali.

"Lo mau nggak?" Brian bertanya dengan wajah yang tersenyum manis.

Nara melotot, makanan kaki lima yang belum tentu higienis? Apalagi makanan manis yang bisa membuat diabetes dan penyakitan "Nggak, nanti berat badan gue tambah."

Wajah Brian pun berubah menjadi datar. Dia pergi mengelilingi sekitar tanpa ada percakapan sedikit pun, sedangkan Nara dari tadi hanya memperhatikan penampilannya dan mengasihani sepatu kets yang terkena jalanan itu.

Keyzura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang