Happy Reading:)
Keyra melangkah menuju halaman belakang terduduk di sebuah kursi besi berwarna putih di bawah pohon rindang yang sudah tertanam beberapa puluh tahun. Mengabaikan perintah guru BK yang tadi menghukumnya. Berusaha menenangkan hati dan pikirannya yang terasa penat. Letih karena selalu terbayang-bayang Brian yang baik dan perhatian dulu. Hatinya berkecambuk, melesatkan tetesan air mata yang jatuh dari kornea matanya. Dia menunduk tak sanggup lagi mendongak atau melihat ke depan.
Tak bisa melihat Brian yang terus menerus membencinya seperti ini. Rindu akan pelukan hangat beberapa bulan yang lalu. Tinggal menunggu hari di mana dia tidak bisa bertemu Brian lagi walau untuk sementara atau selamanya jikalau Brian terus membencinya. Keyra mengusap air matanya kasar. Mendengarkan gurau kecil dari seseorang yang tak jauh darinya. Menoleh, menampilkan Brian dan Nara yang bergandengan tangan. Hatinya terasa tercabik-cabik kepiting ganas. Meninggalkan tempat ini dan berpapasan dengan mereka berdua.
"Hai Key." Nara menyapa saat Keyra ada di depannya.
Keyra terhenti dan membalas dengan deheman lalu berbalik, "Tumben lo nyapa gue?"
"Gue selalu nyapa lo kali, lo nya aja yang nggak pernah tanggepin." Nara tersenyum malas yang di lontarkan pada Keyra. Itu semua dilakukannya agar Brian tersanjung dan sekarang Brian tersanjung tidak, dia hanya menampilkan wajah dinginnya sejak tadi.
"Basi!"
Keyra menatap mata indah Brian sendu. Kenapa teman kecilnya itu jadi seperti ini? Ini semua gara-gara Nara. Keyra menatap tajam mata, lalu melengos pergi ke kantin untuk membeli roti coklat favorit-nya. Menemui ibu kantin dan membeli beberapa roti, lalu mencari tempat duduk dipojok, karena saat ini kantin sudah terpenuhi oleh manusia bully. Keyra duduk tenang ditemani rotinya, tak mempunyai teman sama sekali semua murid-murid membully-nya pasti pengaruh dari Vanya dia tak peduli. Meski sahabatnya juga membully-nya, hanya Alga yang masih setia dengannya itu pun selalu dicuekinya dan membututi Keyra saat tidak ada Dilla atau Dilla akan memarahi Alga. Dilla sangat tidak suka dengan Keyra. Dia jahat baginya.
"Pergi gak lo! ini tempat gue!"
Lagi-lagi Keyra mengabaikannya. Rotinya lebih penting dibanding mendengar ocehan Nara yang tak bermanfaat.
"Tolong pergi ya! ini tempat gue." Lagi-lagi Nara menyuruh.
"Kasih saja Key!" perintah salah satu siswa.
"Udahlah lo nggak pantas di situ," ujar salah satu siswi yang dilanjutkan sorakan kecil mereka.
Keyra memejamkan mata menahan amarah. Hingga wajahnya terasa basah. Keyra melotot tanpa mengusap wajahnya yang terguyur es jeruk.
"Ngapain lo nyiram gue!" Keyra membentak dengan menggebrak meja.
"Lo emang pantas dapat itu!"
Nara menahan tawanya ia sangat senang membuat Keyra marah begitu. Begitu pun Vanya yang senang karena melihat wajah Keyra yang basah karena siramannya.
"Lo!" Keyra menunjuk Vanya yang ada di hadapannya.
Keyra menghampiri Vanya dengan peluh yang bercucuran di wajahnya. Vanya tak pernah melihat muka merah milik Keyra yang sangat mengerikan. Vanya berjalan mundur mengikuti langkah Keyra yang mendekat padanya. Hingga Vanya menabrak tembok. Berniat berlari ke arah sampingnya, tetapi tangan jenjang Keyra berada di samping tubuhnya dan menghalanginya. Dia tak bisa kemana mana lagi, jika Keyra menyiksanya dia hanya bisa pasrah. Sedangkan murid-murid hanya menyaksikan dan memaki Keyra seenak jidat mereka tanpa ingin membantu Vanya sedikit pun.
"Lo...! Gue nggak akan bisa maafin lo. Meskipun lo hanya disuruh." Keyra berbisik dengan napas yang memburu menahan amarah.
Keyra mengepalkan tangan kirinya erat. Jemarinya mengetat, kuku cantiknya menusuk-nusuk kulit mulusnya. Dia tak mendengarkan sorakan ganas yang menyambutnya. Dia hanya siap melayangkan pukulannya ke wajah Vanya. Keyra melayangkan tonjokan itu.
Jeritan siswi berkumandang dengan lantang. Vanya menitihkan air matanya dengan mata yang terpejam sedari tadi. Darah mengucur dari tangan Keyra dan tembok yang tepat di samping kepala Vanya. Jujur dia tak bisa melampiaskan pada orang yang hanya disuruh meskipun bisa dibilang bersalah. Vanya perlahan membuka mata tak merasakan apa pun di wajahnya. Menatap Keyra yang tampak memerah begitu pun juga dengan matanya. Keyra menurunkan tangannya membiarkan Vanya melarikan diri dengan tangis yang mengguyur pipinya.
Nara hanya melihat sedari tadi tanpa ekspresi sedikit pun, tapi dia sangat ingin menganiaya Keyra saat ini juga. Sudah beberapa hari bahkan bulan dia tak menyentuh Keyra sedikit pun. Tangannya sudah terasa sangat gatal.
"Key apa yang lo lakuin?" Brian berteriak dengan lantang nya.
Brian berdiri di belakang Nara. Sontak semua orang menoleh ke arahnya kecuali Keyra yang tengah meluruhkan amarahnya sebelum ia murka.
"Lo tahu nggak? Kalo pukulan lo sampai meleset, lo bakal bahayain nyawa orang!" Brian tampak marah. Sedangkan Alga yang datang dengan Brian hanya bergeming.
Keyra tak berkutik sedikit pun. Brian yang selalu menghindar darinya kini ada di belakangnya. Ingin sekali dia memeluk lelaki itu. Dia sangat rindu dengan sosok itu, tapi percuma rasa rindunya tak akan pernah terbalaskan. Mendingan pergi daripada dia menangis hanya karna rasa rindu.
Keyra berlari pergi ke arah roof top membiarkan tangannya yang masih berlumuran darah. Diikuti Alga yang membuntut di belakangnya. Air matanya tumpah saat berada di roof top. Dia tak bisa menghindari rasa senang karena bertemu Brian meski tak menatap satu sama lain. Cukup mendengar suaranya saja sudah membuat hatinya sedikit membaik. Rasa rindu akan sosok yang ia cintai dan rasa kecewa karena Brian tak pernah mempercayainya. Hatinya kalut, jiwa dan raganya penat.
Keyra mengerang lantang, memukul pagar besi di roof top meninggalkan luka yang bertambah parah. Dirinya menunduk menekuk lututnya secara perlahan hingga terduduk dilantai. Memaksa hati dan pikirannya untuk tidak selalu tentang Brian. Lupa. Keyra sangat ingin melupakan perasaannya pada Brian, tapi kenapa tak pernah bisa? Hanya dia yang bisa membuat Keyra nyaman.
"Gue cinta lo Brian, lo ingat gak? Dulu kita pernah bersama. Berjanji tak akan pernah meninggalkan dan saling percaya, tapi sekarang apa?" Keyra awalnya tersenyum mengingat masa lalu nya yang sangat dekat dengannya dan berubah menjadi murung. "Lo nggak pernah percaya sama gue. Lo bohong! Bohong!"
Alga merasa hatinya tercubit mendengar pengakuan gadis itu. Apalagi melihat Keyra yang rapuh sebab laki laki tak tahu di untung itu. Namun dia mencoba mengikhlaskan. Alga menghampiri Keyra yang terisak dengan kotak obatnya ditangannya. Menaruh kotak itu di lantai, merangkul bahu Keyra dengan lembut.
"Lo yang sabar, lo kuat, lo nggak boleh sedih terus, itu nggak baik buat kesehatan lo." Alga berusaha menenangkan Keyra dengan senyum tulus.
Keyra segera mengusap air matanya. Dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapa pun. Dia kuat, dia wanita yang kuat. Keyra menoleh ke Alga lalu meringis saat lukanya tersenggol lantai. Dengan sigap Alga memegang tangan Keyra, membuka kotak obat dan mengobati luka gadis itu dengan hati-hati dan telaten.
"Makasih." Keyra tersenyum tipis saat tangannya diperban.
Alga hanya mengangguk dan mengukir senyumnya lalu pergi tanpa dihalang oleh Keyra tersenyum lebar. Keyra memandang tangannya yang dibalut perban. Membayangkan tadi adalah Brian bukan lagi Alga. Merenungi setiap sentuhan hangat yang diberikan sahabatnya.
Ah sudahlah lupakan, tadi hanyalah Alga bukan Brian. Sadar Key sadar. Keyra berbicara dalam hati dan tersenyum kecut. Keyra bangkit menyusuri tangga yang gelap dan dihadang seseorang di tengah perjalanan.
"Ketemu lagi." Nara tersenyum dengan senyum smirknya. Keyra diam malas meladeni orang seperti itu dan melanjutkan perjalanannya.
"Berhenti lo!" Nara menarik tangan Keyra kasar.
"Apaan sih lepas." Keyra menepis kasar tangan Nara. "Mau apa lo?"
"Gak mau apa-apa, cuma mau lo mati!" Nara tersenyum licik sembari mendorong tubuh Keyra.
TBC
***
Hayolo apa yang terjadi dengan Keyra?
Typo bertebaran.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
Vote, dan komen.20 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyzura [END]
Roman pour AdolescentsTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...