Keyra menapaki lantai rumahnya. Matanya mengedar melihat tak ada orang di situ. Mencoba memanggil tapi tak ada yang menyahut. Berpikir sejenak, ah ternyata dia lupa jika orang tuanya masih dengan Diki Vincent. Keyra memasuki kamarnya. Membersihkan tubuhnya dari bau anyir. Setelah sekitar 30 menit dia mandi, dia keluar mengenakan celana jeans dan kaos hitam berniat menyusul kedua orang tuanya di gedung tua.
Keyra bergegas, tak lupa menyimpat pisau lipat dalam tas selempangnya. Menunggu sejenak taksi online, tak lama kemudian datang, melaju cepat meski di bawah rata-rata. Menyusuri jalanan yang cerah, tak lama sampai tujuan. Keyra membayar taksi itu lalu memasuki gedung tua. Melihat beberapa Bodyguard yang berjaga di luar. Keyra memasuki dengan santai menimbulkan bunyi sepatunya yang menyeruak di indera pendengaran menghampiri orang tuanya yang tengah bermain ponsel. Di sampingnya ada Diki yang masih menangis.
"Hallo semuanya." Keyra tersenyum lebar, tak lupa melambaikan tangannya.
"Kamu sudah datang."
"Mana anakku?" Diki berteriak histeris
"Apa Anda tidak bisa melihat, jika anak Anda sudah bersama Tuhan?"
"Pembunuh! Aku tidak akan membiarkan kamu hidup berkeliaran!"
"Jaga mulut dan mata Anda tuan Diki. Apa Anda tidak introspeksi diri, jika anda juga pembunuh bahkan pembunuh gila harta?!" Keyra membentak Diki dengan emosi yang membuncah, menatap Diki dengan dendam yang sangat ingin terbalaskan sekarang juga. "Anda itu sudah membunuh kakek dan nenek saya. Hingga ayah saya menderita, sekarang? Sudah adil bukan?"
"Aku tidak peduli, sekarang lepaskan aku! Aku akan membunuhmu sekarang juga beserta keluargamu!"
"Tidak akan kulepaskan." Ardi berkata dingin.
"Ah iya Key, kok kamu bisa membunuh Nara sampai mengenaskan gitu? Iiihhh sumpah bunda ngeri liatnya, rasanya itu terngiang-ngiang terus," sahut Rika yang masih penasaran.
"Bunda bukannya pernah liat juga ya?"
"Iya sih tapi gak sampai seperti itu, kamu belajar dari mana?"
"Cuma ngarang Bun." Keyra terkekeh pelan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tak mungkin dirinya bilang jika belajar asal melalui novel dan film action.
"Kamu hebat sayang, ayah saja tidak pernah sampai yang kayak gitu," ujar Ardi bangga dengan memegang kedua lengan putrinya. Oh tidak, bangga dengan jiwa psikopat anknya? Sungguh tak masuk akal.
"Oo jelas lah Keyra gituloh." Keyra menoleh pada Diki, "Apa anda mau mencobanya tuan Diki Vincent, lalu menyusul putri dan istri anda?"
Seketika raut wajah Diki menjadi kaku. Tak mau nyawanya melayang hari ini juga. Berusaha menghindar dari tatapan tajam Keyra.
"Mau? Oh baiklah saya akan melakukannya." Keyra mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku celananya lalu mengusap lembut pisaunya yang begitu tajam.
Tak lama kemudian seseorang datang menggunakan seragam polisi. Tak membuat hati Keyra gencar dan takut. Toh dia belum melakukan apa-apa masih pemanasan. "Hai bro, ini ya yang namanya Diki?"
"Iya, itu anakku Keyra." Ardi menunjuk putrinya.
Keyra tersenyum ramah, menampilkan deretan giginya.
"Hallo Keyra, kenalin Om Nico teman ayah kamu." Nico menyodorkan tangannya.
"Hai Om," ujar Keyra kikuk sembari menjabat tangan Nico. "Om boleh gak aku minta permohonan satu saja."
"Apa Keyra, om bakal kabulin."
"Aku boleh gak gores dia sedikit aja, janji hanya sedikit," ujar Keyra dengan jari telunjuk dan ibu jari yang hampir berdempetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyzura [END]
Teen FictionTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...