19. Keyzura

151 11 1
                                    

Happy Reading:)


"Gak mau apa-apa, cuma mau lo mati!" Nara tersenyum licik sembari mendorong tubuh Keyra.

Namun Keyra berhasil menghindar dengan cepat. "Ups gak kena."

Sedangkan Nara sangat geram. Wajahnya terlihat sedikit memerah, memendam api yang meletup-letup.

"Awas aja lo!" tekan Nara yang ingin meraih bahu Keyra berniat mendorongnya lagi namun tangannya segera di tepis..

"Gausah pegang-pegang gue atau lo...." Keyra mendekatkan wajahnya di telinga Nara. "Yang gue bunuh."

Nara tertawa hambar. Menertawakan sosok dipikirnya lemah yang berada di hadapannya sekarang. Nara melihat Keyra dari bawah ke atas. Tampak meremehkan gadis itu. Hendak memegang Keyra lagi dengan sigap Keyra mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Menyodorkan di depan leher Nara. Nara bungkam tak berkutik. Untungnya dia cepat diam kalau tidak pasti lehernya akan tergores pisau lipat yang ada di hadapannya itu. Keringat dingin mulai bercucuran, dia mau hidup tak mau mati sia-sia begitu saja. Nyalinya menciut begitu saja.

"Oh lo takut? Sama gini aja takut."

"Mana ada gue takut, gue cuma kaget."

"Oh lo gak takut ya? bagus deh kalau gitu. Jadi, gue bisa cincang tubuh lo buat di jadikan sate. Kasihan perut gue, udah lama gak makan daging manusia yang lezat." Keyra memasang wajah sedih. Berusaha menakut-nakuti Nara sembari membolak-balikkan pisaunya lalu menodongkan pada Nara lagi.

Nara meneguk ludahnya kasar. Lagi-lagi Nara bungkam, dia bingung cara untuk pergi dari sini tanpa terluka sedikit pun. Setelah lama berfikir dia menemukan alasan. "Gu-gue pergi dulu ya, ada urusan," ujar Nara agak gugup sembari menurunkan pisau itu perlahan lalu lari secepatnya.

Keyra ingin sekali melempar pisaunya pada Nara saat dia berlari. Tapi sekarang belum waktunya untuk bermain-main. Keyra melipat pisaunya dan menaruh kembali disaku roknya. Mengangkat kaki untuk meninggalkan tangga dan pergi ke kelasnya. Berjalan di koridor yang sudah sepi karena pelajaran sudah dimulai. Dia masuk ke kelasnya begitu saja. Mengabaikan pertanyaan bu Fani yang melontar sedari tadi, duduk dan melipat tangannya, guna tidur untuk merilekskan pikirannya hingga pulang tiba.

***

Bintang-bintang menyinari lautan langit gelap yang menarik perhatian. Keindahan bulan purnama pun menyanding dengan gemerlap cahaya kecil. Aroma kopi menyeruak dan desah-desuh manusia yang bercengkrama riang menyambut. Manik mata abu-abu mengelilingi resto ini. Memandang secangkir cooffelatte yang menggugah selera. Menyeruput sedikit demi sedikit kenikmatan dunia. Memperhatikan gerak-gerik orang di hadapannya yang tengah menyuapkan beefsteak terakhirnya. Mencoba merangkai kata-kata yang tepat untuk mengungkapkannya.

"Yah, Bun. Beberapa hari lagi Keyra UN. Apa sekolahan nggak mengadakan acara?"

"Sepertinya tidak ada Key."

Keyra menghela nafas berat. Memikirkan betapa stresnya untuk menghadapi UN sebagai penentuan terakhir selama masa belajarnya. "Adain dong Yah, kan ujian itu menguras tenaga dan pikiran jadi lebih baik kita mengadakan acara."

"Betul kata Keyra. Itung-itung buat refreshing sebelum ujian Mas," ujar Rika antusias sembari menatap wajah Ardi.

Ardi tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kelemahannya adalah dihadapkan dengan tatapan memohon kedua orang yang disayangnya itu. "Kalau gitu sekolahan diadakan camping aja bagaimana?"

Keyra tampak berpikir. Pasti akan ribet jika camping apalagi di luar sekolah. Sebenarnya sangat enak dan leluasa jika dialam bebas tetapi sepertinya tidak cocok jika untuk menghadapi UN. Takutnya malah muridnya hilang entah kemanakan repot.

Keyzura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang