Seorang pria tengah berlalu lalang di jalanan kota. Mengamati orang-orang asing di sekitarnya. Berniat mencari orang yang tepat untuk diajak bermain. Orang itu menaiki mobil dengan pelan. Sang Pria kali ini melewati jalanan sepi. Hanya ada lampu-lampu yang menerangi itu pun jaraknya cukup jauh, hingga suasananya terasa mencekam. Pria itu melirik ada seorang lelaki yang tengah berjalan sendirian. Terlihat sudut bibirnya menyeringai. Ia sudah menemukan orang untuk bermain bersamanya. Pria itu segera menghampiri lelaki yang lesu.
Sang pria bertanya manis, "Hai bro, lo kok jalan sendirian?"
"Gue diusir." Lelaki itu tertunduk lesu.
"Kasihan banget hidup lo, mau gak gue bikin hidup lo tenang?" Pria itu menyunggingkan senyumnya seraya menoleh ke sekelilingnya.
Lelaki itu pun mendongak. Ada binar di matanya. "Mau bang, gue bosen hidup susah mulu."
"Sabar ya, mau main gak?"
Lelaki itu mengerutkan keningnya, "Main?"
"Iya main seru kok." Pria itu pun mengambil benda dibalik sakunya. Mengusap dengan lembut benda itu.
"Bang mau ngapain?" Lelaki itu menatap sang pria dengan panik.
"Mau main. Terus katanya bosen hidup, biar gue bunuh lo aja agar hidup lo tenang dan damai."
Lelaki itu menolak sedikit gugup, "Gak gu..gue gak mau!"
"Jangan banyak bacot lo!" Pria itu tersenyum manis. Menggoreskan pisau lipatnya di leher lelaki tak dikenalnya itu.
Teriakan merdu dihasilkan dari sang empu yang kesakitan di lehernya. Pria itu terus menyuruh diam dan mengulas senyum aneh di bibirnya. Mengayun tangannya ke pipi dan menyayat hingga berlumuran darah. Ringisan kencang terus mengalun bak lagu di tengah konser. Ayunan kembali menggores kulit kaki yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus.
"Uuu kasihan banget sih, kesakitan ya?" Pria itu bertanya dengan sedih yang dibuat-buat.
"Psikopat," desis lelaki itu merasakan sakit yang luar biasa di wajah, leher dan kakinya.
"Seratus untuk lo bocil, gue emang psikopat. Bagus ya karya gue?"
Lelaki itu pun tak sadarkan diri. Darahnya pun sudah keluar begitu banyak, meski pria itu hanya menggores leher tak dalam.
"Udah mati aja lo, gue mau mata lo aja deh bisa gue jual," ujar pria itu enteng lalu mencokel mata lelaki itu dengan mudah. Selesainya berniat untuk pergi tapi ia berbalik lagi pada lelaki tak bernyawa itu.
"Gue minta bonus ya bocil, gue mau ambil ginjal lo sekalian," ujar pria itu lalu menusuk perut lelaki itu dan mendapatkan apa yang ia minta dan ditaruh di toples hitam miliknya.
Sebelum pria itu benar-benar pergi. Ia sudah menelpon orang untuk membersihkan mayat tak berguna itu. Sang pria melajukan mobilnya dengan cepat, menikmati bau anyir yang menempel di bajunya. Tak lupa juga pisau yang masih ia pegang. Mungkin pria itu tadi tak sadar ada yang melihat adegan tersebut secara live. Namun sang penonton terlihat seperti biasa saja dan menikmati aksi tersebut sembari menyunggingkan senyum miringnya.
Pria itu duduk di sofa kala sudah sampai di rumahnya. "Ahh lega, tapi rasanya tangan gue masih gatel."
"Bodolah. Oh iya gue kapan ya bisa ungkapin perasaan gue? Mungkin besok kali ya?" Pria itu terlihat menimang-nimang pikirannya. "Udahlah besok bakalan gue ungkapin."
Seorang pria tengah asik berbicara melalui telpon genggamnya. Merencanakan hal yang tak pernah ia lakukan seumur hidupnya. Berdoa agar akan menjadi kenangan yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyzura [END]
Teen FictionTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...