Sudah 2 hari Keyra masih mengalami koma. Membuat keluarganya pasrah akan takdir yang tengah bermain-main. Kini, orang tua Keyra dan Dhefin tengah menunggu kesadaran gadis itu di luar ruangan. Menanti dokter yang tengah memeriksa di dalam. Dokter pun keluar bersama asistennya. Dengan cepat Ardi menghampiri dokter itu.
"Bagaimana dok? Apa ada perubahan?" tanya Ardi cemas namun berusaha menutupi kecemasannya.
"Keadaannya semakin membaik. Mungkin beberapa menit Keyra akan sadar. Tapi...." Dokter itu menunduk sebentar lalu mendongak.
Rika semakin cemas. "Kenapa dok? Anak saya kenapa?"
"Putri anda akan mengalami amnesia sementara, jadi mohon kesabarannya."
Perasaan mereka bagai disambar petir di siang bolong. Alga yang tadinya bangkit kini sudah duduk kembali. Relung hatinya terasa tercabik-cabik mendengar penuturan itu. Namun apalah dayanya? Ini sudah takdir yang tak bisa dirubah. Rika menutup mulutnya dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya juga ikut teriris mendengar pernyataan itu. Nyata namun sangat menyakitkan.
"Saya mohon, jangan terlalu memaksakan pasien untuk mengingat. Itu akan membuat keadaannya semakin memburuk, silahkan jika ingin menjenguk," ujar Dokter itu lalu pergi.
Ardi hanya bergeming seraya memasuki ruangan yang penuh dengan bau obat-obatan. Mendekati brankar putrinya yang tengah menutup mata. Perlahan air matanya turun. Namun ia menolak untuk keluar. Lambat-laun terdapat pergerakan dari tangan Keyra, matanya pun perlahan terbuka. Ardi tersenyum lebar. Diikuti Rika dan Alga yang baru memasuki ruangan itu.
"Keyra, kamu mau apa?" tanya Rika manis kala Keyra sudah membuka mata.
Namun mata Keyra menelisik ke seluruh ruangan. Merasa bingung dengan tempat ini. "Aku di mana? Dan kalian siapa?"
Rika semakin menurunkan air matanya. Ia berbalik tak mampu melihat keadaan putrinya itu. Meski ia tau bahwa harus kuat. Tapi apalah daya? Putri semata wayangnya sudah tak lagi mengenalinya.
Alga mencengkram sprei kasur dengan kuat. Menerbitkan senyuman kecut. "Kamu di rumah sakit, dan mereka..." Alga menoleh ke arah Ardi yang tengah mendongak menahan air mata. "Orang tua kamu."
"Siapa? Terus namaku siapa?"
Ardi menunduk, memandang wajah putrinya yang banyak bekas luka. "Ini ayah kamu sayang, dan nama kamu..." Ardi memegang tangan putrinya dan mengelusnya dengan lembu. "Nama kamu Keyra."
Keyra mengangguk perlahan. Tangannya perlahan terangkat, menuju Rika yang tengah menangis di sofa. "Dia? Bunda?"
Ardi tersenyum kecil, "Iya."
Keyra menunjuk pada Alga yang berdiri di samping Ardi. "Terus kamu?"
"Aku Alga, sahabat kamu," ujar Alga lirih.
Keyra mengangguk kecil. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Sangat nyeri membuatnya mengeluh kesakitan. Ardi dengan sigap memencet tombol darurat. Tak lama dokter datang dan menyuruh mereka keluar.
5 menit kemudian dokter keluar. "Pasien tidak apa-apa. Dia hanya berusaha mengingat dan otaknya tidak tahan mengakibatkan sakit pada kepala. Dokter itu menjelaskan dengan rinci pada keluarga Ardi yang tengah cemas. Pasien juga memerlukan istirahat yang cukup karena baru sadar dari koma."
Mereka mengangguk mantap lalu Rika dan Ardi pergi membeli makan siang, sedangkan Alga berjaga di dalam ruangan. Alga melangkah dengan pasti. Mendudukkan pantatnya di kursi dekat brankar. Mengelus surai rambut Keyra yang lembut. "Gue akan tunggu lo sampai lo ingat gue lagi, Keyra."
Dhefin kini tengah melangkah di koridor rumah sakit bersama dengan Hana. Mereka berdua bertemu di parkiran dan memilih masuk bersama. Membuka knop pintu Keyra. Ia terpanah pada adik dan Alga yang tengah tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyzura [END]
Teen FictionTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...