39. Keyzura

142 8 0
                                    

Langit oranye membentang di awan. Disertai siratan warna ungu yang turut menyertai indahnya senja. Keyra juga menyukai senja. Menenangkan hati seperti halnya bintang. Keyra saat ini tengah duduk di balkon rumahnya. Memikirkan keadaan orang tuanya yang belum dihubunginya. Tanpa pikir lama, ia mengambil ponsel dan segera menelpon ayahnya. Menampilkan wajah lelah Ardi.

"Sore sayang," sapa Ardi tersenyum tipis.

"Ayah kalo capek, gak usah kerja dulu."

"Nggak kok Key, ayah gak capek."

Keyra meneliti layar ponselnya, "Bunda mana?"

"Bunda lagi keluar, nanti ayah bilang kalo anaknya ini kangen. Oh iya bagaimana Dhefin? Sudah balik dari Jepang?"

"Sudah Yah, tadi kakak udah ketemu sama Key."

"Yaudah princess ayah selesain berkas ayah dulu."

"Okey, tapi ayah gak boleh kecapean," ujar Keyra memperingati.

"Iya putri ayah yang cantik," ujar Ardi terkekeh pelan lalu mematikan ponselnya.

"Huft enaknya ngapain ya habis ini?" tanya Keyra pada dirinya sendiri sembari masuk dalam kamarnya. Keyra membaringkan tubuhnya di kasur. Merangkul bantal yang ada di sebelahnya. "Pantai? Cafe? Atau Taman ya?"

Keyra bingung saat ini. Otak cerdasnya masih berfungsi ia menghitung namanya dengan jari lalu memilih tempat tujuannya. Ada 11 yang sudah ia hitung. "Pantai, cafe, taman... Cafe. Ah iya cafe," ujar Keyra antusias lalu beralih mengambil sling bagnya dan berlalu menuju cafe.

Cafe Karla. Saat ini Keyra tengah berdiri di depan cafe tersebut. Cukup ramai, ini membuatnya senang. Mengapa? Karena cafe ini adalah miliknya. Cafe yang sudah di dirikannya sejak 2 tahun yang lalu dan sudah memiliki beberapa cabang di jakarta dan bali. Ada rasa bangga pada dirinya sendiri. Mendirikan cafe adalah impian kecilnya. Apalagi memiliki cabang yang akan mengalirkan uang setiap harinya. Jadi tak usah meminta lagi pada ayahnya.

Keyra mulai memasuki cafe dengan santai. Pelayan pun ikut membungkuk sebagai tanda hormat pada sang majikan. Ada juga yang menyapa tapi hanya di balas senyum tipis dari sang empu. Memasuki ruang kerja, Keyra mengambil beberapa berkas dan dibacanya. Keuangannya selalu meningkat dari lembar buku yang menunjukkan grafik ke atas. Mungkin ia harus menaikkan gaji pekerjanya.

"Permisi bu," ujar pegawai Keyra sembari menggedor pintu.

"Masuk!"

"Ini bu, green tea latte nya," ujar pelayan itu ramah.

Pelayan itu keluar dengan ramah. Keyra menatapnya datar lalu menimumnya hingga beberapa teguk. Merasa lega ia keluar dari tempat kerja nya dan duduk di depan kaca. Menchatting Hana untuk mengajaknya kemari. Tak lama Hana datang dengan wajah cerianya.

"Hola semuanya," teriak Hana cempreng yang berhasil membuat pengunjung cafe memandangnya.

Keyra menepuk jidatnya pelan, "Punya temen gini amat sudah."

"Hoy Key, udah lama?" Hana menggebrak meja sahabatnya itu.

"Udah!"

"Key lo tau gak-"

"Gak!" Keyra menyahut cepat.

"Ish lo mah. Lo tau gak gue tadi ketemu cowok beuh ganteng bat sudah. Cowoknya tuh kek bule, kulitnya putih, alisnya tebel, wajahnya beuh subhanallah." Hana membayangkan dengan senyum bodoh.

Keyra memutar bola matanya malas. Hana selalu saja membicarakan cowok yang bahkan tak di kenalnya. "Udah jan terlalu ngarep. Dia itu terlalu subhanallah untuk kamu yang astaghfirullah."

Keyzura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang